Rasa Putri.

133 24 7
                                    

"Bunda."

Talita duduk di sebelah Bunda Salsa. Sang bunda yang awalnya asik membaca majalah wanita, lantas urung dan meletakkan si majalah di meja.

"Ada apa, Sayang?" tanya Bunda Salsa.

Dengan kelembutan dan kasih sayang, Bunda Salsa mengusap rambut Talita yang ikal kemerahan dan lembut berkilau itu.

Tangan Bunda Salsa, Talita angkat dan letakkan di dadanya.

"Apa yang sedang berdegup ini, Bunda?"

Bunda Salsa terlihat berpikir aneh. Masa iya sang anak lama di hutan tak tahu tentang organ bernama jantung.

"Jantung."

"Yah, jantung."

"Ada masalah dengan jantungmu, Nak?"

"Yah, Bunda."

"Oke, baiklah. Nanti Dokter Mita, dokter spesialis jantung akan bunda hubungi."

Talita berpikir ulang. "Dokter? Dokter jantung?"

"Iya, Nak. Kenapa?"

"Bunda yakin dokter jantung bisa menyembuhkan detak jantung yang aneh ini?"

"Aneh? Apanya yang aneh?" Bunda Salsa yang mulai berpikir aneh soalan sang putri.

"Bunda tahu kalau Talita tidak punya riwayat penyakit jantung, bukan? Anehnya adalah, jantung ini berdegup cepat saat melihat dan bertemu apalagi berbicara dengan seseorang, Bun. Apa Bunda yakin, ini sakit jantung?" Bunda Salsa seketika mengerti.

"Waahhh, anak bunda lagi jatuh cinta namanya. Siapa, siapa seseorang itu, Talita? Ceritakan sama bunda seperti apa dia?" Bunda Salsa membenarkan letak duduknya. Ia terlalu ingin tahu perkembangan sang putri.

"Diaa, pemuda yang terlihat tak peduli, tapi sesungguhnya paling peduli. Terawat, tapi terlihat tak terawat. Baik, tapi terlihat tak baik."

"Pemuda aneh," gumam Bunda Salsa.

Seperti piringan hitam berbentuk puzzle dalam ingatan sang putri. Bagaimana kejadian demi kejadian bersama Reza Raihan berputar dalam otak kanannya. Talita menopangkan dagunya pada tangan yang bertengger di atas meja sembari tersenyum sendiri. Bunda Salsa mulai merasakan keambiguan. Antara senang dan rasa khawatir yang menggelayut batin.

🍀🍀🍀

Talita mengajak Adara keluar malam itu. Adara tak kuasa menolak karena ia sendiri hampir tak pernah keluar malam. Begitu pun ia tahu bahwa Talita juga tak mungkin keluar malam.

"Aku ingin menemui seseorang, Adara," ucap Talita.

"Talita, ini bukan ide baik."

"Ayolah, Adara. Sebentar saja."

"Baiklah."

Tak lama berselang, mobil yang ditumpangi mereka berdua berhenti di salah satu taman kota. Adara sangat meragu. Siapakah yang akan ditemui oleh Talita? Mungkinkah dia orang yang sering diceritakan Talita padanya?

"Nenek Arum. Namanya Nenek Arum."

Talita memperkenalkan seorang wanita berumur sekitar enam puluh tahun. Belum segitu senja. Lihatlah kulit wajah dan tangannya yang masih kencang dan senyum yang menghiasi wajah perempuan itu.

"Nek, ini Adara. Yang sering mengajarkanku tentang Allah."

"Adara?"

Putri MisteriWhere stories live. Discover now