19: Telepon

62.1K 5.4K 68
                                    

Selama persiapan menyambut keluarga Sammy, yang Divya lakukan adalah memastikan semua kebutuhan telah tersedia. Ibu mertuanya mungkin masih bisa melakukannya, tetapi sebagai menantu Divya ingin membantu, karena sebelum lamaran ini, Mega nampak sedang menyembunyikan kesedihan. Divya tidak pintar menghibur mertuanya, maka dari itu ia mengambil tugas untuk memantau setiap persiapan.

Jika ibu Divya masih hidup, pasti beliau pun akan bersikap sama seperti yang dialami Mega. Bahagia anaknya dilamar, tetapi enggan untuk dilepaskan.

“Div, udah istirahat dulu, biar Ayah yang urus,” tegur Ranto, sembari menarik kursi yang diatur oleh Divya.

“Enggak, Yah.” Ia menolak.

“Kamu udah kerja dari pagi, siang temenin anak-anak di acara ulang tahun, pulang-pulang malah sibuk lagi. Udah, biar Ayah aja.” Ranto bersikeras.

Ternyata pria itu memperhatikan kegiatan Divya sejak tadi pagi. Sungguh mengharukan, inilah yang ia sukai dari ayah mertuanya. Tidak ingin berdebat, Divya menuruti. Dibiarkan Ranto mengatur tata letak kursi, sedangkan ia melihat ke sekeliling mencari sesuatu yang bisa dikerjakan.

Menilik jam dinding, Divya mendesah. Jika ia masih melanjutkan membantu para keluarga lain, maka waktu untuk mengurus anak akan tersita. Divya segera mencari Kayla dan Raynar, didapati keduanya tengah bermain dengan beberapa anak dari sepupu-sepupu Raga.

“Kayla, Raynar,” panggilnya, “ayo, mandi dulu, terus ganti baju.”

Tanpa menolak, keduanya segera mendekati Divya karena memang anak-anak itu sangat menyukai air. Saat diajak mandi, akan lebih cepat bergerak.

“Habis ganti baju, kita duduk dan nunggu Om Sammy datang.” Divya menggandeng tangan kedua anaknya menuju kamar.

“Ini acara ulang tahun Tante Laila?” tanya Raynar.

“Bukan, Sayang.” Divya tertawa mendengar kepolosan bocah itu.

Sesampai di kamar, segera ia melakukan tugas untuk memandikan kedua anaknya, dan menggantikan pakaian. Di acara seperti ini, Divya suka merias rambut Kayla. Itu adalah kesenangan tersendiri untuknya, yang Raga tidak akan bisa melakukan.

{{{

Setelah acara lamaran, Divya menepikan diri bersama anak-anaknya di dalam kamar, meskipun para keluarga masih berkumpul di lantai bawah. Mereka mengerti dan tidak memaksa Divya untuk ikut bergabung ketika melihat Raynar sudah tertidur pulas dalam gendongannya.

Divya duduk di sofa sembari memainkan ponsel dan sesekali melirik ke arah Raynar yang sudah tertidur di kasur, sedangkan Kayla duduk di karpet memainkan boneka. Anak perempuan itu berada dalam dunia fantasi.

Bosan, itulah yang Divya rasakan. Inginnya untuk bergabung bercerita dengan para sepupu Raga, tetapi ia segan meninggalkan anak-anak. Getaran di ponsel membuat rasa bosan menghilang seketika. Divya tersenyum melihat nama yang tertera di sana.

“Halo,” sapanya.

“Div, kamu di mana?” Suara Permana terdengar di ujung sambungan.

“Di rumah mertuaku, ada apa?”

“Oh, pantesan rumah kamu kelihatan sepi,” pria itu terdengar kecewa, “kapan balik?”

“Ada apa?” Bukannya menjawab, Divya malah bertanya. “Kamu punya masalah?”

“Hm? Kata siapa?”

Divya bukan orang yang baru mengenal Permana. Dari nada bicara pria itu, terdengar jelas ada sesuatu yang mengganggu.

“Tiba-tiba aku pengin ketemu kamu,” kata Permana.

Mengerutkan kening, Divya berdiri dan mendekat ke arah jendela. “Why?” Menuntut jawaban.

Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang