Warna Putri.

134 25 8
                                    

Kau hadir memang sebagai warna baru buatku.

_Talita_

....

Genggaman itu pun semakin erat terasa. Sekejap pun Bing tak ingin Talita beranjak dari tempatnya.

"Cepat sekali kau menemukan penggantiku, Duhai putri yang hidupnya penuh misteri." Laki-laki yang terpaut lebih tua dari Bing itu bertepuk tangan.

"Kami punya acara pribadi. Dan kau tidak kami undang," tukas Bing.

Keringat dingin mengucur di anakan rambut Talita. Selain takut akan ulah laki-laki itu, ia juga tak mau Bing tahu siapa laki-laki itu.

"Pergi kau, Adrain! Jangan ganggu aku! Ikatan kita sudah selesai!" teriak Talita.

Tawa terbahak itu pun keluar dari mulut sang mantan suami. Tepukan tangan Adrain semakin keras.

"Kau dengar, Hai pemuda? Aku dan bidadari ini pernah punya ikatan, hh?"

Beruntungnya Bing seolah tak peduli dengan cerita Talita dan pemuda di depan mereka. Bing berdecih.

"Memangnya sejak kapan aku tertarik dengan ceritamu? Talita sudah terikat denganku sekarang. Lalu apa pedulimu. Pergilah."

"Oke, aku akan pergi. Tapi sebelumnya, kenalkan, namaku Adrain." Adrain menjulurkan tangannya pada Bing. Bing membuang muka dan mengabaikan uluran tangan Adrain. Adrain menarik kembali tangannya dan mengusap tangannya sendiri. Dengan sedikit membusungkan dada, ia tersenyum miring. "Aku Adrain, mantan suami Talita Putri Salsabila. Kau paham perbedaan mantan suami dan mantan pacar, bukan?"

Talita membuka mulut dan menoleh ke arah Bing. Ia bingung akan menjelaskan pada Bing dari mana. Benar yang Talita khawatirkan. Bing seolah tersentak kaget dan langsung melepaskan genggamannya dari Talita. Ia melirik Talita sesaat. Merasa sedikit risih. Tanpa babibu, Bing pergi begitu saja. Talita berusaha mengejar. Namun sayangnya pemuda itu sudah menaiki motornya.

"Kak Bing, tunggu! Ini tak seperti yang Adrain katakan!" teriak Talita.

Gadis itu berlari berusaha mengejar Bing. Sumpah serapah ia lontarkan pada Adrain. Ia tak peduli dengan ilmu hitam yang dimiliki pemuda itu bisa mempengaruhinya setiap saat. Ia tak peduli. Baginya sekarang adalah Bing mendengarkannya.

Langkah kaki kecil terbirit Talita tak Bing gubris. Pemuda itu tetap saja memilih pergi meninggalkan Talita. Adrain hanya berniat mengacau. Setelahnya ia juga sudah pergi. Talita memejamkan mata merasakan denyit irisan luka di hatinya. Air matanya jatuh menyaksikan Bing yang sudah berada di kejauhan. Walaupun bisa ia tebak, tetap saja ia tak menyangka akan sikap instan Bing yang seringkali berlalu begitu saja.

🍀🍀🍀

Bing berhenti di tepi sebuah telaga. Ia berteriak kesal dan mencoba menghantam batang pohon di dekatnya.

"Dasar penipu!"

Tangannya meraup wajahnya sendiri yang memerah karena amarah. Ia terduduk di atas rerumputan dan memikirkan Talita. Mengingat betul bagaimana Talita berteriak memanggil namanya. Memohon agar dirinya segera berbalik. Bing sadar dalam teriakan Talita, kesenduan gadis itu terdengar.

"Oh, Tuhan. Talita menangis." Ia berpikir ulang. "Talita sendirian di sana."

Bayangan akan ketakutan Talita melihat mantan suaminya itu terlihat jelas. Lalu bagaimana bisa ia meninggalkannya? Bukankah laki-laki itu hanya masa lalu Talita? Memangnya kenapa jika Talita seorang janda, salahkah bagi seorang pecinta?

Putri MisteriDove le storie prendono vita. Scoprilo ora