Episode 29: Episode Henti Jantung

28.4K 2.4K 11
                                    

Hari ketiga Vina dirawat sudah diperbolehkan untuk melakukan beberapa aktivitas ringan, tetapi tetap dilakukan diatas ranjang. Vina sudah bisa mengobrol meski tidak banyak karena masih cepat membuatnya lelah.

Chessy tak mau ketinggalan dan mendatangi kamar Vina. Dia tak lagi memakai seragam pasien sebab tak mau membuat Vina khawatir. Membuat Kaysan menghela nafas sebab istrinya masih harus melakukan perawatan minimal 5 hari istirahat total.

"Mah"

Vina melirik senang melihat kedatangan menantunya. Tak dapat ditampik jika ia ikut khawatir sebab ingatan terakhirnya dia membawa Chessy terjatuh bersamanya. "Chessy, yaampun! Kamu baik - baik aja?"

"Iya dong Mah, Chessy baik - baik aja. Mamah juga harus cepet sembuh" Kaysan menarik kursi untuk mereka duduki sedikit berdecak sebab saat pemeriksaan tadi pagi Chessy mengatakan masih merasakan pening. Pantas saja semalaman minta tangannya tidak berhenti untuk mengusap kepala sang istri.

"Yang bener? Mamah kesandung dan reflek tarik kamu. Kita jatuh bareng, serius kamu gapapa?" Vina sedikit tidak yakin dengan apa yang Chessy katakan.

"Cuma lecet sedikit Mah, sama memar. Selebihnya gapapa" terang Chessy tidak menambahkan perihal kepala bagian belakangnya yang robek.

Vina akhirnya bernapas lega "Alhamdulillah. Mamah khawatir banget sama kamu, apalagi pas Mamah bangun belum boleh ada yang masuk ke ruangan selain Papah"

Kaysan melirik ponselnya yang bergetar "Aku keluar bentar, mau angkat telpon" pamitnya keluar saat melihat satu panggilan dari RS Care and Share.

Kaysan berdiri didepan ruangan mamahnya dan mengangkat panggilan tadi "Halo"

"Dokter Kaysan, tolong segera ke RS Care and Share sekarang juga. Keadaan pasien atas nama Vigilant Mahersa Kaysan dalam keadaan kritis" ucap seorang wanita dari seberang sana. Rasanya baru saja Kaysan bisa bernapas lega, dia merasa sesak kembali. Baru saja dia hendak mengumpulkan kepingan reruntuhan dirinya namun kini sudah hancur kembali.

"Saya kesana secepatnya" tukas Kaysan. Tanpa lagi berpikir panjang ia berdiri dan kembali masuk.

"Mah, Chessy aku keluar dulu. Ada pasien yang mendadak kritis"

Chessy menangkap manik ketakutan dari mata Kaysan, tatapan yang sama saat sang mamah harus dibawa ke RS.

"Mas?" Tanya Chessy namun Kaysan sudah lebih dulu pergi dari ruangan menyisakan tanya dibenak keduanya.

Sesuatu yang tidak baik pasti terjadi, itu yang dirasakan Chessy sebab mendadak perasaannya tidak enak "Mah, Chessy panggilin Papah ya"

"Iya, sana kamu susul Kayss" Vina mengangguk ikut melihat bagaimana kacau putranya. Ia sama khawatirnya melihat Kaysan yang seperti itu.

"Mas!" Chessy berlari kecil menyusul Kaysan setelah menelpon sang Papah yang tengah berada di Kafetaria bersama Dante.

Kaysan berhenti dan berbalik, melihat Chessy yang tengah mengejarnya "kamu disini aja, kamu belum sehat" tegasnya.

Dengan cepat Chessy menggeleng tidak setuju "bukan pasien Mas 'kan? Mas, itu Vi?" Tanya Chessy dengan air mata yang menggenang. Entahlah sejak tadi firasat Chessy mengarah pada putra sulungnya itu.

Kaysan mengangguk lemah. Pria itu tidak tahu mengapa Tuhannya mengirim cobaan yang beriringan begini "Vi, kondisi Vi mendadak drop"

Chessy mengepalkan tangannya, dia harus kuat. Begitu juga sang suami "Mas, kamu harus kuat. Vigilant butuh kita, butuh kamu ayahnya untuk menguatkan dia. Ayo!" ia menggenggam tangan Kaysan.

***

Kaysan dan Chessy sudah tiba di rumah sakit sejak 5 menit yang lalu. Mereka bisa melihat dari kaca tembus pandang yang memperlihatkan ruang operasi, dimana dokter Bunara dan timnya tengah mempersiapkan Vigilant yang sudah tidak sadarkan diri untuk operasi.

"Dok?" Kaysan bangkit saat dokter Bunara keluar dari ruangan menuju kearahnya.

"Vigilant harus segera dioperasi. Kondisinya memaksa untuk dilakukan pengangkatan tumor itu meski resikonya tinggi sebab keadaannya yang tiba - tiba menurun" terang dokter Bunara. Seharusnya operasi Vigilant dijadwalkan minggu depan, tepatnya hari selasa di Singapura menggunakan teknologi sinar Gamma. Dengan syarat kondisi Vigilant stabil dan memungkinkan dibawa untuk melakukan penerbangan. Tetapi keadaan berbeda dari yang diharapkan membuat Kaysan harus segera mengambil keputusan sebab operasi tumor otak dengan Fluorescence memiliki tingkat risiko lebih tinggi dari operasi sinar Gamma.

Mata Kaysan menutup sejenak, ia mencoba meraup oksigen yang sulit sekali ia dapatkan. Tangan Chessy yang menggenggam miliknya ikut menguatkan meski rasanya sangat menyesakkan "lakukan yang terbaik Dok, tolong selamatkan Vi"

"Akan saya lakukan yang terbaik. Kuatkan diri kalian" pesan dokter Bunara sebelum kembali kedalam ruangannya.

***

Chessy dan Kaysan dapat melihat bagaimana dokter Bunara beserta timnya berkonsentrasi membedah kepala putranya.

Operasi sudah berlangsung selama 65 menit dan belum ada tanda - tanda selesai.

Kaysan terus menatap layar monitor yang memperlihatkan keadaan putranya. Angka disana fluktuatif, naik dan turun membuat dirinya berharap cemas. Dia terus merapal do'a tanpa henti bersama Chessy untuk kesalamatan Vigilant.

Dokter Bunara terlihat cekatan setelah berhasil membuang zat asing yang membuat kepala Vigilant kesakitan selama ini. Dengan hati - hati dan teliti, semua bagian zat asing itu di angkat dari otak bagian belakang milik Vigilant. Proses berlangsung cukup lama sampai dokter Bunara dan dokter Yulistius menutup kembali tempurung hingga kulit kepala Vigilant.

Tetapi mendadak Vigilant mengalami episode henti jantung membuat dada Chessy dan Kaysan berdegup cepat. Keduanya tak ada lagi yang bisa berucap. Hanya hati mereka yang terus berdoa dan berharap pertolongan pada sang pencipta.

Seorang asisten 3 memberikan dokter Bunara alat pacu jantung. Mencoba mengembalikan detak jantung Vigilant yang sempat menghilang. Hingga percobaan ketiga detak jantung Vigilant tak kembali, menyisakan sendu di tiap mata yang menyaksikan.

.
.
.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(GAK) SUKA BERONDONG [Selesai] - UNDER REVISIONWhere stories live. Discover now