15. Mules🥀

59 29 31
                                    

Pembaca berkelas? Siapa takut!
Yaitu yang memberi dukungan dengan cara vote
Dan memberi krisar dengan cara komentar^^


Aliyya melangkahkan kaki berat harus membawa reward yang diberikan sekolah untuknya. Ia menyewa ojol karena tidak mungkin membawanya di angkot.

"Aliyya."

Aliyya membuang nafas sia-sia. "Pasti Ali."

Ali menawarkan bantuan untuk Aliyya tetapi di tolak. "Kamu tolak, mama bertindak!"

"Dasar, hobinya ngadu ke mama."

Ali tertawa lepas. "Jadi mau dibawa kemana??" tanya Ali.

"Ke rumah."

"Iya, maksudnya pake apa??" tanya Ali lagi.

"G*-car. Soalnya nanti ribet kalo pake angkot, sedangkan rumah harus masuk ke dalam lagi.

"Sudah dipesan?"

"Apanya, Al?" tanya Aliyya membuat Ali menaikkan alisnya.

"Jangan bilang kamu belom pesan g*-car??" dengan wajah persis seperti anak kecil yang meminta di belikan ice cream.

"Hahahaha, Ali!"

Ali menyernyit kesal atas perilakuan Aliyya yang malah menertawakannya. "Aliyya?!"

"Iyaiya, Maaff. Abisnya lucuu ekspresi Ali. Hehee."

"Udah?" tanya Ali dengan raut wajah datarnya.

Aliyya malah balik ngambek pada Ali. "Aliyya pulang sendiri, gausah ada yang bantuin." Aliyya mengambil piala yang tadi dibiarkan berdiri tegak di tanah.

Kali ini, Aliyya dibiarkan saja olah Ali.

"Dasar cowok! Semuanya sama aja, tau istrinya lagi kesusahan bukannya bantuin malah dijudesin!"

"Liyya?!" Rara kaget dengan pernyataan Aliyya yang di dengarnya tadi.

Aliyya membungkam mulutnya, matanya membulat sempurna, dadanya berdetak kencang dan membuat piala yang ia pegang terjatuh.

"Permisi, mau tanya atas nama Aliyya Humaira yang mana ya?" kata seseorang driver yang turun dari mobil.

"I-itu, ssaya. Pak."

"Monggo, mobilnya sudah di depan." Aliyya membalasnya dengan anggukan.

"Ra, Aliyya pamit ya. Kasian driver kalo nunggu terlalu lama."

Rara mengangguk paham, sambil menatap kepergian Aliyya. Sepetinya ada yang di sembunyikan dari Aliyya?

"Hei! Bengong aja lu."

"Kapan siiii? Lu, gak bikin gua pusing!" acuh Rara yang sering berantem dengan Ali.

"Saat lu tidur? Mungkin."

"Terserah!"

"Lu, liatin apa si? Sampek segitu seriusnya??" tanya Ali perlahan.

"Gapapa, heran aja ama Aliyya."

"Aliyya? Emang kenapa???" tanya Ali langsung menatap Rara dengan penuh harap.

"Gua mau tanya, sebenernya apa yang terjadi saat kalian di Bandung??" Rara menatap tajam Ali dengan penuh tekanan pada saat pengucapannya.

"Kok, tatapan lu serem gitu si? Berasa gimana gitu ke gua!" tanya Ali seperti ketakutan.

"JAWAB AJA!"

Ucapan Rara membuat sekeliling terpaut olehnya. Ali mengambil tangan kanan Rara dan membawanya pergi dari sini.

"Bisa gak si, jaga bacot lu! Brisik!"

AlkanaWhere stories live. Discover now