3. Bingung ?

8K 512 58
                                    

Hii...Hii.. Masih ada yang nunggu kah, atau ada yang masih mau baca ? terimakasih kalo mau nyempetin waktu :).

==Topeng ?===

Leo POV

Gue sedang dongkol sambil makai seragam gue di kelas, tubuh Inta beratnya minta ampun, sampai gue ngos-ngosan gendong dia ke uks, kalo disuruh milih ni, gue lebih milih lari lapangan 10 kali dari pada gendong cewek gila itu.

Ponsel gue bergetar di saku celana, dalam hati gue mengumpat siapa yang berani nelpon gue, tapi gue tetep buka ponsel, kening gue berkerut saat nama DII tertera disana, dengan secepat kilat tangan gue menggeser tombol hijau dan mendekatkannya ketelinga.

"Hallo Dii?" sapa Gue.

Tapi nggak ada jawaban, yang ada hanya suara suara nggak jelas yang tampaknya sedang terlibat percakapan, gue udah udah mau nekan tombol merah, saat gue teringat sesuatu, bahwa Dii nggak akan pernah nelpon gue seperti ini kalo dia sedang enggak dalam bahaya.

Mengetahui itu kaki gue dengan reflek bergerak berlari keluar entah kemana gue harus menemukan cewek itu di luasnya sekolah gue. Syukur otak gue berfungsi saat ini, gue teringat bahwa Dii menyebutkan toilet sebelum dia meninggalkan gue dengan si Inta sialan itu.

Dengan cepat gue berlari menuju toilet, gue tertegun saat mendengar gebrakan keras sehingga gue langsung meraih kenop pintu.

Terkunci!

"Sial." umpat gue.

"Dii...Dii, lo di dalem?" Panggil gue sambil menggebrak-gebrak pintu yang enggak bisa ke buka itu.

Nggak ada jawaban yang ada hanya suara benda yang dihantamkan ke pintu dengan keras. Apa yang terjadi, batin gue, apa Dii terkunci di dalam ?

Tanpa berfikir 2 kali gue mendobrak pintu itu yang baru terbuka saat dobrakan yang kedua.

Pemandangan yang ada di depan gue ngebuat emosi gue sampai di ubun-ubun, seorang cowok tengah mengunci Dii dengan mencekal kedua tangannya hingga tubuh kecil itu tertutup sempurna dengan punggung lain.

Tanpa basa-basi gue mencekal bahu cowok itu dan menariknya menjauhi Dii yang kini meluruh seketika di lantai toilet. Tanpa peringatan sekalipun gue pukul cowok itu bertubi-tubi hingga dia tersungkur di lantai dengan darah yang keluar dari hidung dan sudut bibirnya.

Gue nggak peduli dengan keadaan itu, karena Gue benar-benar marah kali ini, sebenarnya gue ingin membuat manusia yang berani memerlakukan Dii seperti itu, dengan mengirimkannya kerumah sakit tapi saat ini gue menahan diri karena Dii benar-benar meringkuk sambil memeluk kedua lututnya, tubuhnya bergetar hebat di atas dinginya lantai toilet.

Gue dekati tubuh yang bergetar itu, gue antarkan dia kedalam pelukan, dalam pelukan itu gue benar-benar merasakan tubuh Dii bergetar hebat, tangisnya pecah dalam rentangan kedua tangan gue yang merengkuhnya.

Merasakan tubuh itu terus bergetar, gue mengangkatnya dan berjalan keluar dengan Dii yang kini merapatkan kepalanya pada dada gue dan bersembunyi disana, meninggalkan manusia yang saat ini menatap kami berdua dengan letupan bara di kedua bola matanya.

Gue sampai di pintu UKS setelah melewati banyak tatap mata yang ingin tahu, gue memasuki ruang UKS dan menyentakkan pintu dengan keras menggunakan kaki gue, Sehingga tercipta gebrakan keras yang mampu membuat Dii mengangkat kepalanya.

Cewek itu memegangi dada gue tepat di mana jantung gue berada.

"Kenapa lo marah?" Tanyanya pelan.

Gue hanya menggeleng sembari meletakkan Dii di tempat tidur yang tersedia di UKS, gue berlutut di samping tempat tidur, mengusap pelan rambut cewek yang masih terlihat pucat.

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang