Siapa kau putri?

196 36 20
                                    

Akan lari ke mana seorang hamba, sementara hati tetap meronta memanggil Rabb_nya.

🌹🌹🌹

Semua mata tertuju pada Talita dan Fawaz. Fawaz yang baru datang tentu saja terheran. Kenapa semua orang di rumahnya sendiri menatapnya seolah menatap makhluk aneh? Ia memeriksa tubuhnya sejenak. Tidak ada yang berubah.

Abi Nabhan, Umi Yasmin dan tak luput pula Adara menautkan kedua alis dengan tatapan takjub. Sementara di depannya seorang gadis tengah berdiri lama yang hanya bisa dilihatnya dari belakang. Fawaz sampai memiringkan kepala ingin melihat gadis berhijab itu. Karena merasa tak ada urusan, ia segera menerobos sekumpulan manusia yang terdiam bergeming itu.

Dasar pada aneh, pikir Fawaz.

Memilih tak acuh karena badan mulai menggigil basah oleh air hujan, Fawaz segera masuk ke kamar. Tujuannya ke kamar mandi. Membersihkan badan lalu beristirahat. Raganya terasa mulai letih.

"Fawaz!"

Sepertinya teriakan sang umi terpaksa membuatnya membalikkan badan dan membuyarkan angannya menuju kamar. Ia pasrah dan meluruhkan bahu.

"Apa, Mi? Fawaz sedang terburu mandi. Sebentar lagi Fawaz ke sini lagi, oke?"

Fawaz kembali akan membalik badan, tapi lagi-lagi sang umi meneriakinya. Kali ini Adara juga ikut serta. Tentu saja hal itu membuat Fawaz memutar bola matanya malas.

Begini ribetnyakah kaum hawa, Ya Allah? selentingan hati Fawaz berbisik.

"Siapa yang kau bawa ini? Kenapa calonnya tidak kau kenalkan dulu sama abi dan umi, Nak?"

"Calon?"

Fawaz bingung sendiri. Tatapannya beralih pada Talita. Talita berhijab. Sedikit lebih menawan menurutnya. Lalu ada hubungan apa dengannya? Bukannya Talita memang sahabat Adara. Lalu sekarang berhijab. Apanya yang aneh?

"Talita, Kakak."

"Bukannya dia sahabatmu, bukan sahabatku, kan? Lalu kenapa semua meneriakiku?"

Umi Yasmin menghampiri Fawaz, "Bukannya dia datang bersamamu? Lalu kenapa kau biarkan dia sendirian setelah itu? Tidakkah ingin kau kenalkan calon mantu ini pada abi dan umi, Nak?" sergahnya.

Aww!

Fawaz mulai memahami apa yang terjadi. Ada kesalahpahaman di sini. Sepertinya ia harus sedikit merelakan tubuhnya kedinginan untuk beberapa menit ke depan. Untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

"Umi, Abi dan kau, Adara," tunjuk Fawaz khusus pada sang adik. "Temanmu itu tidak datang bersamaku. Kebetulan saja kita datangnya bersamaan. Sudah, aku hendak mandi."

Pemuda itu secepatnya melenggang pergi sebelum teriakan para kaum Hawa di keluarganya itu terdengar melengking lagi. Ia masih tak habis pikir. Apa yang ada di benak keluarganya itu. Memang keluarganya terutama abi dan umi menginginkannya segera memiliki pasangan hidup, tapi tak sampai harus gagal fokus juga menurutnya.

Guyuran air hangat tentu saja menyegarkan badan. Namun ingatan sang pemuda malah terbayang si gadis jelita yang ada di luar. Berhijab. Tak terbayangkan, betapa gadis itu sangat menawan di matanya.

Sampai acara membersihkan diri selesai, masih saja mata bolak hazel kecoklatan dengan bulu lentik milik putri itu menggoda hasratnya. Tatapan polos nan apa adanya. Yang sulit adalah sang hati. Berat nian untuk berdegup dan terbuka.

Mungkin aku hanya kagum, bukan menyukai, tukas sang kalbu.

"Katakan padaku, Talita. Bagaimana bisa kau sampai di sini yang awalnya kupikir kau bersama kakakku Fawaz." Ucapan diselilingi cekikikan itu masih saja terlontar dari bibir mungil Adara. Ia masih tak percaya Talita kini di rumahnya.

Putri MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang