13. zaki

115 50 29
                                    

Aku dan laura duduk di kursi meja makan kantin, ini adalah kantin rumah sakit tempat mei. Aku masih tidak menyangka semua ini akan terjadi, mei dan ranti mereka jadi korban dari mawar. Kenapa mawar harus membalas dendam.

"aku ga nyangka ra.. Ini akan terjadi sama murid murid kita" ujar laura yang duduk di depanku.

"memangnya ini terjadi bukan hanya mei sama ranti aja?" tanyaku bingung mengarah ke laura.

"iya, setiap bulan sekolah kita mengalami ini. Aku gatau pasti nya karena apa, ntah karena mitos dari gudang dan kelas itu atau karena ada hal lainnya" aku mengangguk menanggapi jawaban laura, jadi ternyata setiap bulan sekolah kami mengalami ini.

"dan.." laura terdiam sejenak, wajahnya terlihat sangat sedih dan muram. Aku mengerutkan keningku bertanya.

"dan apa?"

Laura menatapku tajam, penuh arti. Aku bisa tahu sekarang perasaan dia bagaimana.

"pacarku tewas setahun yang lalu"

Aku terkejut, pacar? Jadi laura sudah mempunyai pacar, dan dia ternyata tewas? Apa yang menyebabkan pacar nya tewas?

Rasanya ingin sekali bertanya banyak sama laura tentang pacarnya dan sekolah. Tetapi, dengan kondisi wajah laura, aku harus menundanya. Bisa ditanya kapan-kapan jika ada waktu.

"ra.. Aku ke toilet bentar ya" aku menatap laura, aku tahu kenapa dia ingin ke toilet, pasti ingin melegakkan dirinya karena membahas pacarnya. Laura berdiri dan mengambil tas sekolah nya yang ia taruh di atas meja, dan berjalan pelan keluar dari kantin.

Sambil menunggu laura yang ke toilet, aku mengatur nafasku dan meminum minuman jus di hadapanku ini. Kepikiran terus dengan mawar membuatku susah menelan minumanku.

Lamunanku tersadar saat seseorang lewat dihadapanku, aku tidak melihat wajah nya. Hanya saja aku melihat baju seragam nya yang mirip dengan baju seragam ku. Aku beralih kearah wajahnya, itu adalah zaki. Bagaimana bisa dia ada disini?

sepertinya zaki tidak menyadari keberadaanku, dia keluar dari kantin. Karena aku penasaran, aku berjalan mengikuti langkahan zaki. Jangan sampai dia tahu bahwa aku mengikutinya.

•••

Tempat yang tidak ada atap sama sekali. Cuaca juga begitu cerah. Ini adalah balkon, sangat sepi, kenapa zaki kesini sendirian?

Zaki berhenti melangkah saat sampai di dekat bangku dari balkon. Dekat dengan pemandangan yang bagus. Aku mengamati nya dengan seksama.

"ngapain disitu? Kalau mau disini ya disini aja"

Deg.

Zaki berbicara dengan siapa? Aku menengok kanan dan kiri, tidak ada siapapun hanya ada aku yang berdiri disini.

Apa jangan jangan dia tahu keberadaanku yang telah mengikutinya dari belakang?

Zaki berbalik badan kearahku, menatapku tajam. "ngapain disitu? Mau jadi patung?"

Glek. Aku menelan ludah ku keras, aku menunduk dan berjalan pelan menghampiri zaki. Kini zaki ada di hadapanku, kami saling berhadapan.

"ngapain ngikutin gue?"

Duh rasanya malu banget, susah untuk menjawab pertanyaan nya. Aku memejamkan mata ku rapat rapat sambil menundukkan kepalaku.

Dagu ku seperti ada sesuatu, aku menatapnya, ternyata daguku di pegang oleh tangan seseorang. Dia mengangkat kepalaku pelan menggunakan jari tangannya yang berada di daguku.

Kami saling pandang, jantungku berdetak sangat kencang, badanku semua menjadi dingin. Gugup dan takut, itu yang aku rasain.

Dia melepaskan tangannya dari daguku, dan mengangkat kedua alisnya "kenapa ga jawab?"

Kaku dan bingung, aku harus bisa menjawab. "ingat ra.. Lo harus berani" batinku.

