44 | The Sunset is Beautiful, isn't it?

1.5K 339 524
                                    

Punteun, telat update karena baru selesai revisi👉👈

1 Part menuju ending✨
Aku mau komen 500+ di part ini, bisa kan kalian?🥺
Biar draft part terakhir bisa meluncur publish buat kalian:)

Btw,
Siapkan kesabaran dan keikhlasan terbaikmu, Bestie~
Karena part ini sangat mengandung anu🙏

Happy Reading!

• • •

ALFY

Aku menepuk wajah laki-laki itu dengan pelan tapi tidak ada respons.

"Rafka?"

Dia bahkan tidak menunjukkan pergerakan apapun. "Rafka, bangun!" panggilku lebih keras sambil menggoyang-goyangkan lengannya tidak sabar.

Akhirnya tubuhnya merespons tapi masih dengan mata tertutup rapat. Rafka menggeram pelan lalu mempererat balutan selimutnya. Astaga, kebo banget! Pantas saja Kak Rafli menyerah dan berakhir menyuruhku untuk membangunkan manusia ini.

Sepertinya aku harus menggunakan cara yang sedikit ekstrim.

Aku memencet hidungnya, tidak lama, karena dia mulai megap-megap kehabisan napas. Saat matanya terbuka lebar aku baru melepaskannya. Laki-laki itu langsung terbangun dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Aku tertawa. "Gimana rasanya simulasi sakaratul maut?"

Rafka menatap ke arahku dengan wajah bangun tidurnya yang menggemaskan. Dia berdecak sebal. "Kamu ngerusak mimpi indah aku, By!"

"Mimpi indah apaan emang?" tanyaku sambil bersedekap dada.

"Mimpi ..." Laki-laki itu sengaja menggantungkan kalimatnya. Alarm di kepalaku memberikan sinyal buruk saat Rafka mulai menyeringai. "Mimpiin kamu!" pekiknya sambil bergerak ingin memelukku namun ...

Duk!

Aku mengambil langkah mundur tepat sebelum dia berhasil melakukannya dan membuat laki-laki itu berakhir dramatis mencium lantai kamar. Wajahnya adalah bagian tubuh pertama yang mendarat disana, jidat dan hidungnya pasti tidak baik-baik saja sekarang.

Tanpa buang waktu lagi aku langsung melarikan diri dari dalam kamarnya, disusul dengan teriakan kesal Rafka yang memekakan telinga.

"ALFY!!! KAMU KALAU PESEK JANGAN NGAJAK-NGAJAK ORANG!!!"

Aku tergelak puas mendengar teriakannya. Mision completed!

"Rafka kenapa?" tanya Mbak Ratna saat aku sudah berada di dapur. Aku langsung membantunya meletakkan piring dan alat makan lainnya ke atas meja makan. "Kalian tuh hobi banget berantem. Nggak bosen?"

Pagi ini aku memang sengaja berkunjung ke sini karena kebetulan sedang libur kuliah. Ibu bilang aku harus sering-sering datang karena bagaimana pun mereka adalah keluargaku.

Aku cengengesan. "Biasalah, Mbak. Nggak berantem nggak seru."

Mbak Ratna menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ruby mana, Mbak? Masih tidur?"

"Iya. Dia bangun jam 3 pagi makanya sekarang udah tidur lagi."

Aku membantu Mbak Ratna menyiapkan sarapan. Sebagai satu-satunya wanita di rumah ini dia pasti sering merasa kerepotan. Terlebih sekarang ada Ruby yang harus diurusnya, membuatku kerap merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya yang belum lama pulih.

Tidak lama setelah itu satu persatu laki-laki di rumah ini muncul di ruang makan. Mereka sudah berpakaian rapi dengan atasan dan bawahan formal masing-masing.

IneffableWhere stories live. Discover now