18. Truth (Two)

3.8K 294 48
                                    

Hai semuanya... karena banyak yang bingung, aku update lagi nih,,,
Cuma mau bilang Alya itu adiknya Rafa...

BTW yang miring itu flashback ya, heheheeee

Oh iya, trimakasih yang udah setia nge vote dari awal sampai sekarang... kalian yang ngebuat aku semangat nulis n ngelanjutin cerita ini..... *curcol*

===Topeng ?===

"Sore harinya, Gue ketemu ama cewek yang ngajakin Diandra nahan lo dirumahnya"

"Gue nggak mau nabrak Alya, lo gila!" Bantah Inta.

"Lo harus!" Ujar cewek itu.

"Gue nggak punya urusan ama kalian semua, gue nggak mau ikut campur!" "Lo harus lakuin itu, atau perusahaan bokap lo bakal hancur, lo tau kan siapa bokap gue?" Cewek itu terus mendesak Inta, mengancamnya sehingga Inta tidak memiliki pilihan lain.

"Tapi gue..."

"Hanya ngebuat dia cedera sedikit, setelah itu serahin ke gue."

"Okey."

"Bagus." Cewek itu tersenyum kearah Inta, lalu dia melambaikan tangannya.

"Setelah kejadian entah apa yang Lo dan Dii lakuin dirumah Dii..." Lanjut Inta menatap sinis kearah Leo.

"Gue nggak ngelakuin apa apa, Cuma niup mata Dii, kelilipan dia."

"Whatever." Inta memutar bola matanya.

"pokoknya waktu itu, gue berada di ujung jalan kompleks perumahan Dii bersama Ian."

"Ian?" Tanya Leo bingung.

"Iya Ian, dia pacar gue, dulu"

"What?" Teriak leo tidak percaya.

"Lo pacaran ama Ian, berarti lo udah kenal Dii dari dulu dong kenapa lo bersikap selolah lo nggak kenal ama Dii." Leo menuntut penjelasan atas satu kebenaran yang baru saja Inta utarakan, membuat cewek itu melemparnya dengan bantal.

"Alasannya sama kayak Devan, ngelindungin dia." Jawab Inta bosan.

"Ngelindungin dia dari apa?" Tanya Leo.

"Ingatannya." Inta menatap sinis kearah Leo, yang kini mampu membuat Leo nyengir bersalah.

"Bukan salah gue" Bela Leo "Gue Cuma ngikutin..."

Benar adanya, Leo hanya mengikuti kemauan Ian yang sama sekali tidak mengizinkan masa lalu Diandra masuk kembali dalam kehidupan cewek itu. Meskipun Leo tidak tau apa alasannya, ia tetap mengiyakan penuturan Ian itu.

"Ya ya ya, alasan klasik."

"Itu bukan alasan, itu kenyataan."

"udah?" tanya Inta saat dia sadar ternyata sedari tadi keduanya berdebat.

"Mau gue lanjutin lagi nggak ni?"

"Silahkan lanjut nona." Jawab Leo sambil membungkukan dadanya.

"Ingetin gue untuk nenggelamin lo nanti." Sungut Inta kesal.

"I do"

Inta menginjak pedal gas dengan keras, sehingga mobil melaju dengan cepat menyisakan deru mesin bersautan yang saling memekakan.

Targetnya sudah ada di depan mata, hanya tinggal menginjak rem tepat saat jaraknya 1 meter dari sang target, tapi sebelum ia sampai pada jarak yang telah ia tentukan, target itu berubah lebih tepatnya tergantikan.

Inta sempat tertegun, tapi saat ia kembali focus, tidak ada waktu lagi untuk menghentikan laju mobilnya karena suara jeritan telah mematikan seluruh indranya.

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang