26. Gila ! siapa ?

4.3K 265 63
                                    

Hai semuanya, maaf update nya lama heheheeee ...

=== Topeng ? ===

Author POV

"APA!" Suara itu menggema dalam satu ruang.

"Lo bilang apa Nin?" Tanya Rafa. Cowok itu tidak ingin salah mendengar kali ini. Ia menuntut agar apa yang baru saja diutarakan, memang benar adanya.

Ninda menatap Rafa dengan gugup, cewek itu menyesali sebuah kata yang baru saja ia ucapkan. Sebuah kata yang selama ini di kuncinya dari setiap ucapan yang keluar dari bibirnya.

"Musuhmu adalah, dia yang menyembunyikan belati dibalik punggungnya dan selalu berada di sampingmu." Cibir Inta yang kini menatap Rafa dengan penuh kemenangan. Kemenangan yang didapatnya dari sebuah ucapan yang pernah ia lontarkan kepada cowok itu. Sebuah peringatan telak yang mampu membuat semuanya begitu jelas. "siapa sebenernya yang musuh lo dan siapa temen lo!"

"Gue pernah denger kata-kata itu." Leo menimpali. Entahlah apa yang dimaksudkan cowok itu. Tapi saat ini bibirnya tidak bisa terkunci begitu saja. Meskipun kali ini suasana sedang tidak mendukung untuk melancarkan lelucon.

"Film My Love from the Star!" Sahut Inta. Cewek itu mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Meskipun ia ingin agar semuanya terungkap. Tapi melihat Ninda yang terpojok, membuat sebagian hatinya merasa kasihan. Tapi apakah cewek itu pantas dikasihani setelah apa yang ia perbuat ?

Leo seakan mengerti dengan apa yang sedang Inta coba alihkan. Dibantunya cewek itu untuk meredam semua ketegangan di dalam ruang itu."Pantesan gue kayak..."

"LEO!!!" Tegur Ian dan Devan bersama. Membuat cowok itu bungkam seketika. Meskipun sebagian menginginkan agar permasalahan ini tidak dibicarakan pada hari dimana Diandra masih dalam tahap pemulihan. Tapi sebagian lainnya menginginkan agar masalah ini benar-benar selesai. Benar-benar lenyap semua kesalahpahaman yang melibatkan banyak orang.

Rafa yang sedari tadi membeku, mencoba untuk mengartikan ulang kata yang meluncur dari bibir Ninda. Menatap cewek itu penuh kekecewaan juga kebencian. "Kenapa?" Tanya Rafa.

Ninda, cewek itu menghelai nafasnya sesaat. Dagunya terangkat seolah siap menerima apapun yang akan terjadi setelah ini. Ditantangnya kedua bola mata Rafa, menyalurkan sebuah kata bahwa dirinya tidak ingin disalahkan. "Karna lo!" Jawab Ninda tegas.

Rafa bergerak dari tempatnya, cowok itu semakin mendekat kearah Ninda dengan tatapan tajam. Bahkan ia tidak memperdulikan sekitarnya.

Mengerti itu Leo bertindak cepat, agar tidak ada acara saling serang saat ini. "Ikut gue!" Leo menarik tangan Ninda menuju kearah pintu.

BRAK!!! Pintu itu tertutup menyisakan Rafa yang kini tangannya terkepal.

"Bodoh!" Umpatan itu keluar dari bibir Rafa. Entah siapa yang ia umpat. Tapi sepatah kata itu malah tertuju untuk dirinya sendiri. Ya, saat ini cowok itu benar-benar mengumpat diri yang telah bertindak bodoh atas kesalahpahaman.

Rafa berbalik, ditatapnya Diandra yang kini masih terlelap dalam tidurnya. Damai. Kata itulah yang mampu mendeskripsikan keadaan Diandra saat ini.

Dihampirinya cewek itu, diusapnya pelan kening Diandra dan dikecupnya perlahan. "Maaf." Bisiknya lirih.

Dalam kelirihan itu terselip ketulusan serta penyesalan yang menjadi satu. Meskipun ia tahu, itu tidak lagi berguna, tidak lagi dapat merubah semua kenyataan. Kata maaf itu hanya sebatas ucapan, bahkan tidak dapat membuat gelas yang retak kembali seperti semula. Mustahil!

