"Btw, lo sama Dava gimana? udah ada rencana untuk kedepannya?"

Vanilla menggelengkan kepala, "gue baru aja balik dan sekarang gue masih menjalani perawatan. Dava juga masih sibuk sama urusan kantor. Belum lagi cewek yang dijodohin untuk Dava. Jalan yang gue tempuh bersama Dava gak semulus jalan lo dan Vino."

"Soraya?" Vanilla menganggukkan kepala dan menghabiskan minumannya. "Gue heran deh sama tuh cewek, obsesif banget mau jadi nyonya Pamungkas. Padahal banyak cowok diluar sana, dia juga gak jelek-jelek amat. Kenapa malah setuju di jodohin?"

Vanilla hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. "Lagian tuh cewek mirip Intel, semua hal yang berhubungan sama Dava bisa dia tahu dengan mudahnya."

"Love is blind, remember?"

"Buta iya, bego juga iya." Celetuk Sandra sedikit kasar membuat mereka berdua langsung tertawa.

Mempunyai teman blak-blakan seperti Sandra memang menyenangkan. Apalagi jika sudah berhubungan dengan orang yang tidak disukai. Untaian kalimat penuh sensor pasti dengan lancar keluar dari mulut wanita itu.

"San, gue harus pergi duluan deh, udah ada janji nih sama Vanessa."

"Kembaran Lo?"

Vanilla menganggukkan kepala, "gue duluan ya. Ntar gue kabarin lagi kalau memang lo fix sama desain gue." Vanilla berpamitan dan segera pergi dari hadapan Sandra.

Vanilla masih ada janji dengan Vanessa yang menunggunya di cafe. Vanessa bilang, ia ingin menghabiskan waktu bersama. Entah sekedar nonton, berbelanja, jalan-jalan atau makan malam bersama. Kalau di pikir-pikir lagi, ini adalah kali pertama Vanilla dan Vanessa pergi bersama dan hanya berdua.

*****

Sembari menunggu Vanessa yang masih dijalan, Vanilla memainkan game di ponselnya. Hampir seharian ia tidak berkirim pesan dengan Dava karena Dava sedang sibuk mengurusi masalah kantor. Pagi tadi Dava sudah memberi kabar bahwa ia akan lembur dan kemungkinan tidak bisa sering mengirim pesan.

Ketika Vanilla sedang serius dengan game yang ia mainkan, tiba-tiba seseorang datang dan menggebrak meja dihadapannya. Vanilla tidak terkejut, ia pikir itu Vanessa yang mencoba untuk mengagetkannya, namun ketika ia mendongak, yang dilihat bukanlah Vanessa melainkan wajah wanita yang pernah bertemu dengannya di pesta pernikahan Vanessa.

Tanpa berbicara, Vanilla menatap wanita itu dengan seksama. Vanilla ingat, wanita itu adalah Soraya, sekertaris pribadi Dava sekaligus wanita yang dijodohkan dengan Dava.

"Ada apa ya?" tanya Vanilla pura-pura tidak mengenal wanita tersebut.

Dari mimik wajah Soraya, terlihat jelas bahwa ia sedang menahan emosi. Apalagi sorot matanya yang tajam menandakan bahwa Vanilla adalah musuh bebuyutan Soraya yang harus Soraya hilangkan.

"Jangan pura-pura gak tahu!"

Vanilla mengerutkan alisnya, "saya memang gak tahu anda siapa dan kenapa anda menghampiri saya."

Kalimat Vanilla bagai penghinaan untuk Soraya. Soraya langsung tertawa dan tangannya menyambar segelas air di atas meja lalu menyiramkannya ke wajah Vanilla.

Seluruh pengunjung cafe langsung terkejut melihat kejadian itu dan mengarahkan pandangan mereka pada Vanilla yang setengah basah.

"Gue kasih tahu ya, Dava itu calon suami gue dan Lo gak berhak untuk dekat sama dia!" ujar Soraya sembari menunjuk Vanilla.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now