027. SAD & HAPPY

127 15 2
                                    

"Van, papa meninggal."

Ponsel Vanya jatuh begitu saja dari genggaman tangannya. Baru saja dia bertemu dengan papanya kemaren, dan pagi ini dia mendapat kabar dari Ruth jika papa mereka meninggal.

Tak memperdulikan ponselnya, Vanya berlari keluar dari kamarnya untuk menemui sang mama.

"Mom. Mommy." Vanya berteriak disetiap ruangan, dia belum menemukan keberadaan sang mommy.

"Ada apa sayang? Kok teriak-teriak." Mama Vanya yang baru datang dari taman belakang menyeritkan keningnya heran.

Vanya berlari kearah mamanya dan memeluk mamanya dengan erat.

"Mom...papa mom."

"Papa kenapa?"

"Papa meninggal." Vanya menangis dalam pelukan sang mama.

Mama Vanya terdiam mendengar ucapan Vanya barusan. Dia sama kagetnya dengan sang putri. Perlahan air mata pun menetes dari kedua mata wanita paruh baya itu.

"Ka...kamu serius?"

Vanya mengangguk dalam pelukan mamanya.

Anita melepaskan pelukan putrinya. "Ayo kita kesana sekarang."

"Iya mom."

Vanya dan Anita pun bersiap-siap dan pergi kerumah Ruth.

*****

Saat sampai didepan rumah Ruth, sudah banyak orang yang datang.

Vanya dan mamanya buru-buru turun dari mobil dan masuk kedalam rumah Ruth. Keduanya langsung menghampiri Ruth dan mamanya yang duduk disamping peti mati papa mereka.

Anita langsung memeluk tubuh Nessa. Keduanya begitu rapuh sekarang.

"Nessa, yang kuat." bisik Anita.

Nessa mengangguk. Meski tangisnya tak berhenti sedari tadi. "Kamu juga harus kuat Nita."

"Kita berdua harus kuat."

Sementara Vanya juga sibuk menenangkan Ruth. Meskipun Vanya terlihat nampak tegar, nyatanya Vanya yang paling sakit disini. Dia baru bertemu papanya kemaren dan tiba-tiba mendapat kabar jika papanya meninggal.

"Ruth, udah ikhlaskan."

"Gue gak bisa Van, gue gak sekuat lo." Ruth terus menangis.

"Lo pikir gue kuat Ruth? Gue yang paling sakit disini. Gue baru bisa bertemu papa kemaren, dan pagi ini papa dikabarkan meninggal. Bayangkan gimana perasaan gue sekarang Ruth."

Ruth terdiam mendengar perkataan Vanya. Benar, bukan dirinya yang paling sakit disini, tapi Vanya, kakak tirinya sendiri. Ruth bisa ketemu dengan papanya setiap hari, sedangkan Vanya baru bertemu kemaren.

"Maaf. Gue terlalu egois. Gue merasa kalau gue yang paling sakit disini. Tapi nyatanya lo yang paling sakit."

Vanya mengelus punggung Ruth untuk menenangkan cewek itu.

*****

Selesai pemakaman Vanya dan Ruth memutuskan untuk tidak pulang kerumah dulu. Keduanya masih ingin berlama-lama di makam sang papa.

"Pa, Vanya benar-benar menyesal karena baru bisa menemui papa kemaren. Vanya gak pernah menyangka jika papa akan pergi secepat ini." tangis Vanya pecah saat itu juga. Dia tak bisa lagi untuk berpura-pura jika dirinya baik-baik saja.

Zhavanya (Vanya Z-Girls × Mavin Z-Boys) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang