Karena untuk menolak pun gue nggak sampai hati dan masih punya sopan santun. Mereka masih kerabat gue. Segan rasanya untuk menolak.

Om Januar dan Tante Tiara pun pamit pulang setelah perbincangan kami selesai. Gue terduduk lesu di sofa sambil memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Gue sudah berjanji pada Alfy bahwa gue tidak akan datang dan sekarang gue menanggung sendiri akibat dari tindakan gue saat ini.

"Makasih ya, Rafka." Mbak Ratna menepuk bahu gue sekali lalu pergi dari ruang tamu.

Gue hanya bisa tersenyum kaku.

"Kamu datang atau tidak, itu keputusan kamu, Rafka. Jangan biarkan mereka mengendalikan kamu. Kakak tahu kamu sedang khawatir memikirkan Alfy."

Gue menoleh dan langsung menatap kakak gue dengan heran. "Tumben banget lo ada di pihak gue? Bukannya lo seneng kalau gue sama Alfy nggak baik-baik aja?" tanya gue dengan sarkas.

Laki-laki itu menghela napas. "Kamu masih marah dengan kejadian—"

"Pikir aja. Gue masih punya otak buat mikir kalau lo yang notabenenya udah menikah tapi masih ngarepin seseorang yang nyatanya pacar adik lo sendiri adalah hal yang jelas-jelas salah dan nggak bisa dimaafin."

Usai mengucapkannya gue langsung meninggalkan Rafli yang terdiam kaku di tempatnya.

• • •

"Dan sosok spesial yang menemaninya malam ini!"

Ayolah, gue sangat-sangat terpaksa berada di tempat ini namun gue harus tetap mengumbar senyum saat pembawa acara memperkenalkan gue sebagai sosok spesial bagi Bella di perayaan ulang tahunnya. Mau tidak mau gue mengikuti rangkaian acara ini sampai selesai. Risi rasanya saat Bella mengalungkan tangannya di lengan gue. Tapi gue bisa apa?

Gue berpura-pura antusias dengan sambutan Bella ke semua tamu yang hadir saat ini dan berdoa agar gue bisa segera terlepas dari dia. Namun begonya si pembawa acara menyebalkan itu lagi-lagi mengacaukan ekspektasi gue.

"Kurang lengkap rasanya kalau kita semua nggak tahu siapa sosok spesial Bella pada malam hari ini. Apakah semuanya setuju kalau sosok spesial kita ini membuka topengnya?"

Para tamu menyerukan kata "setuju" sangat keras.

BUKA! BUKA! BUKA!

Astaga, apa lagi sih ini?!

Bella yang berdiri di samping gue berbisik kecil agar gue menuruti saja permintaan mereka. Dan dengan sangat berat hati gue melepaskan topeng abu-abu yang sedari tadi menutupi sebagian wajah gue. Seperti bisa menebaknya, setelah wajah gue terlihat sempurna, sebagian para tamu yang merupakan teman-teman Bella di sekolah langsung terkejut karena melihat guru di sekolah mereka ada di sini dan diperkenalkan sebagai orang spesial bagi Bella. Mereka memfoto kami dan gue nggak tahu akan sekeras apa gue melawan gossip yang bersiliweran nanti.

Bisik-bisik semua orang yang memuji keserasian kami sangatlah memuakkan. Gue berusaha menebalkan telinga atas itu. Namun tiba-tiba saja perhatian seluruh orang teralihkan dengan pekikikan beberapa orang dan suara kecipak air yang berasal dari dekat kolam renang.

Gue masih sempat melihat ketika seorang perempuan dengan tidak sadar telah melangkah mundur ke batas kolam renang lalu terjatuh ke dalamnya ketika dia menginjak ujung dresnya yang panjang. Para tamu terkejut di tempat masing-masing namun belum ada yang berniat menolong perempuan itu, yang terlihat sedang menggapai-gapaikan tangannya di udara.

"Alfy!" Suara tak asing tertangkap telinga gue.

Apa? Alfy?

Gue semakin terkejut ketika orang yang berteriak itu melepas topengnya. Dia adalah Syifa, teman dekatnya Alfy. Maka itu artinya yang sedang tenggalam itu...

IneffableUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum