13. Bermain

936 42 0
                                    

Akash menghela napas lega ketika Eva setuju. Awalnya perempuan itu ingin menolak, tetapi tampaknya Akash berhasil meyakinkan jika dirinya tidak memiliki niat buruk apapun dan menceritakan sedikit tentang masa lalunya bersama Gia.

Akash berada di ambang ruang keluarga, ia tersenyum senang melihat dua anak kembar yang sangat dirinya yakini bahwa itu anak kandungnya yang sedang bermain.

"Anak-anak, kenalin... Ini ada Uncle Akash, temannya mami." Eva berjalan ke arah anak kembar yang tengah duduk di atas karpet berbulu tebal itu.

Bulan dan Bintang sama-sama menoleh ke arah pria yang Eva maksud. Namun dua anak itu memiliki tatapan berbeda. Bulan dengan tatapan tajam yang terlihat waspada, sedangkan Bintang dengan tatapan polos nan malu-malu.

Akash bergabung duduk bersama si kembar, namun keduanya beringsut mundur mendekati Eva.

"Enggak apa-apa, sayang, uncle-nya baik kok." ujar Eva menenangkan. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya yakin, namun dilihat dari matanya, pria itu sepertinya tidak memiliki niat buruk sama sekali.

"Kata mami enggak boleh ngomong sama orang asing, mbak!!" Bulan mengingatkan.

"Bukan orang asing, Bulan. Uncle ini sahabatnya mami kalian."

Bintang maju selangkah, lalu menamatkan wajah pria itu. Entah bagaimana caranya, diam-diam Bintang terpesona dengan pria itu. Mungkin karena selama ini tidak pernah mengenal figur seorang ayah, maka spesial saja rasanya ketika ada pria dewasa yang mencoba bersahabat.

Akash mengerti Bintang akan menerimanya. Untuk saat ini Akash bisa membedakan keduanya, karena tadi Bintang duluan muncul, sehingga Akash hafal bahwa anak berbaju merah muda itu ialah Bintang.

"Halo, Bintang," sapa Akash sekali lagi. Tangannya terulur ingin menyentuh pipi tembam Bintang, namun di saat bersamaan, Bulan menarik mundur sang adik.

"Jangan pegang adik aku!!" hardik Bulan sudah selayaknya peran antagonis.

Akash terlekeh santai, "Oke-oke. Uncle enggak sentuh adik kamu. Tapi, boleh uncle tahu siapa nama kamu?" tanya Akash pada bocah berbaju kuning.

Bukannya menjawab, Bulan justru mendekap erat sang adik. Menatap tajam Akash, menunjukkan bahwa tidak ada yang boleh macam-macam.

"Kakak, adik, harus sopan sama tamu." tutur Eva dengan manis.

"Aku enggak kenal. Kata mami harus hati-hati." Bulan membela dirinya dan mengingat semua pesan ibunya.

"Makanya harus kenalan, supaya Bulan tahu kalau uncle Akash orang baik."

Bulan tidak mengindahkan dan tetap mendekap sang adik yang hanya bisa pasrah. Benar-benar anak itu!!

"Mbak kasih waktu kalian untuk kenalan, ya. Mbak tunggu di ruang tamu sambil beresin mainan kalian tadi."

"Jangan pergi, mbak..." rengek Bintang yang tidak paham situasi.

"Main sama Kakak Bulan, ya. Mbak di depan jagain kalian."

Setelah meyakinkan Akash sekali lagi kalau pria itu tidak akan macam-macam, Eva baru pergi dari ruangan itu. Memberi kesempatan bagi Akash mengenal anak sahabatnya.

"Uncle enggak akan culik adik kamu, jadi enggak usah dipeluk terus. Kasihan tuh, susah gerak."

Bulan melepaskan pelukan pada tubuh adiknya. "Kamu jangan takut, ada kakak. Oke?"

Bintang mengangguk patuh. "Tapi uncle enggak jahat, kak."

Bulan menatap tajam ke arah Akash. Yang langsung Akash pahami jika tatapan itu sama persis seperti miliknya. Gaya congkak Bulan pun, persis dengannya.

Dan Gia menolak memberitahu kebenaran ini?

"Mami kalian pasti orang baik, ya?" tanya Akash memancing obrolan. Biasanya anak kecil suka memamerkan apapun yang menjadi kesayangannya.

"Iya, dong." bangga Bulan, kemudian duduk kembali ke karpet berbulu, diikuti sang adik.

"Mami kalian sayang enggak, sih, sama kalian?"

"Sayang." kompak keduanya yang membuat hati Akash bergetar seketika.

"Kalian sayang sama mami?"

"Sayang." kompak mereka, lagi.

"Mami orang baik. Kata mami enggak boleh jadi orang jahat." tambah Bintang.

Akash menghela napas. Ia ingin menanyakan sesuatu yang sangat sensitif bagi kedua anak itu, namun tidak tega. Tetapi rasa penasarannya sangat membuncah hingga akhirnya terlontarlah pertanyaan itu, "Papi kal—"

"Kita enggak punya papi!" tegas Bulan, memotong ucapan Akash.

Jantung Akash berdegup kencang. "Memang ke mana papi kalian?"

"Kata mami enggak usah cari orang yang enggak ada. Jadi kita enggak cari papi. Udah ada mami yang sayang kita. Ada oma juga, ada aunty Wulan juga, ada mba Eva juga, jadi kita enggak cari papi." jawab Bulan yang terlihat biasa saja.

Akash tidak tahu bagaimana perasaan kedua anak itu. Pasti mereka punya rasa iri ketika teman sebaya mereka memiliki ayah, sedangkan mereka tanpa ayah.

Tidak ingin mengulik kesedihan kedua anak itu lebih dalam, Akash memutuskan rasa penasarannya dan mengajak mereka bermain. Awalnya mereka diam saja tidak merespons, namun lambat laun mereka mulai ikut dalam permainan itu. Walau jelas, Bulan membangun tembok antara dirinya dan Akash, juga menjaga adiknya agar aman. Namun beberapa kali Bulan juga larut dalam canda tawa. Beda dengan Bintang yang memang polos dan sangat menikmati suasana yang ada.

*

Regards,
Becca

8 September 2020

Madre JovenWhere stories live. Discover now