14. Sakit Adalah Ujian

586 77 16
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Akhirnya bisa update lagi. Alhamdulillah. Ada yang senang? Ehee

Silimit pigi pembaca setia ACdP ❤

Utututuuu makin sayank dech :v

Vote dan komentar seikhlasnya :)

Happy reading!

******

Dillah, Aurum, Shafa, Zahra, Bira, dan Hanin tengah duduk bersama di sebuah gazebo yang ada di pondok pesantren ini. Mereka baru saja selesai mengikuti kegiatan tahsin. Waktu menjelang zuhur segera tiba. Sembari menunggu adan berkumandang. Mereka ingin bersantai sejenak.

Suasana pondok pesantren yang adem dipenuhi pepohonan rindang dengan semilir angin membuat mereka ingin tertidur.

"Aku ngantuk," celetuk Dillah yang kemudian menutup mata dan bersender di pinggir gazebo.

"Gak boleh tidur, Dil. Udah mau zuhur," balas Aurum.

"Di sini adem banget, enak. Tapi bikin bosen," ucap Shafa.

"Kita melakukan kegiatan yang sama tiap hari, ya?" balas Zahra yang diangguki oleh Dillah, Aurum, dan Zahra.

"Kak Hanin sama Kak Bira nggak bosen di sini? Secara, kan, kalian udah sesepuh." tanya Dillah.

"Awalnya bosen, tapi lama kelamaan udah biasa," jawab Hanin dengan tersenyum tenang.

"Bosen itu wajar, gak selamanya hati kita akan senang dengan apa yang sedang kita lakukan sekarang. Tapi ingat, kita disini ingin menuntut ilmu agama. Anggap saja bosan sebagai ujian kita. Ujian dari Allah untuk kita menggapai ridho-Nya. Kita belajar agama, kan, bukan untuk sementara. Tapi selamanya dan yang akan menjadi bekal kita di akhirat nanti. Jadi nikmati saja bosan kalian, paksakan diri, dan banyak teman-teman disini yang akan membuat kalian terbiasa," jawab Bira dengan bijaknya. Membuat mereka yang mendengar menjadi terkesima.

"Iya benar, kita emang harus memaksakan diri," balas Aurum.

"Dan niatin semuanya karena Allah." sambung Shafa.

"InsyaAllah kita bisa. Kaya aku dong kakak-kakak, aku lebih muda dari kalian tapi aku selalu semangat disini." Zahra menepuk dadanya seolah berbangga diri.

"Bocil, sombong amat!" Dillah berdecak kesal. Ssmangat, katanya? Faktanya, Zahra kerap kali dilihat memanjat tembok Pesantren untuk kabur secara diam-diam, namun selalu saja gagal.

"Emang kenapa kamu gak bosan di sini?" tanya Shafa dengan tatapan menyeringai.

"Karena banyak makanan dan yang pasti gratis," jawab Zahra dengan tertawa jenaka.

"Dasar bocil, gak bisa jauh aja dari makanan," timpal Hanin dengan tertawa pelan.

Merekapun tertawa bersama karena ocehan Zahra yang selalu membuat hati bahagia.

Ketika mereka sedang mengobrol santai. Ada seorang gadis yang menghampiri mereka dengan membawa Al-Quran dan mukena di dekapannya.

"Assalamu'alaikum ukhti." suara sapaan dari gadis itu menginterupsi mereka.

Ada Cerita di PesantrenWhere stories live. Discover now