Prolog

15K 2.6K 310
                                    

Uyey double update 🎉
Jangan lupa baca hamdalah wkwk

Semoga kalian bahagia liat notif update ini hehe

Makasih untuk yang ikut share cerita ini di instagram dan tag aku. Semua direpost 😘

Selamat membaca ✨

***







Brakk

"Argh."

Pekikan itu berasal dari satu orang pria yang baru saja ia banting. Namun karena merasa puas dan lengah ia lupa dengan satu orang lainnya yang bogemannya kini sudah mendarat di pipi. Zul merasakan amis di mulutnya, ia meludah, dan mendapati darah di tanah itu.

Tak menyia-nyiakan kesempatan. Saat melihat kedua orang itu lengah karena yang satu membantu yang satunya lagi untuk berdiri, Zul menyerang mereka, menendangnya sekuat yang ia bisa. Yang satu di perut. Lalu pria yang tadi memukul pipinya, ia tendang juga pipinya dengan gerakan berputar. Mata dibalas mata. Setelah mereka tersungkur, Zul berlari ke arah Zulfa.

"Lompat!" titahnya. Kali ini Zulfa mendengarnya dengan baik.

"Kamu gila!"

"Cepet. Saya tangkep."

"Jangan, Nona!"

"Cepet Zulfa!"

Zul gemas. Apalagi ketika melihat pria di tangga melangkah maju mendekati Zulfa lagi, sedang dua lainnya sudah berdiri dan hendak menghampiri mereka.

"LOMPAT!"

"Kyaaaa."

Akhirnya Zulfa lompat. Dan ya, Zul menangkapnya. Tapi tidak ada drama ala-ala sinetron. Mereka tidak saling tatap-tatapan dan diselingi soundtrack lagu alay. Karena setelah Zulfa jatuh di pelukannya hingga membuat Zul hampir terjungkal, Zul langsung menurunkan Zulfa, menautkan jemarinya dan membawa wanita itu lari dengannya.

Zulfa tahu ini salah. Ia melihat jemarinya yang bertaut dengan jemari pria itu. Seperti pria itu akan membawanya pergi kemana pun, asalkan tempat itu aman untuk mereka. Zulfa tersenyum dengan debaran jantungnya yang selama ini tak pernah ia rasakan. Ada rasa haru di hatinya. Mengingat bahwa pria asing ini mau merepotkan diri untuk membantunya. Bahkan rela berkelahi sampai ada beberapa memar di wajah dan mungkin juga perutnya.

Zulfan Firdaus.

Apa benar pria ini memang jodohnya?

***

"Saya tahu suatu hari nanti akan datang pria nekat seperti kamu. Tapi apa benar kamu tahu siapa saya?"

"Saya tahu Tuan Immanuel. Masa lalu seseorang tidak lagi penting saat dia sudah bertekad untuk menjadi lebih baik."

Immanuel tersenyum.

"Nama kamu Zulfan?"

"Iya."

"Zulfan siapa?"

"Zulfan Firdaus."

Immanuel terkekeh pelan. "Sangat mirip dengan nama Zulfa. Saya yakin ini bukan kebetulan."

Zul hanya diam dengan seribu harapan. Apakah kalimat itu maksudnya baik?

"Kalau kamu sudah yakin, apa yang sudah kamu persiapkan?"

"Apapun yang Zulfa butuhkan."

Immanuel tidak puas.

"Selama ini saya tidak hanya memberikan apa yang putri saya butuhkan. Saya juga memberikan apa yang dia inginkan. Kebutuhan dan keinginan sangat berbeda. Saya tidak mau Zulfa hidup sengsara bersama seorang pria yang hanya bermodalkan cinta."

Zul menelan salivanya susah payah. Ucapan Immanuel memang sangat masuk akal. Ia bisa memaklumi itu.

Zul pun menarik napas panjang. Lantas dengan yakin, ia kembali menatap manik hijau itu. Zul tersenyum sebelum akhirnya ia berbicara.

"Saya memilih hidup sederhana meski sebenarnya saya bisa hidup mewah, tinggal di rumah besar dengan banyak kendaraan. Tapi sekali lagi saya memilih untuk hidup sederhana. Saya tahu bagaimana sulitnya mencari uang. Saya tahu bagaimana tidak enaknya hidup susah, hanya makan nasi untuk mengganjal perut. Saya mengerti betapa menyedihkannya itu. Jadi, saya tidak akan membiarkan Zulfa ikut merasakannya."

"Saya bisa hidup cukup. Lagipula, segala yang berlebihan tidak baik. Saya yakin Zulfa juga mengerti. Saya akan berusaha memberikan apa yang dia inginkan. Meski saya yakin kalau Zulfa bukan tipikal wanita yang banyak keinginan. Dia wanita sederhana yang luar biasa."

"Tuan Immanuel, saya mencintainya. Dia wanita pertama yang menarik hati saya. Seperti yang Anda bilang, ini pasti bukan kebetulan, segala pertemuan pasti sudah Tuhan atur alurnya. Saya percaya itu."

Sudah cukup pidato Zul. Sekarang ia kembali menunggu respons apa kiranya yang akan Immanuel berikan. Hingga kemudian, Zul merasa waspada sedangkan kepalanya mendongak. Itu karena Immanuel berdiri dengan sorot tajam dari netra hijau itu mengarah padanya.

"Kalau begitu, saya akan memberikan pertanyaan singkat."

Dag dig dug der.

Itu bunyi jantung Zul.

"Apa itu?" tanyanya cemas, gugup dan khawatir. Hingga akhirnya pertanyaan itu Immanuel ucapkan, dan Zul menjawabnya dengan baik dan lantang.

"Apa yang kamu punya?"













Jeng jeng jeeeeeng

Yang udah punya novel TSS pasti tahu jawabannya. JANGAN SPOILER GAESSSS awokwok

Biar pada nabung buat beli TSS

Beneran double update niiihhh

seneng gaaaakkk???

Aku lah yang seneng karena kalian masih mau hadir buat baca cerita ini. Makasih banyak yah

Jadi apakah kalian udah cukup penasaran untuk baca kelanjutannya???

Maukah kalian kasih sedikit pesan dan kesan untuk Zulfa dan Zulfan? Komen yah di nama mereka

Zulfa

Zulfan

Ditunggu komennya. Jangan lupa diramaikan. Jangan lupa kasih tau para sohib wattpad kalian tentang adanya Zul kuadrat di dunia orange yang indah ini

Jangan lupa juga buat follow instagramku dan instagram pembaca ceritaku yah

Instagram

adelia_nurrahma

officialpencera

Sekali lagi aku ingetin kalau BESOK AKAN ADA GIVE AWAY di akun instagram adelia_nurrahma. Akan ada 10 pemenang. 5 Pemenang akan mendapatkan masing-masing 1 buah novel dengan judul apapun yang kalian mau. 5 Pemenang lainnya akan dapet voucher 15 ribu.

Jangan sampai kelewatan yah

Publish
10 September 2020

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang