9. Lelucon Menyakitkan

3.3K 391 67
                                    

Semua waktu akan indah selama ada kamu di sana

-----

"Pak Abrar kapan datang, Rey?" Tanya Raka langsung.

Ia sedang menutup jendela setinggi 210 cm yang terpasang di kamar kami. Aku sempat heran mengapa ada jendela setinggi itu di kamar kami ternyata berguna sebagai pengganti pintu saat kami ingin bersantai di balkon. Sebuah balkon kecil tempat kami menikmati taman belakang dari kamar.

Aku menoleh sebentar ke arah Raka. Ia lalu jalan ke atas tempat tidur sambil membawa satu dari tiga album foto pernikahan kami.

"Pagi, jam delapan lewat" jawabku lalu kembali sibuk mengeluarkan selimut dari lemari.

Aku tidak lagi mendengar suara Raka. Setelahku simpan selimut di atas tempat tidur aku sempat memperhatikan Raka sebentar. Pria itu hanyut mengingat kembali kenangan pernikahan kami dalam album. Aku tidak ingin mengganggu, memilih masuk ke dalam kamar mandi.

Sampai kegiatan rutin malam sebelum tidur selesai aku lakukan Raka masih tetap di posisinya. Mata Raka sangat serius memperhatikan foto, sesekali ia tertawa kecil sendiri. Aku jadi lucu melihatnya, aku pikir hanya wanita saja yang bisa tertawa sendiri, para pria pun ternyata bisa.

"Kamu tuh yah kalau dapat album foto suka banget ngak perhatiin aku" tuturku berusaha mencuri perhatian Raka kembali.

Raka mendongak, memperbaiki sebentar kacamata yang sedang ia pakai. Jujur aku selalu lemah melihat Raka dengan penampilan seperti itu. Ia terlihat lebih dewasa, manis, pokoknya semua kadar plus yang sudah ia dapat dari lahir semakin meningkat. Kalau begini, Raka tiba-tiba mirip Kim Soo Hyun dalam drama My Love From The Star saat Kim Soo Hyun menjadi dosen di episode awal. Drama pertama yang aku nonton sama Intan dulu.

"Cemburu kenapa selalu sama album sih, Rey?"

"Emang kenapa aku ngak boleh cemburu sama album? mau bilangin aku ngak waras, iya?"

Nada tawa Raka terdengar. "Yang aku lihat dalam album itu kamu. Kamu yang cantik dalam foto" ia menjeda, mengarahkan jari telunjuk ke arahku "Dan juga tetap cantik saat marah"

Oh Tuhan. Polesan kalimat yang keluar dari mulut hamba mu di depanku ini terlalu pandai memainkan detak jantung lemah seorang Reyna.

Aku melempari Raka tatapan pura-pura tidak suka. Ia pasti tau ini hanya akting. Tawanya semakin kencang. Ia menepuk sisi kiri tempat tidur dan menyuruhku menghampirinya.

"Apa sih, Ka?"

"Temani aku biar kamu tidak cemburu lagi"

"Aku ngak cemburu yah"

"Iya, cuman jealous"

"Di bi...." Raka menutup mulutku dengan telapak tangannya.

"Aku ngalah. Iya kamu tidak cemburu ataupun jealous. Posisiku sebagai pria memang harus selalu mengalah dan salah bukan?"

Aku tertawa dan mengangguk-angguk kepala. Raka begini jadi lucu. Kenapa sih aku ini lemah jika menyangkut Raka.

Aku lalu mencari posisi paling nyaman di samping Raka. Tentu saja menyandarkan kepala di bahu pria pelengkap separuh agamaku adalah posisi ternyaman. Sambil tangan kanan membolak-balik balik halaman album sementara tangan kirinya membelai lembut rambutku.

"Kamu nyiapin pernikahan kita berapa lama?"

"Saat Mama bilang kamu sudah mulai menyusun skripsi"

Aku menatapnya kaget. "Dih pede banget aku bakal mau sama kamu lagi nyiapin pernikahan udah lama gitu"

"Coba kamu sebutkan satu alasan yang buat aku harus tidak percaya diri?" Duh, malah di serang balik.

BAB II - Assalamualaikum Ketua RohisWhere stories live. Discover now