17 | Grup Sepak Bola

Start from the beginning
                                    

Tentu saja aku tidak setuju dengan argumennya itu. "Ribet apaan? Cuma modal hotspot doang juga."

Pak Rafka langsung tertawa lepas.

"Wah, seru banget nih ngobrolnya."

Obrolan kami terinterupsi dengan kedatangan Mas Imron yang membawakan sate pesanan kami. Wangi khas yang menggiurkan dari sate dengan berteman bumbu kacang langsung menghidupkan mode lapar di perutku.

"Iya, nih, Mas. Sampe lupa sama satenya," sahut Pak Rafka sambil tersenyum ramah. "Oh ya, Mas, ini lho pacar yang saya pernah ceritain waktu itu. Geulis pisan, kan?"

Mas Imron langsung memamerkan ibu jarinya. "Geulis pisan, Mas Rafka. Beda pokoknya sama yang kemarin-kemarin."

Yang kemarin-kemarin? Aku langsung memicing ke arah laki-laki yang sedang menahan ringisannya itu.

"Jelas beda dong, Mas. Karena ini yang ter-geulis dan yang terakhir," sahutnya dengan gombalan yang tidak kupercayai sama sekali.

Mas Imron langsung undur diri karena merasakan hawa berbeda di sekitar kami. Aku masih terus menatap Pak Rafka, laki-laki itu tampak salah tingkat saat Mas Imron sudah tidak ada di antara kami.

"Kamu tatap aku kayak gitu berasa aku yang mau dimakan bukan satenya," ujarnya mencoba bercanda namun gagal karena aku sama sekali tidak menggubris ucapannya itu.

Aku bersedekap dada, menatapnya tajam. "Aku cewek keberapa yang kamu ajak ke sini?"

Dia diam sambil memainkan bumbu sate di hadapannya dengan sendok.

"Keempat?" tebakku.

Kepala laki-laki itu menggeleng lemah.

Empat itu jumlah mantanku, yang orang bilang itu jumlah yang cukup banyak. Tapi untuk laki-laki ini jumlah itu masih belum tepat?

"Ketujuh?" tebakku lagi.

Dia masih menggeleng dan detik itu juga mataku membelalak sempurna. Apakah aku sedang dipacari oleh seorang fucekboy?

"Yang terpenting kan kamu yang terakhir, Al. Yang lama-lama biarlah dilupa," elaknya mencari alasan untuk tidak menjawab pertanyaanku.

"Oke." Aku menyerah untuk mencari tahu. "Kalau kamu nggak mau jujur, biar aku aja yang jujur. Aku punya mantan dua puluh."

Laki-laki itu langsung memelotot. "Kamu bercanda? Nggak mungkin mantan kamu ada dua puluh, aku aja cuma lima belas."

Aku langsung tersenyum miring karena berhasil menjebaknya. "Oh, lima belas? Ada empat cadangan tuh kalau dibikin grup sepak bola," sindirku.

Laki-laki itu meringis, yang ingin rasanya kutusuk dengan semua tusukan sate di depanku sekarang juga.

• • •

RAFKA

Calon Makmum : Aku ada urusan bentar.

Gue menghela napas saat membaca pesan itu darinya. Semenjak tragedi terbongkarnya jumlah mantan yang gue miliki, Alfy jadi sering acuh tak acuh dengan gue. Bahkan itu berlaku sampai sekarang, saat gue mengajaknya untuk bertemu di rooftop.

Gue sudah bertaubat setelah memutuskan untuk serius dengan dia. Apakah itu tidak bisa dipercaya hanya karena gue memiliki mantan yang Alfy bilang bisa dibuat grup sepak bola dengan empat cadangan itu?

Oke, ini salah gue. Kesalahan yang nggak akan bisa gue perbaiki karena semuanya sudah terjadi. Bahkan kalau bisa dibilang gue sudah lupa separuh dari nama-nama mantan gue itu. Saking nggak pentingnya lagi mereka dalam hidup gue.

IneffableWhere stories live. Discover now