Dua Belas

18.6K 2K 103
                                    

"Vanessa, kamu gak kenapa-napa kan?"

Pertanyaan yang di lontarkan Antonio membuat Vanessa tersadar dari lamunannya. Vanessa pun langsung mengulas senyuman, "gak papa, kok. Kayaknya aku kecapean aja seharian urus kerjaan Papa di kantor," jawab Vanessa seratus persen berbohong.

Hal yang menganggu pikiran Vanessa adalah perkataan para karyawan di kantor Antonio yang tadi tidak sengaja di dengar oleh Vanessa. Sebenarnya Vanessa datang ke kantor Antonio karena ingin membawakan makan siang untuk Antonio, namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar sekumpulan orang sedang berbicara mengenai dirinya. Tak lama kemudian Antonio datang dan menegur hingga akhirnya Vanessa memutuskan untuk pergi dan tidak jadi menemui Antonio.

Sepertinya masa lalu Vanessa yang begitu buruk membuat Vanessa tak bisa lepas dari penyesalan. Apalagi sekarang keberadaan adik kembarnya tidak pernah ia ketahui, padahal Vanessa sangat ingin menebus dosa yang pernah ia lakukan kepada Vanilla. Saat itu, Vanessa di penuhi dengan rasa iri kerena merasa Vanilla mendapatkan hidup yang lebih baik dari dirinya. Namun semakin lama, Vanessa semakin sadar bahwa rasa bencinya di manfaatkan oleh seorang psikopat yang selama ini menaruh dendam kepada keluarga dan hendak melampiaskan semua dendam tersebut melalui Vanilla. Andai saja waktu bisa di ulang, Vanessa tidak akan pernah mau tergoda oleh mulut manis psikopat yang sangat mematikan itu.

"Mau mampir?" tanya Vanessa setelah mobil Anton berhenti persis di depan gerbang rumah Vanessa.

"Gausah, aku langsung pulang aja. Masih banyak kerjaan kantor yang belum aku selesaikan."

Vanessa mengulas senyum seraya mengecup pipi Anton, "kalau gitu aku masuk dulu. Hati-hati ya, jangan ngebut."  Lalu turun dari dalam mobil Anton dan menunggu hingga mobil hitam tersebut hilang dari pandangannya.

Seharusnya Vanessa sadar, dirinya tidak pantas untuk orang seperti Antonio Gustavo. Antonio merupakan keponakan dari Arsen Gustavo, keluarga angkat Vanilla dan juga kerabat dekat kedua orangtuanya. Jika di lihat dari semua masalah yang pernah terjadi, seharusnya keluarganya tidak lagi membebani keluarga Gustavo, tapi nyatanya malah semakin terikat.

Vanessa menghempaskan tubuh keatas sofa sembari mendengus dan memejamkan mata. Keadaan rumah yang seharusnya ramai, malah sepi karena kehilangan satu per satu anggota keluarga. Orangtuanya pun lebih sering tugas ke luar kota dan Vanessa sendiri menetap karena bekerja sebagai pengganti ayahnya di salah satu perusahaan cabang. Zero, Zero sebenarnya memutuskan tinggal di Manchaster, namun sekarang sedang berada di Indonesia karena pekerjaannya. Ferrio dan Vanilla, keberadaan tidak di ketahui. Terakhir kali Vanessa mendengar kabar mengenai Ferrio ketika Ferrio menikah, setelah itu tidak ada lagi kabar. Sedangkan Vanilla, terakhir kali ia bertemu tiga tahun yang lalu.

"Udah pulang?" Kalimat tersebut membangunkan Vanessa yang sempat tertidur beberapa menit. Matanya melihat Zero yang berjalan sembari memegang secangkir kopi, menghampiri dan duduk di sisi sofa lainnya.

Vanessa mengembangkan senyum seraya memperbaiki posisi duduk dan menghela napas. "Jadi wanita karir, capek juga ya," ucapnya dengan nada bercanda.

"Yaudah, lo suruh aja Anton langsung nikahin lo, biar lo gak kerja dan jadi ibu rumah tangga."

Mengingat Anton, Vanessa kembali terngiang perkataan para karyawan Anton yang tadi tidak sengaja di dengarnya. Sekarang ia bertanya-tanya, apa dirinya pantas untuk seorang Antonio Gustavo? Keluarga konglomerat yang pastinya menjunjung tinggi nama baik keluarga besar Gustavo.

Vanessa mendengus, "apa keputusan gue tunangan sama Anton ini salah ya?" itulah pertanyaan Vanessa dalam hati yang tanpa sadar ia lontarkan pada Zero.

"Kenapa bilang gitu?"

"Gue cuma takut kena masalah suatu saat nanti. Kan lo tahu sendiri, hubungan keluarga kita dan keluarga Gustavo semenjak Vanilla di kabarkan meninggal, jadi renggang. Dan sekarang gue malah tunangan with another Gustavo family. Lagi pula... Gue gak pantas untuk seorang Antonio Gustavo."

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now