Putri Rahasia

440 60 0
                                    

Berasa sepi yaa setelah acara lockdown dari pemerintah?
Mari berdoa yang banyak, Kawan.
Tetap jadi warga santuy yang siaga. Izinkan aku ikut menghibur loro sepi ini dengan bacaan yang Insya Allah bermanfaat nantinya. Hahhaaa ....

Ada Allah koq yang menggenggam segala kuasa.

Maha Raja di atas segala Raja.

Maha Cahaya di atas segala cahaya.

Takutnya sama Allah aja bukan sama makhluk. Oke guyss,, ehheee

Apalah arti si cupid copidd ahh apalah namanya.

Semangaaaattt!!! Ucapkan bismillah.

Kuyy baca! Tapi sebelumnya, jangan lupa Qurannya dibaca. Karena kita percaya bahwa kalam Allah (Al-Quran) itu juga obat koq.
Positif thinking. Belajar ikhlas lillaahi ta'ala.

Semoga yang sakit segera sembuh. Aamiin ....

Sit, 17 March '20

#$%@^@&&&

Suara gemericik air terdengar seperti alunan gitar saat ranting kecil itu dimainkan ke hulu hilir oleh Talita. Kaki kirinya menopang kaki kanan seraya tangan kirinya menopang dagu. Talita masih duduk sembari memejamkan mata cukup lama. Gadis itu duduk di atas batu besar di tepi kali kecil. Rambut tebal ikalnya ia biarkan terjuntai ke tanah menyapu dedaunan kering. Tangan kanannya masih saja memainkan aliran air di depannya.

Dari balik pohon besar yang ada di belakang Talita, sebuah angin menyapanya lembut.

"Kau menyukai itu, Putri?"

Talita membuka mata perlahan. Tak lantas menjawab, malah hanya tersenyum. Sungguh manis sekali itu bila tersenyum. Dagu terbelah dua dan lesung pipit kecil di tepi kedua bibirnya menambahkan keelokan parasnya. Pantas saja ia jadi bahan rebutan dulu semasa bayi. Wajah bak bidadari.

"Kamu selalu saja berkomentar. Ingatlah, Anina. Tak semua yang orang lain lakukan menjadi urusan kita," omel Talita karena ia merasa terganggu.

Angin di sisi Talita berembus menempa wajahnya yang halus. Sebuah bisikan kembali hadir di dekatnya.

"Kau sangat baik, Talita. Tapi lebih sering menyebalkan. Bagaimana bisa para pelayanmu itu betah denganmu? Kalo aku jadi manusia, aku lebih memilih berkumpul bersama keluargaku dari pada harus melayanimu."

Talita memutar bola mata ke atas dan menurunkan bahunya ke bawah, "Pergilah. Aku tidak menyukaimu bila cerewet seperti itu. Aku butuh sendirian kali ini. Aku sedang memikirkan sesuatu."

"Bisa kutebak! Pasti tawaran ayah bundamu untuk pergi dari sini, 'kan?"

Talita mengangguk pelan. Tangannya kembali memainkan air dengan ranting pohon.

"Aku pernah terbang ke sana. Yang dimaksud kota. Itu dunia aneh menurutku. Banyak sekali hal-hal aneh yang manusia anggap menyenangkan di sana. Hampir semua benda bergerak sendiri dan dikendalikan oleh satu hal. Namanya mesin. Bahkan wajahmu bisa berbicara di sebuah kaca tipis dan orang lain dari jarak jauh bisa melihat itu dan bahkan bisa bercakap-cakap dari kaca itu. Aneh bukan?"

Talita menoleh dengan mengernyitkan keningnya, "Aku bahkan tak bisa membayangkannya. Jika mesin, kamu tahu sendiri bagaimana rumahku. Di sana juga ada mesin. Telepon. Di rumahku juga ada. Tapi tidak pernah ada wajah yang muncul dari telepon itu."

Angin bernama Anina itu kembali mengitari tubuh Talita. Seperti bayangan berwarna putih, Anina seperti seorang gadis cantik. Ia mengatakan, "Lalu kenapa kau menolak ke sana?"

Putri Misteriजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें