"Kasian dia nanti, Dy, kehujanan, kepanasan. Kamu gak punya perikebonekaan banget sih!"

Dan mungkin saat ini Dyba harus membawa suaminya ini ke rumah sakit. Tingkat kegilaan Sam sudah di luar batas!

***

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian boneka dan Reynold itu berlangsung. Dan selama seminggu itu membuat Dyba beberapa kali mengacak rambutnya dengan tingkah Sam yang manjanya nauzubillah.

Sam sudah mulai masuk ke perusahaan beberapa hari yang lalu, dan setiap pulang kerja lelaki itu pasti langsung memeluknya dengan keadaan yang masih kotor. Jas belum dilepas, sepatu masih terpasang di kakinya, dan tas laptop dilemparkan begitu saja entah ke mana arahnya.

Tidak terasa sudah dua minggu mereka bersama dan kadang sikap Sam yang diluar dugaan itu membuat Dyba berdecak. Sebenarnya ia nikah dengan Sam yang dulu mantan ketua Terrell atau nikah dengan anak kecil yang manjanya masih nauzubillah?

Seperti sekarang, Dyba memijat kepalanya yang pusing karena tingkah Sam. Lelaki itu baru saja pulang dari kantor setengah jam yang lalu, masih lengkap dengan kemeja abu-abu dan celana kain berwarna hitam dengan santainya bermain PS, bukan masalah itu sebenarnya. Tetapi, bungkus makanan berserakan di sekeliling suaminya itu.

"Sam, habis itu beresin!"

Sam menggelengkan kepalanya, matanya masih fokus melihat ke layar televisi. Dyba menarik nafasnya beberapa kali sebelum menghampiri lelaki itu. Ia mencabut kabel PS yang langsung membuat suaminya itu melotot.

"Apa? Mau marah? Pulang kerja bukannya mandi, ini malah main PS! Mandi sana!"

Sam mengerucutkan bibirnya, ia malah membaringkan tubuhnya di atas sofa. "Mandi sama kamu aja."

"Aku udah mandi," ucap Dyba sambil mengambil bungkus-bungkus makanan yang tercecer itu.

"Gak peduli, aku bakalan buat kamu jadi mandi lagi."

Dyba membuang bungkus-bungkus makanan itu dengan asal ke depannya, ia menatap Sam tajam. "Kamu tuh kenapa sih satu minggu ini manja banget?!"

Mendengar bentakan itu bukannya Sam malah takut, ia malah asik memandangi wajah Dyba yang sudah ada buliran keringat di sana. Sam terhenyak, apakah selama ini ia begitu keterlaluan dengan istrinya? Bukan Sam tega, tetapi ia hanya masih kesal saja dengan istrinya itu.

"Bisu kamu?" Sam menatap Dyba saat mendengar kata itu keluar begitu saja dari mulut Dyba.

"Bodo amat! Beresin sendiri aku gak mau beresin! Gak kamu beresin ya udah terserah kamu!" Setelah itu Dyba pergi ke arah kamar. Sam masih menatap punggung yang sudah menaiki tangga, sekilas ia melihat Dyba mengusap ujung matanya dan itu tandanya istrinya itu sudah menangis.

Sam menatap bungkus-bungkus makanan itu, sepertinya ia memang sudah keterlaluan. Dyba dari pagi sudah banyak kegiatan. Membuat sarapan, membersihkan rumah, membersihkan halaman, dan masih banyak kegiatan lainnya.

Sam menghela nafas, ia mulai berdiri dan memunguti bungkusan itu. Setelah semuanya terbuang ia mengambil sapu dan mulai menyapu ruang keluarga. Sam mengusap peluhnya, ini saja baru menyapu ruang keluarga, belum ruang tamu dan lainnya, dan ia sudah capek, bagaimana dengan Dyba yang tiap harinya begini?

Sam menaiki tangga menuju kamarnya, ia membuka pintu kamar dengan pelan. Penyesalan Sam semakin bertambah saat melihat punggung itu bergetar. Sam meneguk ludahnya, memang tidak terdengar isakan, tetapi punggung yang bergetar dan suara tarikan nafas Dyba yang tidak beraturan itu menjawab semuanya.

Sam menuju kamar mandi, sepertinya ia harus membersihkan diri dahulu sebelum meminta maaf kepada wanitanya itu. Hanya butuh waktu lima menit untuk Sam membersihkan tubuhnya.

Dengan keadaan shirtless dan memakai boxer hitam, Sam memeluk tubuh Dyba dari belakang. "Sorry, dear, aku cuma masih kesel aja makannya aku kayak gini. Maaf kalau kelakuan aku childish banget, maafin aku, Dy."

Isakan Dyba mulai terdengar dan itu membuat hati Sam seakan tergores. Sam mengeratkan pelukannya di pinggang Dyba, wajahnya ia susupkan di tengkuk Dyba.

"Sayang, jangan nangis, aku minta maaf. Aku tau kamu pasti capek banget ngeladenin aku seminggu ini, dan aku baru sadar sekarang, Dy."

"Kalau aku gak bentak kamu kayak tadi kamu gak bakalan sadar kan?" Suara serak Dyba itu akhirnya keluar.

"Maaf, Dy."

"Itu kamu cuma liat aku ngomong sama Reynold, gimana waktu aku kuliah nanti? Aku pasti bakalan sering kerja kelompok dan gak mungkin aku terus-terusan sama cewek. Kamu mau buat aku kayak mana? Sampai aku sakit karena ngeladenin kamu terus gitu? Atau kamu mau ngukir di perut aku lagi? "

Hanya ucapan maaf yang bisa Sam ucapkan. Sepertinya ia memang keterlaluan. Dan mendengar kata 'ukir' dari bibir Dyba membuat satu tetes air mata Sam keluar.

"Sam, kita bukan lagi masih pacaran, kita udah nikah. Aku gak mau sesuatu yang sepele buat kita jadi hancur. Please, aku memang mau kamu keluarin sifat aslimu, yang posesif, manja, atau yang lainnya. But, jangan keterlaluan gini. Aku juga capek, Sam."

Dyba membalikkan badannya, ia mengusap air mata Sam yang sudah meluncur halus di pipi lelaki itu. "Intropeksi diri masing-masing, ya. Jangan gara-gara kamu sebel sampai buat aku kayak gini. Aku gak masalah kamu posesif, tapi di batas wajar. Kita harus ngertiin satu sama lain. Kepercayaan di sini adalah yang paling utama. Kamu percaya aku, aku percaya kamu. Jangan sedikit-sedikit kamu curiga, aku gak ada niatan sedikitpun untuk berpaling."

Sam menatap Dyba dengan mata yang masih mengeluarkan air mata. Dyba tersenyum tipis, ia mengecup mata itu. "Cemburu boleh kok, tapi ngertiin aku juga."

Sam langsung memeluk tubuh itu, rasa bersalahnya begitu besar kepada wanita yang ada di pelukannya ini.

"Maafin aku, sayang."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku ♡♡

14 September 2020




DySam (After Marriage)  [Selesai]Where stories live. Discover now