"Andai waktu bisa diputar...." Bisiknya lagi. Kata-kataya menggantung.Percuma. Untuk apa Rafa melanjutkan kata-kata yang sama sekali tidak dapat ia lakukan. Semua tindakkannya terhadap Diandra, tidak lagi dapat diulang, atau bahkan dihapus dari ingatan. Karena waktu tidak mungkin berjalan mundur.

Kali ini air mata ikut serta menggenangi kedua pipi orang yang baru saja mengungkapkan keinginan yang mustahil. Air mata itu terjaruh tepat pada kelopak mata yang tertutup. Berbaur dengan air mata lain yang entah sejak kapan hadir menghiasi wajah yang terlelap itu, hingga menghilang di sebatas dagu.

Semuanya diam, mencoba untuk tidak mengganggu Rafa. Menyaksikan tubuh itu perlahan mendekati Diandra. Membiarkan permintaan maaf terucap olehnya.

Dalam rasa bersalah itu, Rafa sadar bahwa saat ini. Ada orang yang harus ia datangi, untuk sekedar meminta penjelasan. Penjelasan atas semua rangkaian peristiwa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir atau mungkin 2 tahun yang lalu.

Dipejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya, cowok itu pergi dalam diam, dalam emosi yang berhasil ia sembunyikan dalam ketenangannya.

"Raf!" Panggil Devan saat pintu tertutup.

"Biarkan mereka menyelesaikannya sendiri." Tahan Ian.

Tes!

Setetes air mata lagi-lagi jatuh dari sudut mata Diandra yang terpejam. Disusul dengan butiran-butiran lainnya. Perlahan mata yang terpejam itu terbuka, entah sejak kapan, kedua mata itu memerah, seperti menahan tangis dalam waktu yang cukup lama.

=== Topeng ? ===

Leo menyeret Ninda keluar, mencari sebuah lorong yang sepi. Dihentakkanya punggung Ninda hingga membentur tembok.

"Lo gila, lo cewek gila." Ujar Leo.

"Kalo gue gila, lalu lo apa Le!" Balas Ninda yang kini menatap tajam kearah Leo.

"Maksud lo apa!" Tanya Leo dengan nada yang tidak kalah tajam.

"Lo berteriak kalo gue gila, padahal lo sendiri yang gila, membekap Dii dalam ruang laboratorium, meminumkan obat penggugur, bukan kah itu sama aja lo ngebunuh janin itu!" Tantang Ninda yang kini mentap kedua manik mata hitam milik Leo.

"Lo nuduh gue?" Tanya Leo datar, tidak ada nada terkejut dalam rangkaian pertanyaan itu, nada itu datar seperti sebuah pengutaraan biasa. Bahkan nada penyesalan atau kilahan pun, tidak mampu menyentuh nada datar itu. Ninda mengangkat tinggi sapu tangan dan melemparnya tepat di depan muka Leo.

"Sangkal saja!"

"Gue nggak ngerti." Leo melempar sapu tangan itu kelantai.

"Diandra yang ngerajut sapu tangan itu sendiri, dia nulis nama lo dan namanya Ledi. Setahu gue dia ngasih itu ke elo, dan lo ngembaliin ke dia dengan cara yang bisa dibilang, menusuknya dari belakang." Ninda melipat kedua tangannya didepan dada.

Ditatapnya cewek itu sejenak, sekedar untuk mencari ketakutan yang kini terlihat jelas sedang ditutupinya mati-matian. Kemudian, senyum sinis tercetak begitu jelas pada bibir orang yang selama ini menjadi sahabtanya-Leo-.

"Nggak akan ada yang percaya ama lo." Hanya satu kalimat itu yang diucapkan Leo, yang secara langsung membenarkan tuduhan yang baru saja dilayangkan Ninda kepada dirinya.

"Breng*ek!"

BUG!!!

=== Topeng ? ===

Hai pendek ya, iya kok tau, aku minta maaf ya updatenya pendek heheheee...

Jangan jadi silent readers, vomment n commentnya please .

See you next chapter :*

12 Januari 2015

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang