Bersalah

7 0 0
                                    

Melihat etika ku tadi, aku merasa bersalah kepada dirinya. Karena terlalu kasar meminta ganti rugi untuk kendaraanku yang rusak, apakah aku harus berminta maaf kepadanya?

Tapi aku fikir-fikir untuk apa aku memikirkannya, lagi pula dia menyebrang tidak melihat sisi jalan terlebih dahulu. Salah siapa aku atau dia.

Sesampainya di rumah, aku pun menceritakan kejadian itu kepada ibuku lalu ibuku berkata kepadaku dengan nada sangat lembut.

"Sayang, iya kita memang keluarga yang berkecukupan bahkan lebih. Tapi jangan sesekali kita merendahkan orang lain, kan ibu tidak pernah mengajarkan untuk menghargai seseorang"

"Maaf bu, aku terlalu emosi menghadapinya. Aku teringat dengan kata-kata kasarnya kepadaku" ucapku dengan nada menyesal.

"Ya ibu tau kok, tapi jika seseorang mengeluarkan kata-kata kasar untukmu maka jangan pernah membalikkan kata-kata itu untuknya. Karena sekeras apapun seseorang bila dibalas dengan kelembutan orang tersebut akan malu dan berminta maaf"

"Iya bu, tapi untuk saat ini aku masih marah dengannya. Aku tidak bisa menemuinya untuk mengembalikan uang yang telah ia berikan kepadaku" ujarku.

"Yaudah kalo maumu itu, tapi diingat ya kan kamu bilang itu uang berobat ibunya bagaimana jika ibunya benar-benar sakit?"

"Sudah ibu, aku menjadi merasa bersalah. Kenapa ibu seperti membela dia, aku ini anakmu bu!" ujarku sambil menangis dan berlari ke arah kamarku.

"Nak tunggu dulu"

Aku benci ibu, kenapa dia membela laki-laki itu. Sudah jelas-jelas dia salah.

Sudahlah, aku mengantuk. Aku ingin tidur dan menenangkan fikiranku, aku sangat lelah untuk hari ini.

Jika engkau hari ini sangat lelah, maka beristirahatlah. Masih ada waktu esok untuk memikirkan hal-hal yang lain, jangan terlalu berlarut-larut dalam sebuah masalah, bisa jadi masalah itu bisa menjadi boomerang untuk diri kita sendiri.

Rasa Dan BenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang