15. Menuju Perubahan

1K 96 49
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ehm, mimin kembali membawa kelanjutan cerita ACdP.

Mohon maaf, akhir-akhir ini sering terlambat dan jarang update. 🙏

Happy Reading!

Vote dan komentar seikhlasnya. 😉

****

Tidak ada yang menduga akan kejadian yang memang tidak terduga akan terjadi. Jika seseorang yang terlihat banyak tertawa, bersenda gurau, dan senang akan berubah ketika sebuah hal menimpa dirinya. Sakit. Itulah yang sedang dialami oleh Fira. Penjelasan dokter kepada orang tuanya benar-benar serius. Sampai-sampai tak sanggup untuk dikatakan pada Fira sendiri maupun teman-temannya.

Kedua orang tua Fira hanya mengatakan bahwa Fira harus diobati sesegera mungkin ditempat yang bagus dan lebih maju dari segi peralatan kesehatannya dan bukan juga di negara ini.

Setelah kejadian dimana Fira jatuh pingsan ia langsung dibawa oleh pihak pondok ke Rumah Sakit. Tempat yang terlihat indah, namun mengerikan. Bagaimana tidak? Bangunannya mewah, tapi banyak kuman yang kemungkinan bisa menularkan penyakit dari seorang pasien ke pasien lainnya atau mungkin dari seorang pasien ke orang sehat yang hanya berniat membesuk.

Terlihat Fira dengan segala alat yang dipasang di badannya. Sejak kemarin ia belum juga sadar. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa Fira mengalami koma, entah sampai kapan. Tangis terdengar dari orang tua juga sahabat-sahabatnya. Fira yang selalu ceria dan bobrok kini terlihat sangat lemah. Untuk membuka mata pun tidak bisa.

"Kasihan kak Fira," ujar Zahra diangguki teman-temannya yang lain.

“Fira, kamu kuat. Kamu pasti sembuh,” lirih Shafa, tangan kanannya mengelus tangan kiri Fira yang terbebas dari selang infus.

"Kak Fira, aku rindu minta skincare,” celetuk Aurum. Sontak kelima temannya langsung menoleh kearahnya. Aurum hanya tersenyum canggung.

“Dari pada kita semua sedih-sedihan kayak gini, mending kita doakan Fira semoga segera pulih. Dan bisa berkumpul bersama lagi di Pesantren,” usul Bira. 

“Iya, mendingan kita doakan Fira. Kita nggak bisa bantu apa-apa kecuali mendoakan, kan?” timpal Hanin.

“Iya, Kak,” sahut Zahra, Aurum, Dillah, Naya, dan Shafa.

“Kak, bentaran ya, aku mau ke toilet sebentar. Ini nih tiba-tiba ada panggilan alam,” ujar Shafa. Hanin dan Bira hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Shafa. Shafa pun langsung bergegas ke toilet yang ada di kamar inap Fira.

Setelah 10 menit mengurung diri di toilet, akhirnya Shafa kembali. “Maaf lama ya, kak. Ini nih panggilan alamnya banyak, jadinya lama,” ucap Shafa sambil tersenyum manis.

Mereka bertujuh pun duduk di atas karpet yang telah digelar samping ranjang Fira. Bersiap untuk mendoakan kesembuhan Fira dengan Hanin yang menjadi pemimpinnya.

Setelah itu mereka memanfaatkan waktu kunjungan sebaik mungkin. Jam besuk di rumah sakit itu sekitar dua jam. Namun, mereka juga harus kembali ke pondok untuk menjalani aktivitas.

"Terus ini nanti Kak Fira mau gimana, tante?" tanya Aurum.

"Fira terpaksa harus berhenti mondok dan harus fokus ke pengobatan dulu. InsyaAllah kami akan bawa Fira ke Singapura," jawab Mama Fira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Cerita di PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang