16. Apa !

4K 294 46
                                    

Nggak nyangka udah sampe 17 chapter, berarti bentar lagi end... ehhhh nggak juga ding.. nggak tau lah hehheee....

Sekedar nyapa aja hai readers :*

=== Topeng ? ===

Leo POV

"Halo Dii..."

Gue angkat telpon saat Dii nelpon gue. Sesaat gue terdiam dengerin Dii nangis sesenggukan, dia minta gue ke gudang belakang UKS, gue nggak tau kenapa, tapi feeling gue nggak enak.

"Nin, Gue ke toilet bentar, lo ama Alex dulu nggak papa kan?" Tanya gue. Ninda Cuma ngangguk.

Gue langsung lari kearah gudang yang tertutup, gue raih engsel pintu dan gue buka. Satu yang gue temui, Dii duduk dilantai, memeluk lututnya sambil terus menangis sesenggukan. Gue nggak tau apa-apa.

"Dii." Panggil gue berlutut disebelahnya. Dii mendongak natep gue, detik berikutnya dia ngehambur dalam pelukan gue, terus nangis sesenggukan, gue nggak tau kenapa, tapi gue ngebiarin itu.

"Sakit Le." Isak Dii.

"Apanya yang sakit Dii?" Tanya gue bingung.

"Sa...kit..." Gue bingung, nggak ngerti apa yang Dii omongin, saat gue lihat rok abu abu Dii berdecak darah.

"Lo tembus?" Tanya gue tanpa dosa.

Dii menggeleng masih dalam pelukan gue "Sakit..." Rintihnya lagi.

Detik berikutnya gue membelalakan mata, apa yang Dii bilang, sakit, apa jangan-jangan.

"Apa yang terjadi?" Desak gue.

Dii masih terus menggeleng "Sakit Le... sakit." Dii terus merintih.

"Gue... udah... nggak suci lagi."

Gue sadar dari ketertegunan gue "Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya gue kaku.

"Ra...fa."

GLEK!

Rafa? Rafa yang sekelas sama Dii, Rafa... Kenapa cowok itu berani ngelakuin itu ke Dii. Apa karena kesalah pahaman yang belum dia tau, tapi kenapa dia bertindak seenak jidatnya?

Kenapa dia udah berani ngenodai Dii ? kenapa dia berani ngambil yang bukan hak dia. Seketika itu juga, tangan gue terkepal, rahang gue terkatup kaku, emosi gue benar-benar mencapai puncaknya.

"Kita pulang sekarang." Ujar gue.

Tanpa meminta persetujuan gue udah mengangkat tubuh Dii, dan berjalan dengan rahang yang masih terkatup kaku menahan emosi yang akan meledak bila dibiarkan.

"LEO!" Sapaan itu menggema pada kuping gue, saat gue udah berada di parkiran. Gue turunin tubuh Dii lalu gue tatep cewek yang manggil gue.

"Nitip Dii nta, gue percaya ama lo!" Gue nggak bisa mikir, hanya ada Inta disana, gue belum bisa ngajak Dii pulang sebelum ngasih Rafa pelajaran, sebelum gue ngebuat dia sekarat, dan sekarang gue bakal lakuin itu.

=== Topeng ?===

Author POV

"Breng*ek!"

BUG!!!

Satu hantaman melayang kepipi Rafa, membuatnya menoleh kearah kiri, Cowok itu mendongak, melihat siapa yang sudah berani memukul dia. Leo telah berdiri di depan meja Rafa, rahangnya terkatup kaku, nafasnya terengah-engah karena emosi yang memang benar-benar telah mencapai puncaknya.

"Berdiri lo baj*ngan!"

Rafa tau, apa yang membuat Leo segitu marahnya dengan dia, dia tau apa yang akan terjadi setelah ini, tapi Rafa tidak boleh lari, ini kesalahanya, ini konsekuensinya atas apa yang udah dia lakukan, dia harus tetap berada disini, menerima amukan Leo yang bakal mengirimnya kerumah sakit atau mungkin langsung menuju pemakaman.

Rafa menghampiri Leo, dari matanya jelas dia merasa bersalah, dia menyesal atas apa yang udah dia lakukan dengan orang yang disebutnya sahabat.

BUGG!!!!

Satu hantaman lagi, melayang kepipi Rafa, membuatnya terhuyung kebelakang. Belum sempat ia membenarkan posisinya, lagi-lagi Leo memukulnya, hingga bertubi-tubi tanpa ampun, tanpa jeda sedikitpun.

Meskipun begitu Rafa tidak membalasnya, dia membiarkan Leo untuk terus memukulnya, dia memang membutuhkan ini, untuk sekedar melampiaskan kemarahan atas dirinya sendiri. Dia menerima semuanya, semua pukulan yang telah mampu menyobek sudut bibirnya hingga mengeluarkan darah.

"BERHENTI! LEO BERHENTI!!!"

Seseorang mencekal tangan Leo. Hingga entah pukulan keberapa itu terhenti.

"Lepas!" Desis Leo.

BUG!!!

Leo menyingkir dari Rafa saat hantaman itu melayang kepipinya.

"Lo bisa ngebunuh anak orang Le!" Itu suara Alex.

Cowok itu sudah berdiri diantara Leo dan Rafa yang masih terduduk dilantai, disebelahnya berdiri juga Ninda yang menatap keduanya bingung.

Leo berdiri, begitu juga dengan Rafa, tatapan mata Leo belum juga melunak, tapi Rafa benar-benar menunjukkan bahwa dia menyesal.

Tanpa mereka berdua sadari telah berkumpul murid-murid baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Semuanya menyaksikan dalam kengerian, pasalnya baru kali ini mereka melihat Leo tidak terkontrol seperti itu.

"Apa yang sebenernya terjadi, Le, Raf?" Tanya Ninda membuka suara.

Tidak ada yang menjawab, hening, semua yang menonton kejadian itu pun diam tanpa berani mengusik.

"Bang*at!"

BUG!!!

Seseorang memukul Rafa tanpa diduga, pukulan itu mampu membuat Rafa tersungkur. Semua mata yang tadi memfokuskan perhatiannya ke Leo berbalik kearah orang yang kini berdiri didepan Leo.

"Siapa yang breng*ek sekarang?" Tanya orang itu.

Lagi lagi kehening tercipta, tidak ada yang berani berbicara atau sekedar berbisik-bisik, bahkan Alex yang sedari tadi mencoba memisahkan Rafa dan Leo pun tidak berani berkutik saat diketahuinya siapa orang yang telah memukul Rafa.

Rafa berdiri, ditatapnya orang yang telah berani mencampuri urusannya itu "Apa urusan lo Devan?"

"Lo tanya apa urusan gue!" Tanya orang yang ternyata Devan "Ini urusan gue"

BUG!!!

"Lo udah nyakitin Dii, satu yang harus lo tau. Diandra Francessa adalah mantan gue"

=== Topeng ?===

Sedikit ?
Iya sedikit, tapi nggak gantung kan ya heheheee ;)

Vomment n comment ya, jangan jadi ailent readers....

See you next chapter :*

20 Desember 2014

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang