9. hide n seek

120 49 3
                                    

Sudah pukul 7 malam aku masih disekolah, bersama kedua teman sekelasku. Kami di kasih tugas untuk mengoreksi dan menilai kertas lembar ulangan anak kelas 10. Kami bertiga disuruh memeriksa nya dan akan di taruh di meja guru kami. Pak hasan.

"aduhh.. Akhirnya, selesai juga" ujar mei teman sekelasku sambil meregangkan otot-otot tanganya keatas.

"iya nih gue juga udah selesai" ucap ranti membereskan lembaran-lembaran yang berantakan

"lu udah selesai belum ra?" tanya mei mendongak kearahku.

"beluman, masih lima lembar lagi"

"ohh oke.." setelah mengatakan itu, mei juga membereskan lembaran ulangan dan juga mengambil lembaran itu di kolong meja.

"kita duluan ya ra. Gapapa kan?" ucap mei berdiri begitu juga dengan ranti yang keduanya membekap lembaran tersebut.

aku mendongak kearah mereka, dan mengangguk mengiyakan. "kalau ada apa apa, telfon kita aja ya. Siapa tau lu butuh bantuan kita"

"iya tenang aja" ucapku tersenyum kearah mereka. Mereka pun bergegas meninggalkan kelas kami.

Hening dan sunyi, hanya ada penerangan lampu dikelas ku saja. Tetapi, aku masih berfikiran positif.

Angin bersiul, dingin nya malam hari menerpa tubuhku. Aku merasa kedinginan, aku pun berdiri dan berjalan menuju jendela.

Jendelaku tutup rapat, mengunci nya dan aku berjalan menuju mejaku. Lalu aku langsung bergegas untuk cepat cepat pulang.

"oh sial! Hp gue baterai nya abis" aku kesal saat menatap layar handpone ku, baterai sudah abis. Hanya tersisa dikit. Aku melanjutkan pekerjaan ku sekarang.

"akhirnya selesai" aku menghela nafas lega dan membereskan lembaran ulangan. Sesaat itu aku menatap seseorang lewat didepan kelasku.

Aku menyipitkan mataku untuk memperjelas pandanganku, itu orang atau hanya hewan yang terlintas di depan?

Aku berjalan keluar sambil membawa kertas ini. Masih penasaran sama yang barusan ku lihat.

"mei? Ranti? Kalian disana?" tidak ada jawaban sama sekali. Semuanya sunyi dan terdiam.

Aku mendongak kekanan dan kekiri melihat koridor sekolah yang lumayan gelap. Mataku menyipit lagi setelah melihat seseorang disana.

Asing bagiku, aku tidak mengenal siapa dia. Dia tersenyum kearahku. Namun, ini yang membuatku heran. Kenapa semua baju nya dan rambutnya basah lepek? Seperti abis kena hujan? Tapi hari ini belum hujan sama sekali.

Aku berjalan menghampiri wanita itu. Berjalan pelan sambil berfikiran positif.

"hai! Kamu kenapa? Kamu murid disini juga?" tanyaku kearahnya saat aku sampai dihadapan dia. Dia tidak menjawab pertanyaanku, seolah-olah ucapan ku hanya angin lewat saja.

"apakah kamu mau bermain petak umpat denganku?" ucapnya lirih. Membuatku terkejut atas pertanyaannya.

Apa maksudnya? Kenapa dia mengajakku bermain permainan seperti itu di jam segini?

"namaku mawar.. Aku murid juga disekolah ini" ucapnya tersenyum manis kearahku.

"kamu basah. Kamu pulang bareng aku saja ya? Biar kamu bisa ganti pakaian kamu"

"aku ingin bermain petak umpat" mawar memegang tanganku erat, menarik-tarik tanganku untuk menuruti ucapanya.

"hm. Baiklah, aku akan bermain denganmu. Tapi jangan sekarng ya" dia melepaskan genggamannya, menatapku tajam. "aku ingin sekarang zahra!"

