16: Hadiah

56.4K 5.2K 43
                                    

“Halo, Pak Umas,” sapa Divya pada pria di ujung sambungan, “tolong anterin Kayla dan Raynar ke toko kue, saya mau ajak mereka beli hadiah ulang tahun.”

“Siap, Bu.”

“Papa mereka belum pulang, ‘kan?” tanya Divya, sembari melirik ke luar jendela ruang kerja atasannya.

“Belum, Bu.”

“Kalau gitu anak-anak anterin sekarang aja.” Ini kesempatan agar Raga tidak ikut dengan mereka.

“Siap, Bu.”

“Saya tunggu, ya, Pak. Hati-hati di jalan.”

Divya memutuskan sambungan, mata beralih pada seseorang yang duduk dengannya di sofa panjang. Akhirnya setelah hampir tiga hari tidak bertemu, Permana kembali ke Jakarta dalam keadaan sehat.

“Rencananya mau beli hadiah apa?” tanya Permana yang sibuk dengan tabletnya.

“Entah, kamu punya ide, nggak?” Divya bersandar, mencoba mencari posisi nyaman di sofa tersebut.

Sebenarnya ia sangat mendamba kasur, ingin segera melemparkan tubuh pada dataran empuk itu. Namun, mumpung masih ingat, maka tidak ada salahnya untuk bertindak sekarang. Besok dan besoknya lagi, Divya akan disibukkan dengan acara lamaran Raira. Maka ini adalah kesempatan untuk pergi, apalagi Permana bersedia menemani.

Ponsel Divya bergetar, terpampang di layar, nama seseorang yang sudah lama tidak ditemuinya. Berhubung Divya juga ingin tahu sesuatu, maka ia terima saja telepon itu.

“Halo,” sapanya.

“Halo, Bu Divya. Ini saya.”

Divya tersenyum, seperti biasa, pria itu sangat sopan. “Iya, Pak Ivan. Tumben nelepon.”

Saat mendengarkan suara itu. Divya baru ingat akan keharusannya menjaga Raga. Bukan karena masih cinta, akan tetapi ada seorang suami yang sangat ingin ia melakukan hal itu.

Ivan orangnya. Membuat Divya tidak tega jika kesalahan Raga dan Aminah terulang lagi. Mungkin Divya sudah tidak ambil pusing, tetapi tidak dengan Ivan. Pria itu begitu mencintai sang istri, dan Divya merasa sosok seperti Aminah tidak pantas mendapatkan ketulusan dari Ivan.

“Begini, Bu,” Ivan terdengar menarik napas, “Saya baru tahu kalau istri saya punya akun kedua di Instagram. Di sana saya baca DM ke Pak Raga, istri saya pamit ke suami Bu Divya.”

Terjawab sudah pertanyaan yang sering melayang-layang di kepala. Ternyata Raga diberitahukan oleh Aminah dengan cara diam-diam.

“Tapi Pak Raga nggak ada balas sampai sekarang.”

Divya mengerutkan dahi, ada kecurigaan di sana. “Saya nggak langsung percaya, Pak,” tegasnya.

“Saya juga, Bu. Itu kenapa saya mau minta tolong Bu Divya buat ngecek kalau-kalau Pak Raga punya akun kedua di Instagram.”

“Baik, Pak, saya akan cek nanti.” Divya memutuskan untuk melakukannya.

Jika ia sudah biasa saja saat mengetahui lagi-lagi ada pengkhianatan, maka Ivan tidak begitu. Oleh karena itu ia ingin menolong pria tersebut.

“Ada apa?” tanya Permana ketika sambungan telepon berakhir.

Divya menoleh dan menghela napas kasar. “Suamiku masih berhubungan sama selingkuhannya.”

Sungguh, Divya sama sekali tidak berekspresi sedih, tetapi Permana menatapnya dengan tatapan ingin memukul seseorang.

“Anterin aku ke suami kamu, bakal aku kasih dia pelajaran.” Pria itu mengunci layar tabletnya, dan menaruh benda tersebut ke atas meja.

Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang