FACE TO FACE

710 68 12
                                    


Saat orang-orang masih melayang didunia mimpi, Henney sudah harus bangun dari mimpi indahnya. Ia harus bersiap untuk pergi ke lokasi film yang sedang diperankannya 'Missing' bersama sang manajer.

Yap, ia akan dijemput oleh manajernya, karena schedule dan kebutuhan lainnya sudah dipersiapkan oleh sang manajer untuk kelancaran film Henney.

Waktu menunjukkan pukul 06.57, ia bergegas mengambil barang bawaannya lalu berkaca sejenak untuk mengecek kebersihan giginya, sudah oke.

'Tiinn'

"Ya!" sahut Henney.

Henney segera menghampiri mobil sang manajer, dan masuk kedalam mobil bagian belakang.

"How you feel, Henney?" manajer bertanya padanya.

"Yeah.. biasa saja"

Sang manajer melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Henney, mobil melaju secara perlahan melintasi beberapa perumahan dan gedung-gedung.

"Kau merasa excited dengan film yang akan kau perankan?" manajer bertanya kembali, memastikan.

Henney melihat kearah jendela mobil, menerawang pemandangan yang ia lihat dari dalam lalu ia mengedikan bahu.

"Of course, ini film thriller pertamaku" jawab Henney sekedarnya.

"Hmm" sambil melirik ke spion, manajernya berdeham dan melirik kaca diatasnya untuk melihat Henney.

"Bersemangatlah sedikit, apa moodmu sedang buruk karena sesuatu?" lanjutnya.

"Don't know, it just uh-" Henney tidak melanjutkan kata-katanya namun ia menghela nafas perlahan dan memejamkan mata sejenak.

"Kalau sudah sampai, bangunkan aku" titah Henney.

Sang manajer mengangguk dan membiarkan Henney, ia fokus membawa diri mereka ke lokasi film. dalam 25 menit mobil mereka sudah sampai pada lokasi tersebut, mobilnya memasuki area gedung yang tampilannya lumayan sudah usang.

Henney membuka matanya, merasakan mobil tidak bergerak lagi dan ia mengira kalau mereka sudah sampai pada lokasi.

"Kita sudah sampai" ujar manajer.

Melihat kearah sekitar lokasi melalui jendela mobil sejenak.

"Alright" angguk Henney.

Manajernya keluar terlebih dahulu, lalu membuka pintu mobil penumpang agar Henney bisa langsung keluar dari sana.

"Henney!" suara wanita memanggil namanya, suaranya terdengar dari arah belakang mobil, wanita itu terlihat menghampirinya dengan langkah cepat.

"Ah untunglah, ayo! untuk awal scene kita ada adegan berdua aku-" ucapannya terhenti karena harus terpotong seseorang.

"Hey bung! kau siap untuk rehearsal?" ucap seorang pria bertopi merah sambil menepuk-nepuk bahu Henney.

"Josh, enyahlah! aku ingin menghafal text ku bersama dia" kesal wanita itu pada pria bertopi merah yang tiba-tiba saja datang mengganggu.

"Oh, hey Mariah? kita akan rehearsal bersama dibelakang, lagipula text mu diawal scene hanya satu kalimat bukan?" pria itu meledek wanita yang bernama Mariah.

Mariah lalu mendengus dan berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Sepertinya dia mengincar kau, bung" setelah melihat kepergian Mariah, ia berbisik pada Henney.

"Come on" Henney pergi menuju ke dalam lokasi untuk melakukan rehearsal, ia sepertinya mengacuhkan perkataan temannya tadi, Josh lalu mengekorinya langkahnya dari belakang.

***

Setelah beberapa jam berlalu, aktifitas di lokasi syuting film nampaknya berjalan lancar. Para kru sedang mengarahkan aktor dan aktrisnya agar skenario tersusun rapih, adegan demi adegan sudah terlewati, menuju adegan klimaks dari film tersebut.

'Oke! semuanya mari berkumpul sebentar!'

Semua aktris dan aktor berkumpul dengan para kru pengatur naskah, mereka memberikan briefing agar adegan film terakhir yang akan dilakukan terlihat memikat mata.

