Tiga Puluh Sembilan

9.7K 1.3K 135
                                    

Pagi hari di kediaman Gustavo, mungkin adalah pagi terbaik bagi Vanilla. Sarapan bersama, menemani keponakannya bermain dan belajar, membantu Cathrine menyiapkan makanan untuk makan siang dan merapikan barang-barangnya yang masih berada didalam tumpukan kotak.

Satu persatu barang mulai Vanilla susun serapih mungkin. Ratusan foto yang selama ini menggantung di kamarnya pun ikut dirapikan. Hanya beberapa saja yang Vanilla pajang, sisanya ia masukan ke dalam album foto sebagai kenang-kenangan. Foto memanglah hal terbaik untuk sebuah kenangan. Disaat ia menderita amnesia dan tidak dapat mengingat masa lalunya, foto sangat membantu, meski hanya bisa membayangkan, tetap saja Vanilla memiliki kenangan.

Sembari membereskan barang-barangnya, Vanilla mencoba bernostalgia dengan memperhatikan satu persatu foto tersebut. Ada foto ketika ia masih kecil, ketika mengenakan seragam SMP, ketika masuk SMA, ketika tampil di resital musik, dan foto-fotonya bersama Dava. Ada satu foto yang menjadi foto favorit Vanilla. Foto itu adalah foto dirinya bersama Raquella dan Leon yang sedang berada diarena bermain. Vanilla bertanya-tanya, bagaimana persahabatan mereka dulu hingga Raquella berakhir dengan menikahi Leon. Antara sedih dan senang, sedih karena Vanilla tidak bisa mengingatnya, dan senang karena masih menyimpan foto masa sekolah mereka.

Tok.. tok..

Vanilla mengalihkan pandangannya dan melihat Jason yang sedang mengintip dari depan pintu. Jason pun masuk dan menghampiri Vanilla dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Lagi ngapain?" tanya Jason penasaran karena Vanilla terlihat begitu serius memandang foto-foto yang berhamburan di atas kasurnya.

Vanilla tidak menjawab. Ia malah makin disibukan dengan foto-foto yang lain. Vanilla menyusun foto-foto tersebut sesuai dengan tanggal yang tertulis dibaliknya.

Jason ikut memperhatikan foto-foto tersebut dan tertarik pada sebuah foto berukuran 4R yang tergeletak di kasur. "Gue kira foto ini hilang," ujarnya mengambil foto tersebut. "Ingat gak ini dimana?" tanya Jason menunjukkan foto tersebut pada Vanilla. Vanilla menggelengkan kepala. "Foto ini diambil setahun setelah Lo resmi jadi bagian dari keluarga Gustavo." Jason memberitahu.

Vanilla memperhatikan foto tersebut dengan seksama. Di foto itu ada dirinya, Rey dan juga Jason yang memakai perlengkapan bermain ski dan berada di hamparan salju yang luas. "Ini dimana?" tanya Vanilla karena tidak mengingat kenangan dari foto tersebut.

"St. Moritz, Swiss," jawab Jason. "Kata Lo, gue dan salju itu sama. Dingin, tapi menyenangkan."

Vanilla langsung tertawa mendengar kalimat konyol dari Jason. "Serius gue pernah bilang gitu?"

Jason mengangguk kuat, "bahkan Lo juga bilang, diantara Rey, gue dan Zero, gue adalah kakak terfavorit Lo."

"Emm..." Vanilla bergumam sembari memperhatikan foto-foto yang lain. Memang foto dirinya bersama Jason lebih banyak dari foto bersama Rey, Zero bahkan Vanessa yang notabenenya adalah kembaran Vanilla.

Ah, Vanilla ingat, dulu Jason adalah sosok yang dingin dan suka berbicara apa adanya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Samar-samar ia mengingat pernah menangis karena merasa kesepian dan membujuk Jason agar mau menemaninya. Awalnya Jason menolak, namun luluh dengan air mata Vanilla. Sejak saat itu, kemanapun Vanilla pergi, entah sekedar bermain di halaman ataupun belajar dengan guru privat, Jason selalu ikut dan tidak pernah meninggalkan Vanilla sendiri. Jason rela home schooling agar bisa menemani Vanilla menjalani perawatan karena mengalami trauma. 

Setelah resmi menjadi bagian dari keluarga Gustavo, keluarga kandung Vanilla memutuskan untuk menetap di Indonesia, sementara Vanilla ikut bersama keluarga Gustavo dan menetap di Jerman. Hingga umur dua belas tahun, Vanilla memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertamanya di Indonesia dengan syarat Jason harus ikut bersama Vanilla. Jason dan Vanilla lahir di tahun yang sama, hanya saja Jason lahir di awal tahun sedangkan Vanilla lahir di akhir tahun.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now