17. Sore

1.6K 258 118
                                    

......hidupku tidak akan pernah lagi sempurna tanpa kamu

-----

Siang tadi hujan tiba-tiba menyapa tanpa permisi mendatangkan gerimis. Bekas tetesan pada atap gazebo satu persatu membuang diri ke tanah. Bau tanah khas sehabis hujan semerbak wangi memasuki indra penciuman. Tanamanku tak kalah bahagia, air hujan dingin itu membuatnya tampak sangat segar.

Aku tertawa kecil kala melempar beberapa pakan ikan ke dalam kolam. Ikan saling menyerenduk tidak ingin kalah mengambil pakan biji-biji kecil yang mengapung di atas permukaan air. Semuanya tampak bahagia berkat kehadiran hujan yang meski sekejap.

Seperti duka yang silih berganti akan menjadi suka. Sehabis hujan memang adanya pelangi. Konon katanya dalam kisah dongeng yang dahulu sangatku percaya periuk emas telah menanti di ujung pelangi. Dewasa ini aku tau dongeng hanya fiktif belaka yang di ciptakan untuk membuat masa anak-anak bahagia dengan imajinasi. Periuk emas tak pernah ada di ujung pelangi. Tetapi aku tau bahagia selalu menanti di ujung kesedihan yang telah selesai episodenya.

"Anak-anak makannya sudah dulu yah, kata Papa Raka kalian ngak boleh makan terlalu banyak" ujarku bermonolog sambil menutup toples makan dan meletakkan kembali pada tempatnya.

Ikan dalam kolam kembali bermain. Tidak lagi ada aksi meyerunduk setelah pakan mereka habis. Aku memilih duduk kembali pada gazebo taman. Ada satu buku sudoku dalam genggaman dan satu lainnya di sebelah kananku. Akhir-akhir ini untuk menghusir rasa bosan menjadi istri rumah tangga dengan aktivitas monoton aku meminta Raka membelikanku buku teka teki dengan permainan jadul ini. Sebenanrnya ada banyak aplikasi permainan sudoku dalam ponsel tetapi menjawab dengan kertas memiliki euforia tersendiri. Seperti kekesalan berpikir untuk angka yang tepat bisa aku lampiaskan dengan membuang jauh bukunya. Ah, sering aku di buat kesal permainan ini.

"Allahuakbar, Ka!" Jeritku dengan lirikan kesal.

Pria yang aku marahi itu tersenyum manis pada kusen pintu. Tubuh kirinya bersandar, kedua tangan bersedekap dengan senyum manis di wajah. Ia tidak peduli makianku atau detak jantungku yang kaget melihatnya entah kapan telah memulai posenya di sana.

"Kapan pulang? Aku kok nggak dengar kamu masuk?" Rentetan pertanyaanku sembari menyaliminya.

"Baru tadi" singkatnya. Bola mata Raka mengkodeku untuk memperhatikan pakainya. Mungkin ia ingin memberitahuku jawaban lebih panjang namun tidak melalui untaian kata. Seperti aku baru sampai, ganti bajupun belum aku lakukan.

"Kenapa ngak nyapa, aku kan kaget!"

"Aku lihat kamu begitu fokus tadi" ucapnya "Dan apakah kamu mau dengar aku jujur?" Kini suaranya terdengar mengecil.

Aku mengangguk semangat. Wajah Raka mendekat dengan pelan. Ia berhenti tepat di samping telinga kananku. Ada terpaan halus yang rambutku rasa berkat nafas Raka dekat telingaku.

"Kamu sangat cantik tadi" bisiknya merdu.

Gombalan basi, Ka!

"Kamu terlalu sering memuji aku cantik tapi aku begitu jarang memuji kamu ganteng, Ka"

Ia tertawa menarik kembali wajahnya agar kami kembali bertatapan.

"Oh, kamu tidak perlu buat kerjaan baru Rey. Suamimu ini sudah terlalu percaya diri bahwa dia ganteng" ucapnya enteng.

"Dasar" ejekku.

"Sudah shalat?" Tanya Raka.

"Sudah"

"Yaudah ayo"

"Ah, kemana?" Kernyitku bingung.

"Jalan santai keliling kompleks" ia mulai menarikku meninggalkan taman.

BAB II - Assalamualaikum Ketua Rohisحيث تعيش القصص. اكتشف الآن