Aku terkejut shok. Tunggu! Bagaimana dia bisa tahu namaku? Bahkan, aku saja tidak memberitahu namaku.

"kamu berhitung, aku bersembunyi ya. Cari aku, oke?" ucap mawar menampilkan deretan giginya. Aku mengangguk pasrah. Walaupun masih ketakutan. Karena bagaimana bisa aku bermain di gedung sebesar ini? Apalagi gelap gulita.

"sekarang kamu tutup mata. Hitung sampai 5 ya"

"hanya 5? Bukannya 10?"

"aku ingin 5. Karena aku membenci angka 5" mawar berjalan santai meninggalkanku. Aku mengerutkan kening, benci angka 5? Mungkin itu adalah wajar bagi orang-orang.

Aku menutup mata, menghitung angka dari 1-5. Setelah itu. Aku membuka mata, melirik kanan dan kiri. Mawar tadi berjalan kearah kanan. Maka dari itu, aku juga mencarinya disebelah kanan.

"mawar?"

"kamu dimana?"

Aku berjalan di koridor sekolah. Menatap sekeliling ruangan. Hanya kegelapan yang kulihat.

Aku terdiam. Mendengar suara bunyian piano sngat kencang. Aku Menatap satu ruangan yang pintu nya terbuka lebar. Aku berjalan pelan. Apakah mawar ada disana?

"mawar? Apakah kamu disana?"

Aku berhenti di depan ruangan kelas yang terbuka. Gelap dan..

"kelas XI Ipa 1?" aku terkejut tak percaya. Ini adalah ruangan yang terkunci rapat dan tidak boleh ada yang membukanya. Lalu, siapa yang membuka pintu ini? Mawar?

"mawar? Kamu disini?"

Mawar berdiri dari kursi piano. Berjalan menghampiriku. Aku menatap tubuh mawar dihadapanku, hanya beda 2 meter jarak kami. Dia tersenyum. Menatapku dan berkaca-kaca. Aku bingung. Kenapa dia masuk kesini? Dia yang memegang kunci kelas ini?

"masuk saja ra.. Aku disini" ucapnya lirih tersenyum menatapku. Aku berjalan pelan memasuki ruangan ini. Sambil memandang mawar.

Aku berhenti melangkah. Mawar berubah. Dia bukan orang yang aku temui dari tadi. Tetapi, dia adalah sosok yang menyeramkan. Penuh darah, lebam, dan penuh luka bakar. Dia menangis keras. Kaki ku melemah, Membuatku tidak ingin mendengarnya. Aku menutup kedua telingaku, Menutup mata, Menangis dan sangat ketakutan.

"aku mohon! Jangan ganggu aku!!" teriakku masih dengan posisi yang sama.

"zahra! Zahra!" seseorang menggoyangkan tubuhku. Aku masih sama, masih ketakutan dan menangis.

"zahra! Lo kenapa?"

"zahra!! Ini gue mei sama ranti"

Aku menatap mereka. Mereka terkejut, karena aku menangis dengan mengeluarkan air mata banyak. Tubuhku dingin dan pucat.

"ra? Lo kenapa? Kenapa lo gini?" tanya ranti khawatir denganku. Aku menatap ruangan didepanku. Mereka juga melihat nya, dan mereka terkejut tak percaya.

"apa yang lo lakuin ra? Lo buka pintu ini!!" ucap mei keras menatapku. Aku mendongak kearahnya dan menggelengkan kepalaku cepat.

"bu-bukan gue.. I-itu.."

"lebih baik kalian keluar dari sini. Jangan lama lama disini. Tenangkan dirimu zahra. Bapak tahu, bukan kamu yang membuka pintu ini" ucap seseorng dari belakang kami. Tidak asing adalah guru kami, pak herman dan satpam sekolah ini pak budi.

"iya benar, kita keluar dari sini. Ayok!" ranti dan mei mengenggam tubuhku erat. Membawaku keluar dari tempat ini.

Misteri Kematian sekolah (revisi)Where stories live. Discover now