12. Kencan

2.1K 334 86
                                    

Bukan tentang siapa yang cinta kamu. Selama kamu cinta aku, aku tidak punya alasan merasa takut

-----

Jam tujuh pagi akhir pekan ini kami nikmati dengan jalan santai di pinggir lapangan. Tadi subuh Raka tiba-tiba mengajakku ke taman, bukan cuman itu ia bahkan sudah menyiapkan sepasang hoodie tosca yang sekarang aku kenakan dan juga ia kenakan. Kapan coba dia menyiapkan ini, walau sesederhana ini tapi kesan yang sampai untuk hatiku sangat besar. Aku terharu pria bergelar suami sambil menggandeng tanganku ini menyiapkan kejutan di tengah ia sangat sibuk.

Aku menatapnya, ia yang lebih tinggi membuat aku mendongak. "Ka, ngapain sih kita ke taman?" Tanyaku.

Yang aku tanya justru tersenyum dan juga tertawa kecil. Raka salah makan apa sih.

"Kencan"

"Ah?" Tanyaku kaget. Aku tidak salah dengar?

Raka menunduk berhenti tepat di samping telingaku. "Kencan sayang" bisiknya membuat aku merinding. Duh, masih pagi jantungku sudah harus jungkir balik tidak pakai pemanasan lagi.

"Kan kamu yang protes aku ini bukan pacar romantis yang ngak pernah ngajak kamu jalan. Makannya hari ini kita kencan" jelasnya dengan posisi sudah menegak kembali.

Oh jadi itu. Aku ingat leluconku yang membuat Raka sangat sedih malam itu. Aku pura-pura minta pisah karena berpacaran dengan Raka sangat monoton. Tapi pria yang ku temani bercanda justru menganggap serius arti kata pisah. Lucu deh, tapi jadi merasa bersalah juga.

"Harus banget nih di taman?"

Raka mengangguk semangat. "Kamu tau apa alasan dari sekian banyak tempat tapi aku pilih ini jadi tempat kencan pertama kita?"

Aku mencoba berpikir. "Apa?"

Raka langsung mengusap kepalaku lembut. Ya Tuhan, suamiku semalam cuman makan sop ayam dan tahu goreng tapi kenapa pagi ini kelewatan manis.

"Lima tahun lalu kita juga pertama kali kencan di sini" ujarnya.

Aku kembali berpikir keras mengingat-ingat ke dalam lima tahun lalu. Itu artinya aku masih bersama Raka abstrak dan seorang Reyna yang tidak memiliki kepercayaan diri.

Mataku lalu melihat sekeliling aku berharap bisa mengingat sedikit kisah dari kepingan puzzel yang coba aku susun kembali. Barisan pinggir lapangan yang tidak jauh terlihat tempat penyewaan sepeda, jalan raya yang biasanya ramai kendaraan tergantikan dengan para pedagang kuliner. Aku ingat itu, aku ingat, Ka.

"Kamu bawa aku ke taman ini pas aku ngomong mau hidup sehat" jawabku semangat.

"Dan ternyata hanya alasan mau jajan di stan makanan car free day"

"Tapi kamu cuman bolehin aku milih tiga makanan, Ka"

"Aku kan sayang kamu makannya aku jaga kesehatan kamu" dih, serangan jantung lagi.

Kami lalu tertawa kecil. Indah juga nostalgia di tempat kisah itu terjadi. Sudah lima tahun saja. Waktu kenapa begitu cepat berlalu padahal aku dan Raka belum mengukir banyak kisah.

"Kamu ngak bilang waktu itu kita kencan" protesku lagi.

"Kamu yang tidak peka, harusnya kamu bisa mengambil kesimpulan sendiri kalau waktu itu kita kencan. Jalan berdua, Rey"

"Kamu mau tau ngak Ka aku bangga banget dengan diri aku" kataku tiba-tiba membuat kening Raka mengerut.

"Kenapa?"

"Aku bisa buat kamu jatuh cinta pake banget lagi malahan aku sempat buat kamu bertepuk sebelah tangan. Bangga deh aku" kataku bercanda lalu tertawa kencang.

BAB II - Assalamualaikum Ketua RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang