32.Macan tidur

Mulai dari awal
                                    

Ah senyum Jawa melelehkan hati Sifa. "Oh ya, Sifa kesini nganter sepupu Sifa. Tuh orangnya." Tunjuk Sifa pada laki-laki yang mengenakan baju dan celana hitam.

Jawa memecingkan matanya untuk melihat siapa orang yang Sifa tunjuk, orang itu berjalan mendekat.

"Ayo balik." Ajak sepupu Sifa yang tak lain dan tak bukan adalah Galang Aji Pangestu.

Ya, Galang adalah sepupu Sifa. Dia mengenal dan tahu banyak tentang Anya juga dari Sifa. Sifa juga sering memberi tahu kabar Anya pada Galang.

"Lang, Sifa mau duduk di sini dulu. Temenin." Ucap Sifa pada Galang. Jawa fokus memperhatikan wajah Galang.

Tak lupa, Galang juga mengenal siapa Kale, Bule, Epot dan Jawa dari Sifa. Tapi sekarang ia akan berpura-pura tak mengenal Jawa.

"Boleh kan, Wa?" tanya Sifa.

Jawa mengangguk seraya menyodorkan tangannya pada Galang, Galang tersenyum tipis. "Galang." Ucap Galang.

"Panggil gue Jawa aja." Jawab Jawa. "Duduk aja dulu."

Merekapun duduk bertiga tidak saling berhadapan. Jawa di kiri, Sifa di tengah, Galang di kanan, bersebalahan.

"Jawa lagi ada problem ya, mukanya kusut amat. Hehe." Ucap Sifa hati-hati.

Galang sendiri merasa sangat canggung, ia memilih bermain handhpone saja. Jawa memandang kosong kearah depan. "Terlalu berlebihan nggak sih kalau gue nggak suka cewek dibentak?" tanya Jawa.

"Nggak kok, Sifa malah maunya semua cowok kaya Jawa." Jawab Sifa jujur.

Jawa mengangguk sambil tersenyum kiri membayangkan wajah Anya yang ketakutan. "Kalau boleh Sifa tahu, emang siapa yang dibentak?" tanya Sifa.

"Temen lo." Balas Jawa. Galang langsung memandang pada Jawa.

"Anya?" tanya Sifa memastikan. Lagi-lagi Jawa mengangguk sebagai balasan.

Sifa dan Galang langsung bertatapan karena terkejut, pasti sedang ada masalah antara Kale dengan Anya, tapi apakah pantas Kale membentaknya?

"Gue nggak tahu udah berapa kali Kale bersikap kaya gitu ke Anya." Lanjut Jawa. "Itu bikin gue sedih karena inget masalalu, Fa."

Galang maupun Sifa dapat melihat kesedihan yang terpancar di wajah Jawa. Najwa benar-benar berpengaruh untuk Jawa. Dengan lembut Sifa mengusap pelan pundak Jawa.

"Maybe cuma sekali Kale bentak, Anya." Balas Sifa menenagkan.

"Gue tahu Sif dia mengacunya ke masalah Bokap Anya, tapi ayolah kekanan-kanakan banget jatohnya." Kata Jawa.

Yang Galang pikirkan perasaan Anya sekarang, mungkin tengah hancur. Hari itu Anya bilang ia sering dibentak, ternyata Kale pelakunya.

Kale sendiri bukan main keluar, ia malah ke kamar Ica dan melamun di hadapan Ica.

"Abang kok diem aja?" tanya Ica.

"Nggak papa, ca." Jawab Kale. Ikatan batin Kale dengan Ica sangat kuat sehingga Ica benar-benar bisa tahu tanpa melihat keadaan Kale.

"Abang lagi ada masalah ya?" tanya Ica.

"Abang lagi ada duit, mau beli ice cream nggak?" tanya Kale mengalihkan pembicaraan. Ica meraba wajah Kale, terasa hangat akibat menahan kesal.

"Abang." Panggil Ica.

"Iya, Ica." Jawab Kale.

"Jujur sama, Ica. Lagi ada masalah ya?" tanya Ica sangat penasaran.

"Orang dewasa selalu punya masalah, Ca." Jawab Kale. "Makannya nikmati masa-masa remaja kamu."

"Masalahnya hati? kangen sama Kak Anya ya Abang?" goda Ica membuat Kale terkekeh kecil.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang