"Anya berangkat dulu, Bi." Pamit Anya sambil menyalami tangan Bi Isma. Ia melewati garasi mobil dan ternyata Kale ada di sana sedang mengelap kaca mobilnya.

Anya berjalan sangat hati-hati karena takut. "Anya!" panggil Kale berteriak.

Jangan sampai Kale membahas masalah semalam, bantu Anya Tuhan. Ia membalikan badannya pada Kale. "Apa?" tanya Anya saat Kale memberikannya tupperware berisi makanan, Anya tahu itu makanan, tapi ia harus bertanya supaya tidak merasa kege-eran.

"Makanan, semalem gue ketiduran jadi nggak inget." Jawab Kale dengan wajah yang datar.

"Permintaan maaf gitu?" tanya Anya.

"Kalau nggak mau nggak usah!" jawab Kale dengan nada meniggi. Anya langsung mengambilnya.

"Oh, iya. Makasih, Le." Ucap Anya dengan senyum yang menampilkan gigi rapinya.

Anya bernafas lega saat Kale tidak mengungkit masalah semalam. Wajah Kale terlihat kebingungan. "Semalem lo nggak ke kamar gue kan?" tanya Kale.

Mata Anya langsung membulat, ia terdiam beberapa saat untuk berpikir, bohong mungkin jalan ninja bagi Anya untuk sekarang. "E-e-nggak!" jawab Anya lalu menyengir.

Kale mengangguk seolah percaya. "Tapi kok gue ngerasa semalem kaya ketemu lo." Ucap Kale.

Dasar Kale masih pagi sudah membuat Anya berkeringat dingin. "Hah?" tanya Anya gelapan.

"Kayanya cuma mimpi." Lanjut Kale.

"Ah-ya! cuma mimpi." Kata Anya menyetujui pendapat Kale.

"Pergi." Usir Kale tiba-tiba.

Anya mengangguk sambil tersenyum simpul. "Eh tapi Le katanya kalau ada seseorang yang kamu temui dalam mimpi, artinya kamu kangen sama orang itu, Kale kangen ya sama Anya?" tanya Anya dengan lancang.

Lihat Kale langsung salah tingkah dengan pipi Kale yang ikut merah bersemu. "Nggak usah mimpi!" balas Kale nyolot.

"Aishhhh, kan Kale yang mimpiin Anya." Kata Anya dengan wajah polos.

Kale berdecak kesal atas kepolosan mantannya ini. "Sana-sana deh, gerah gue!" jawab Kale.

Anya menurut dan pergi dari hadapan Kale dengan senyum yang merekah, bahkan sampai di hadapan Abigel pun senyum itu masih tercetak lebar.

"Dapet give away-an apaan lo, seneng banget kayanya?" tanya Abigel yang sedang berkutat dengan buku-buku tebal.

"Berkah sih kata ustaz kalau senyum." Jawab Anya sambil membuka tasnya.

Abigel menghentikan aktivitas menulisnya lalu menghadap pada Anya. "Kasih tahu gue dong, apaan?"

"Nanti." Ucap Anya. "Kalau Galang nyariin Anya, di tempat kemarin." Lanjut Anya sambil melangkahkan kakinya.

"E-e-eh!" tahan Abigel.

"Apa lagi?" tanya Anya.

"Curiga gue, lo sering deket banget sama Galang. Ada apaan? Btw gimana udah ngebuktiin dia LGBT atau nggak?" tanya Abigel membuat Anya terkekeh kecil.

"Nggak cuma kamu yang mau masuk kelas unggulan, tapi Anya juga lewat belajar sama Galang." Jawab Anya lalu pergi meninggalkan Abigel.

Kening Abigel berkerut, terdengar aneh anak pemalas itu akhirnya mau berniat masuk kelas unggulan, itu adalah kemajuan.

Galang membantu ketiga orang terlebih dulu pagi ini sebelum bertemu Anya. "Makasih, Lang. Semoga berkah buat lo." Ucap salah satu orang yang sudah Galang bantu.

KALE [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum