30. Doa Sederhana

9.2K 1.2K 81
                                    

"Bullshit!"

"Pria baik dari mana? Nggak ada pria baik yang bikin pacarnya gegar otak."

"Otakmu konslet ya, Ta? Putus baik-baik dari mana? Pas ketahuan aja dia akhirnya lepas kamu 'baik-baik', coba kalau engga?"

"Jangan sampai kamu kemakan omongan sampah kayak gitu!"

"Omong kosong!"

Entah sudah berapa kali kuputar mataku hari ini. Tiap kali aku berusaha menjelaskan pada Tama bahwa David bukanlah pria brengsek, dia selalu menyela. Mulutnya selalu mengeluarkan komentar pedas yang membuatku lama-lama kesal sendiri.

"Denger dulu, A. Bang David kan begitu bukan mau dia. Dan sebagai catatan, bukan Bang David yang bikin aku masuk rumah sakit tapi mantan tunangannya!"

"Apa bedanya? David nggak pantas dibilang baik. Kalau dia baik, dia nggak akan menduakan kamu. Balikan sama mantan pas udah punya pacar. Apaan itu?"

Aku menggeram kesal. "Ih si Aa ngeselin pisan ya. Neng kan udah pernah bilang Bang David nggak pernah balikan sama mantannya. Dia kasih kunci rumahnya waktu itu karena mantannya itu kabur dari rumah, pergi ke Jogja nggak tahu harus tinggal di mana. Cuma buat jaga-jaga aja kok. Itu pertama kalinya si mantan itu ke rumah Bang David, nungguin Bang David di rumah maksudnya."

"Nah itu. Itu namanya brengsek! Belum nikah ngapain kasih kunci ke mantannya? Kecuali kalau mantannya memang yang punya kontrakan. Untung langsung ketahuan, coba kalau enggak, mana ada kamu 'dilepas' dengan cara baik-baik. Nggak ada istilahnya putus gara-gara orang ke tiga itu putus baik-baik."

"Aa juga tuh sama mantannya. Andrea-Andrea itu, dia masuk rumah Aa waktu Aa nggak di rumah. Berapa kali coba! Sampai mama harus masuk rumah sakit shock lihat anaknya ternyata-"

"Brengsek? Memang aku brengsek kan? Siapa yang bilang aku baik? Kamu kan. Aku lagi jelasin ke kamu tentang persepsimu yang menganggap David pria baik-baik. Jangan alihkan ke aku!"

"A, kalau Bang David brengsek, dia nggak akan menghubungi Aa buat datang ke rumah sakit. Lebih tepatnya, nggak akan berani nemuin Aa di rumah sakit waktu itu. Tapi buktinya apa? Dia tetap menghadap Yang Mulia Raja Tama yang Agung kan? Kalau dia brengsek, dia pasti langsung pergi begitu aku dibawa ke rumah sakit. Dia tanggung jawab."

Tama mendengkus. "Memang susah ya ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta. Apa-apa dibawa baper. Mau busuk kayak apa juga dianggap baik. Tahi kucing kamu jilat juga pasti rasa coklat!"

Kupukul gemas lengan atas Tama. Gerakan tak terduga itu membuatnya kaget hingga untuk sesaat kendali mobil agak oleng.

"David bukan orang baik! Titik!" seru Tama. "Mantan terindah my ass. Nggak ada istilahnya mantan terindah, kalau terindah nggak akan jadi mantan!"

Kupukul lagi lengan Tama.

"Ada! 'Terindah' itu kata sifat yang bekerja menjelaskan sifat si objek. Dalam hal ini objeknya adalah 'mantan'! Jadi memang ada istilah mantan terindah. Yang kurang ajar itu kalau sampai bilang pacar terindah atau malah istri terindah! Karena kalau ada kata 'terindah', pasti ada 'terburuk', 'terjelek', dan ter-ter lainnya! Yang artinya itu orang punya pacar atau istri lebih dari satu! Aa nggak usah ngajarin aku. Aku teleponin pak Tri dosen Bahasa Indonesiaku baru tahu nanti dikasih kuliah!"

"Terus, bela aja terus!"

Aku mendengkus lalu diam di sisa perjalanan kami.

Sekitar dua puluh menit kemudian kami sampai di tempat tujuan. Entah apa motivasi Tama mengajakku ke tempat ini hari ini. Mungkin mengajak beribadah? Mengingat ini adalah salah satu tempat istimewa di Jogja juga.

Status: It's ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang