Sebuah Perkenalan Berujung Kebencian

8 0 0
                                    

Setelah beberapa hari mencari dirinya, kini aku kembali menemuinya di pertigaan lampu merah dekat rumahku. Ternyata dia memiliki sebuah kedai kopi, bisa dibilang seperti warkop (warung kopi). Karena aku kesal dengan dia, akupun menghampirinya.

"We, opo kowe seng ngerusak mobilku kae?" ujarku dengan nada kesal.

"Nyang opo maneh, golek perkoro wae dadi wedokan" ujarnya.

"Dadi, wong kere ae jan-jan lagune sok paleng sugeh" ucapku dengan nada sangat kesal.

"Nak wong kere ke ojo belagu yo" lanjutku.

Tak lama kemudian datanglah seorang wanita tua, dengan jalan sedikit membungkuk lalu berkata.

"Gene to le, ko rame-rame ngene" ucap wanita tua itu.

"Iki lho bu, teko-teko langsung mbengok-mbengok" ujar laki-laki itu.

"Iki lho bu, anakmu wes ngerusak mobilku. Yo aku njalo ganti rugi" ujarku.

"Ganti rugi opo to?wong kowe seng nabrak aku" ucap laki-laki itu.

"Wes le, duet seng go ibu berobat gunane sek. Seharus e kowe sebagai cah lanang harus wani bertanggung jawab" ucap wanita tua itu.

"Tapikan bu, kowe harus berobat gek endang mari" ucap laki-laki itu.

"Wes le, seng penting kowe ora enek masalah. Masalah berobat ibuk iso golek neh"

Seraya berjalan bungkuk dan terbatuk-batuk, sang ibu pun pergi ke dalam untuk mengambil uang tersebut.

"Rungokno ibukmu, dadi lanang ko renek tanggung jawab e!" ujarku dengan nada kesal.

"Titen ono kowe yo" ujar laki-laki itu nada mengancam.

"Nyang opo ha?" nadaku menantang.

Tak lama kemudian, datanglah sang ibuk laki-laki menjulurkan uang kepadaku dan berkata.

"Ndo, nyuwun pangapurone ibuk namung enten arto sekedek" ujar ibuk itu.

"Nggeh bu, sak jane ijek kurang geh bu arto sak mene" ujarku.

"Nggeh ndo, mengko nak enek neh ibuk wei neh nak enek" ujar ibuk itu.

"Nggeh bu, kulo tunggu" ujarku.

Sesudah mendapatkan uangnya, aku pun pergi kedalam mobil dan berfikir. Kenapa aku bisa sekasar itu, padahal aku tidak pernah diajarkan untuk kasar kepada orang lain. Mungkin saja terlalu terbawa emosi sehingga membuatku mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya, lagi pula benar kata dia. Aku yang menabraknya lantas kenapa aku yang harus minta uang ganti rugi kepadanya.

Rasa Dan BenciWhere stories live. Discover now