( ٢١ ) Pangeran Es Bertindak

20 8 1
                                    

"Duduk." Ucap Azka tegas. Disampingnya telah ada Ustadz Amir yang masih setia tersenyum hangat.

Sementara 3S masih memantapkan diri untuk bertatap muka dengan Azka. Sementara Azka setia dengan tatapan tergasnya, sesekali menghela nafas.

"Penampilan kalian tadi itu bagus. Seperti biasanya, Al-hijr terkesan. Ustadz ucapkan selamat atas hal itu." Jelas Ustadz Amir tersenyum lembut.

Ketiganya, bahkan Sulh sampai repot-repot mencoba tersenyum kali ini. Demi merespon baik pujian dari mentor mereka.

"Kalian tahu tidak kenapa kalian dipanggil kesini?" Ucap Azka menginterupsi keadaan. Jangan karena dipuji kalian lantas lupa kesalahan kalian, terkam Azka dibalik tatapan matanya.

Ketiganya menunduk. Jangan harap bernafas lega jika Azka sudah ada disini.

"Kalian mau saya jelaskan atau kalian sendiri yang mengaku?" Gertak Azka penuh penekanan.

Syam merasa tertekan karena lagi-lagi menyeret dua kawannya atas kesalahannya. "Sebenarnya-"

"Biar saya yang jelaskan, Akhi." Sergah Sulh. Dengan tatapan beraninya, hanya Sulh satu-satunya anggota hadroh yanh berani menatap Azka seperti itu.

"Sulh 'Azzam, Inisiatif yang bagus. Tapi bisakah saya mendengarkan penjelasan dari pelakunya langsung?" Dan Azka sebenernya selalu tidak suka jika Sulh mulai menjawabnya.

"Akhi, berikan saya izin untuk menjelaskan. Jika Akhi tidak puas dengan penjelasan saya, Akhi boleh menghukum saya tasmi' 5 juz, zikir tiga puluh tiga putaran dan istigfar seratus kali." Sulh menjabarkan hukuman dengan paket lengkap yang biasanya dihatuhkan untuk pelanggaran kelas menengah.

Saat itu juga Salman dan Syam menoleh ke arah Sulh. Menatapnya tak percaya. Apa dia serius? Seru mereka dalam hati. Mau membela pun tidak bisa, tidak di depan Azka.

Azka tersenyum. Dia memang tidak suka melihat Sulh kadang berani menjawab perkataannya, tapi jauh di dalam hatinya dia bangga. Karena dia tidak ingin Sulh memiliki akhir yang sama sepertinya. "Baik, jelaskan padaku."

Dengan berani, dia menjelaskan tanpa rasa getir. Karena bagi yang tidak salah, tidak boleh dihukum. Itulah yang dipikirkan Sulh sehingga berani mempertaruhkan dirinya sendiri.

"Itu yang sebenarnya terjadi, Akhi." Walaupun Sulh tidak yakin apa semua penjelasannya sudah cukup. Apa itu semua berhasil membuatnya bebas dari hukuman yang dia pinta sendiri tadi.

"Kamu itu bukan vokalis yang baru dilantik kemarin, Sulh. Alasan semacam itu tidak lantas membuatmu diperbolehkan lipsing di atas panggung, sementara Al-hijr menganggap kalian vokalis yang bersikap profesional." Jelas Azka.

"Iya, harusnya lipsing itu tidak boleh ya. Bukankah tim hadroh sudah sepakat?" Ucap Ustadz Amir.

Sepertinya penjelasan yang dia berikan memang tidak bisa diterima, pikir Sulh. Menunduk. Ingin kembali menuturkan penjelasannya, namun sepertinya kesempatan bicaranya sudah habis.

"Na'am, Ustadz.." Hanya itu yang bisa diucapkan Sulh sekarang. Tapi Salman dan Syam tidak tinggal diam, mereka menggenggam tangan Sulh. Mencoba memberi semangat sebisanya, dibalas senyum tipis dari Sulh.

"Tapi, saya apresiasi usaha kamu." Ucap Azka dengan senyum bangga.

"Ya, bagus kamu mau membela teman kamu yang sebenarnya tidak salah." Tambah Ustadz Amir memuji.

"Tidak ada hukuman untuk kalian kali ini." Jelas Ustadz Amir dijawab anggukan dari Azka.

Serempak ketiganya menghela nafas, tertawa bersama. Jarang sekali bisa dimaklumi seperti ini, mereka lega. Bagaimana pun juga yang namanya dihukum itu tidak enak. Ustadz Amir dan Azka tersenyum melihatnya.

Şaghirul MujahidunWhere stories live. Discover now