Part 2. Ayara Felishia

4.9K 433 26
                                    

Happy Reading

"Darren Alastair,"

Yara membaca nama seseorang yang ada di layar ponselnya. Mata gadis berusia 18 tahun itu menatap akun sosial media milik laki laki berwajah tampan itu. Yara pikir, Darren itu tidak terlalu tinggi. Di banding teman temannya, Darren tampak sangat pendek walaupun dia terselamatkan oleh wajah tampannya.

Tangan Yara bergerak untuk mengikuti akun sosmed milik Darren. "Kok gue gak tau ya? Bukannya dia adek kelas gue?"

Yara menghela napas, gadis itu meletakkan ponselnya ke atas meja kantin sekolahnya. Layar ponselnya tengah menampilkan salah satu foto Darren. "Ganteng banget sih? Jangan sampe gue suka sama dia karena dia ganteng. Astaga bisa gila gue kar--"

"YARA!"

Yara menoleh, melihat siapa yang memanggilnya dengan tidak tau malu seperti itu. Yara mendengus, dia mengambil ponselnya lalu bangkit. Berjalan meninggalkan kantin.

"Yara, jangan pergi dulu." cowok yang tadi memanggilnya memegang tangan kanannya dengan erat.

Yara berdecih, gadis cantik itu menepis tangan cowok yang tadi memanggilnya dengan mudah. Yara menatapnya dengan tajam. "Denger ya, Ian, gue sama lo itu udah gak punya hubungan apapun. Jadi, gak usah ganggu gue lagi. Gue udah muak sama lo. Mending, lo urus aja sana selingkuhan lo itu."

"Aku gak selingkuh, Yara. Itu cuman salah paham." Ian mencoba menjelaskan. "Aku dan dia itu gak punya hubungan apapun. Gak lebih dari temen."

"Dulu kita juga temen." balas Yara cepat. Dia mengepalkan kedua tangannya, ingin memukul wajah Ian karena cowok di depannya itu benar benar bodoh. "Berawal dari gak kenal, terus kenalan, temen, deket, pdktan terus berakhir jadian."

"Y-Yara, jangan marah marah. Dengerin penjelasan aku dulu." Ian mencoba tenang menghadapi Yara yang memang cepat tersulut emosi.

"Gue gak marah, gue cuman mau lindungin diri gue sendiri. Sebelum lo mutusin gue karena cewek lain, mending gue yang mutusin lo. Jadi, gak usah deket deket gue lagi." Yara berbalik, baru dua langkah berjalan, tangannya kembali di genggam oleh Ian. "Lepasin!"

"Gak! Dengerin dulu makanya, kamu bakalan salah paham terus." Ian menarik tangan Yara, membawanya menuju taman belakang sekolahnya.

"Lepas! Gue gak mau di pegang pegang sama cowok tukang selingkuh kek elo." Yara menghempaskan tangan Ian. "Apa?!"

"Ya?! Jangan galak galak gitu." ujar Ian saat dia mendengar bentakan Yara, tadi dia memang menatap Yara dengan tatapan intens.

"Bodo amat. Emang lo siapa harus gue baik baikin?" tanya Yara sewot.

Ian menggeleng, dia tidak perlu menjawab ucapan sewot Yara. "Dengerin dulu, aku ngedeketin dia karena itu adalah taruhan yang aku buat bersama teman temanku. Aku tidak berniat menjalin hubungan dengan orang lain. Aku--"

"Oh tunggu! Jadi, lo deketin gue juga karena taruhan. Terus, lo berhasil buat gue jatuh ke pelukan lo? Bodoh banget gue." Yara memutar bola matanya tidak percaya, dia tersenyum sinis. "Untungnya gue belum suka sama lo."

"Yara, aku beneran suka sama kamu. Aku deketin kamu karena aku beneran suka, aku coba karena kamu menarik. Gak--"

Plak

POSSESSIVE SENIOR (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang