Tiga Puluh Satu

16.9K 2.2K 226
                                    

"Sweetheart..."

Sapaan itulah yang pertama kali masuk di telinga Vanilla ketika baru saja melangkah masuk ke dalam mansion tempat kediaman keluarga Gustavo, yang saat ini hanya di tinggali oleh Rey dan keluarga kecilnya.

Vanilla tertawa pelan melihat Kakak angkatnya yang berlari seperti anak kecil sembari merentangkan tangannya kearah Vanilla. Rey pun langsung mendekap hangat Vanilla dan mengusap punggung gadis itu. Bagi Rey, Vanilla masih sama, masih menjadi adik kecil untuknya dan juga Jason.

"Everything's alright?" tanya Rey persis di telinga Vanilla yang langsung di balas dengan gumaman serta anggukan. "Gak ada yang sakit kan? Perut kamu? Dada kamu sesak? Pusing? Sakit kepala? Migran?"

"Lebay amat lo, Kak!" sembur Jason yang baru saja masuk ke dalam rumah sembari menenteng tas Vanilla yang ia letakkan di punggungnya.

Rey langsung melirik sinis kearah Jason, namun sedetik kemudian kembali fokus pada Vanilla yang hanya bisa tertawa pelan melihat kelakuan kakak angkatnya. Meski tidak memiliki hubungan darah, entah mengapa Vanilla lebih nyaman bersama keluarga angkatnya, di banding dengan keluarga kandungnya sendiri. Mungkin karena sudah terbiasa sejak kecil.

"Hi, girl!" sambut Cathrine dengan pelukan. "Finally, kami semua sudah lama menunggu momen kamu kembali."

"Udah kayak princess Disney nunggu pangeran berkuda datang aja," cibir Vanilla dengan nada jenaka.

Vanilla dan Cathrine tertawa, lalu Cathrine membawa Vanilla masuk lebih jauh ke dalam rumah. Ketika sampai di ruang keluarga, ia melihat dua anak kecil yang sedang bermain bersama. Akrab, layaknya saudara pada umumnya.

"Hallo..." sapa Vanilla mendaratkan lututnya di atas sofa.

Kedua anak kecil itu tak menggubris. Mereka sibuk dengan krayon dan buku gambar yang ada di depan mereka. Yang satu menggambar pemandangan, yang satu lagi menggambar wajah seseorang.

Senyum tipis mengembang disudut Vanilla. Waktu begitu cepat berlalu. Vanilla rasa baru kemarin ia bangun dari tidur panjangnya, dan sekarang ia sudah memiliki empat keponakan yang sangat menggemaskan.

"Kalau gitu, gue mau siapin makan malam dulu," ujar Cathrine berlalu meninggalkan Vanilla dan kedua anaknya yang berada di ruang keluarga.

Mata Vanilla tak kunjung lepas dari tangan kedua anak kecil yang sedang asik dengan gambaran mereka. Namun teralihkan ketika ia melihat Jason yang berjalan kearah dapur. Ia pun memilih untuk berdiri dan menghampiri Jason.

"Gue ketemu dia."

Perkataan Vanilla yang mengejutkan Jason membuat pria itu langsung tersedak minumannya hingga terbatuk-batuk.

"Siapa?" tanya Jason ketika sudah berhasil menghilangkan batuknya.

Vanilla menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Orang yang mungkin selama ini Lo cari selain gue."

"Gak ada tuh."

"Dia bilang, kehidupan kalian itu berbeda. Jadi selama apapun Lo menunggu, dia gak akan pernah kembali. Dia sudah memilih jalan hidupnya sendiri. Sementara Lo gak akan bisa ikut jejak dia."

Jason meletakkan gelasnya di tempat cuci piring. "Gue gak ngerti Lo ngomong apa. Siapa juga yang gue cari selain Lo? Hidup gue selama ini hanya gue dedikasi kan untuk ngebahagiain Lo, adik gue satu-satunya."

"Lo bahagia?"

"Jelas lah gue bahagia karena adik gue sudah kembali."

"Maksud gue, Lo bahagia karena pura-pura lupa semua tentang dia?"

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now