"FBI, kalian melakukan pengecekan disebuah ruangan kosong dan menemukan korban dari penculikan si psikopat. Henney kau menghadapi sang psikopat seorang diri dengan pistol ini" jelas seorang kru sambil mengarahkan senjata untuk ia gunakan.

Henney mendengar itu mengangguk, ia menerima senjata berupa pistol dan menyimpannya di saku celana, mereka sudah selesai melakukan briefing lalu shooting pun dimulai kembali.

"Camera! Rolling! Action!"

***

"Terimakasih atas kerjasamanya!"

Semua pemain film tersebut melakukan penghormatan pada kru yang sudah ikut andil, mereka saling berjabat tangan setelah pembuatan film selesai dilakukan.

"Ah.. rasanya kita perlu merilekskan diri setelah melewati beberapa adegan melelahkan ini, bagaimana kalau kita minum bersama? kalian setuju?" tawar Josh kepada para kru dan pemain yang lain.

"Sound's good" sahut Henney yang sedang bersandar pada sofa, mungkin dengan ini ia akan menjadi sedikit lebih rileks.

"Baiklah semuanya! mari kita cari tempat bir!" seru aktris lainnya.

Mereka semua memasuki mobil masing-masing, termasuk Henney dan manajernya juga ikut untuk acara minum bersama.

Butuh waktu beberapa menit untuk mereka mencari lokasi bir terdekat, dan mereka menemukan sebuah kedai bir yang tampilannya terlihat sangat nyaman jika dilihat dari luar, memutuskan untuk mampir ketempat ini mereka pun mulai memasuki kedai.

Suasana didalam kedainya juga terlihat ramai oleh pengunjung, namun terlihat juga masih ada beberapa tempat yang kosong untuk mereka.

Para kru, sutradara serta pemain film menempati tempat masing-masing di satu area yang sama. Henney mengambil tempat yang berbeda dari mereka, ia hanya ingin minum dengan tenang.

"Look at him, why he's make a distance?" tanya Mariah pada pemain lain yang melihat Henney mengambil tempat berjarak dari kursi mereka.

"Hm? oh biarlah, mungkin karena hectic, ia jadi butuh menyendiri" jawab salah satu aktris lain yang ditanyai oleh Mariah.

Bir yang dipesan Henney sudah datang, ia mulai menuang bir tersebut agak banyak lalu menenggaknya sampai habis. Ia tuang lagi dengan sedikit lebih banyak lalu menenggaknya lagi, berulang kali.

"Hah.." melepaskan dahaga, Henney mendesah lega.

Josh terlihat menghampiri Henney dan mengambil tempat duduk disampingnya.

"Bung, you okay?" Josh memastikan.

"Hm.. yeah baik" Henney menjawab dengan anggukan sambil menuang bir lagi.

"You seems need a release, bagaimana setelah ini kita bermain wanita?"

Mendengar itu Henney mendengus, dan menggelengkan kepalanya tanda tidak minat.

"Tidak, aku tidak tertarik"

Suasana kedai bir sangat dipenuhi oleh kebisingan, terdengar suara tawa dari seseorang yang mabuk, obrolan dengan grup dan juga keluarga.

Lalu pandangan Henney beralih menelusuri sekitar, dan entah benar atau tidak ia melihat siluet pemuda yang nampak tidak asing dimatanya sedang bersama dengan wanita. Mereka duduk berdua dan sedang minum bersama, si wanita terlihat menikmati suasana dengan pemuda itu juga lalu saling menertawakan sesuatu, pemuda itu terlihat banyak menampilkan tersenyum. Apa wanita itu adalah kekasihnya?

Henney yang melihat itu berkedip beberapa kali, mungkin saja pandangannya salah namun sudah berkali-kali ia lakukan, sosok pemuda itu ternyata benar-benar ada disana.

Ya, pemuda itu, orang asing yang membuatnya selalu melamun akhir-akhir ini, pikirannya melayang dari rasa yang tidak biasa, keingintahuan yang menjalar. Semuanya yang sedang ia rasakan saat ini. Karena satu orang, pemuda yang bernama Jungkook.

___________________________________

TBC

DADDY AND HIS BABY (BL)Where stories live. Discover now