"hmm.. Ta-ta di ga sengaja ngelia-t lu, jadi-nya gue ikutin lu deh"

" lu nga-pa-in ke rumah sa-sakit ini?" tanyaku gugup menunduk.

"gue cuman nengokin mamah gue disini" aku langsung menatap matanya, mamahnya? Jadi mamah nya itu?

"hosh.. Gue juga ga nyangka mama gue bisa ngalamin kayak gini.." ucap zaki pasrah dan membalikkan badannya kedepan balkon. Aku pun mengikuti nya dan menatap nya, walaupun tatapan dia hanya lurus kedepan.

"selama lima tahun mama gue ngalamin ini, dan belum sembuh juga. Dia selalu memanggil manggil nama rian"

"rian? Siapa dia?"

"dia abang gue yang meninggal karena kecelakaan, maka dari itu mamah ga pernah ikhlas akan kepergian dia. Karena hanya rian doang yang bisa bahagiain mamah gue" zaki menunduk, aku jadi merasa kasihan dengan yang dialami oleh nya, itu pasti sangat berat banget bagi zaki dan mamahnya.

Aku memegang pundak zaki dengan lembut, dan tersenyum manis kearahnya "tenang ya ki. Gue yakin, mamah lo pasti akan sembuh, dan pasti akan mengikhlaskan kepergian kaka lo.. Dan bisa nerima lo juga" zaki menatap kearahku, tanpa ekpresi apapun, ya cuman ekpresi sedih aja sih.

"oke, coba lo teriak sekencang mungkin"

"hah? Lo gila?" Aku terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkan zaki, "biasanya kalau gue lagi sedih, gue selalu niatin waktu untuk teriak di tempat yang sepi. Itu akan membuat gue lega, percaya deh sama gue"

"gak gak, kalau ada yang denger gimana?"

"santai aja ki, lagipula disini kan sepi" aku tersenyum tipis menatapnya.

Mataku mengarah ke lurus depan, mengatur nafas dan.. "ZAKI!! LO JELEK! LO BODOH!! LO GA SEPINTER ORANG ORANG" aku teriak sekencang mungkin, zaki terkejut mendengar teriakanku.

"weh! Lo beneran udah ga waras! Masa gue dikatain jelek sama bodoh sih?" aku tertawa menatapnya, sambil menjulurkan lidahku kearahnya, sesekali tawaku tidak berhenti.

"sekarang lo" zaki masih saja menatapku bingung, aku mengangkat kedua alisnya.

Zaki memalingkan wajahnya kearahku, menatap sekeliling di balkon ini. Dan.. "MAMAH! AKU RINDU MAMAH YANG DULU! DAN KAK RIAN, SEMOGA TENANG DISANA YA!!" aku shok. Teriakan zaki melebihi teriakan ku. Zaki terdiam sebentar, aku terkekeh karenanya. "lu beneran ra, sedih gue jadi hilang dan lega" aku tersenyum manis kearahnya.

"ZAHRA!! LO JUGA JELEK!!" zaki tertawa saat mengucapkan itu, aku hanya tersenyum menatapnya, akhirnya aku bisa membuat orang tidak sedih lagi.

"oh iya, gue ingat mawar" seketika suasana canggung dan hening, jadi zaki kenal dengan mawar?

"dia sahabat kak rian dulu, mereka pisah setelah kami pindah kota. Dulu, kak rian selalu perduli sama mawar, sampai sampai kak rian di ledekin sama teman-temannya telah berteman dengan wanita yang ternyata anak nya pembunuh" mataku melotot, jadi orang tua mawar itu adalah seorang pembunuh?

"dari situlah, mamah dan papa menyuruh kita untuk pindah dari tempat itu"

"setelah kejadian itu, gue gatau lagi apa yang dialami sama mawar"

"gue boleh tau tempat daerah kalian dulu?" tiba tiba ideku terlintas dipikiranku.

"di bogor"

"kenapa emangnya?" sambungnya

"gue punya ide, ga ada salahnya kan kita ketempat itu?"

"hah?" kami saling menatap.

"gue yakin, kita bisa tahu informasi mawar dulu"

•••

Oke guys.. Maaf yaa aku jarang up.
Tapi, kalau suka jangaan lupa vote:") dan mohon bersabar untuk next part okee..

Misteri Kematian sekolah (revisi)Where stories live. Discover now