22.Cinta ke benci

Start from the beginning
                                    

Ada sekelumit rasa muak saat Anya mengatakan hal itu. "Kalau gitu .... gimana kalau kita selingkuh beneran?"

Anya langsung bangkit dari duduknya. "Lo gila?" tanyanya dengan penuh emosi.

Kevin ikut bangkit dan mendekati Anya, mata Kevin memandang mata Anya dengan tatapan yang berkecamuk, ia terus mendekati Anya. Anya berjalan mundur sampai ia menabrak dinding.

Dada bidang Kevin semakin mendekati tubuh mungil Anya, demi apapun Anya tak bisa diperlakukan seperti ini, Anya menahan menggunkan tangannya yang menempel di dada Kevin.

"Kenapa lo harus tanya itu?" tanya Kevin menggantung. "Kenapa lo nggak tanya, tentang seberapa besar cinta gue ke lo?"

"Buat apa?" tanya Anya balik. "Anya nggak mau tau."

Kevin berdecih dengan senyum kirinya, wajah nya mendekati Anya. "Buat bikin lo mau sama gue, Jingga. Lo tau? Kale itu lebih brengsek dari gue."

"Gausah sok tau." Jawab Anya sinis.

"Gue tau semua, dia emang brengsek."

Kini Anya yang berdecih. "Ini kan bentuk maksud besarnya cinta Kevin ke Anya? dengan cara jelekin Kale biar Anya terpengaruh."

"Itu bener, Jingga. Dia nggak sayang lo, nggak! Dia bakalan khianati lo dan perlahan bikin lo sakit, nggak ada yang lebih brengsek dari gue selain dia!" bentak Kevin membuat mata Anya memerah.

Plak

Tangan Anya menampar pipi Kevin, sungguh Anya kesal bila Kevin terus saja menuduh Kale yang tidak-tidak. "Udah?" Anya mendorong tubuh Kevin dan menatapnya tajam. "Anya benci sama Kevin, keluar!" bentak Anya yang sudah kelewatan.

Kalau saja yang menamparnya ini laki-laki sudah dipastikan ia tampar balik dengan kekuatan sepuluh kali lipat. "Gue juga mau benci sama lo, Jingga. Tapi nggak bisa." Jawab Kevin lalu melenggang pergi dari rumah Anya dengan rasa kesalnya.

Anya terdiam beberapa saat untuk mencerna apa yang Kevin katakan dan apa yang telah ia perbuat tadi, Kevin memang lah salah tapi tidak seharunya Anya menampar pipi Kevin dengan kencang seperti tadi.

Tujuan Kevin sekarang menuju bar untuk menghilangkan stresnya akibat tamparan dari Anya, gadis itu sudah melewati batasan. Kevin merasa bila ia sudah ditampar gadis harga dirinya benar-benar jatuh.

Wine itu kembali memasuki tenggorokannya. "Sewaktu-waktu cinta juga bakalan bisa berubah jadi benci." Ucap Kevin pada dirinya sendiri. "Bencinya manusia karena cinta itu lebih berbahaya, sayang." Lanjutnya lalu tertawa kecil.

Sekarang tak cuma Kale yang akan membuat Anya menderita tetapi Kevin juga, mungkin seru bila keduanya kerja sama untuk menyakiti orang yang mereka sayang?

Anya berjalan mondar-mandir untuk menghilangkan rasa penyesalannya pada Kevin, tapi semakin dipikirkan semakin menyeramkan, akhirnya Anya memilih menelpon pacarnya.

Kale yang sedang menulis langsung mengambil ponsel dan mengangkat telpon.

"Anya nampar, Kevin." Ucap Anya to the point.

Entahlah, yang Kale rasakan ini adalah info yang menarik. Ia pura-pura terkejut. "Kenapa?"

Anya menghela nafas. "Dia jelek-jelekkin kamu, aku nggak suka."

"Kamu nggak seharusnya nampar dia, pasti dia sakit hati deh." Jawab Kale sambil merubah posisinya menjadi duduk santai.

Berbicara pada Kale membuat kekhawatirannya ini semakin bertambah. "Anya harus minta maaf sama Kevin?"

KALE [END]Where stories live. Discover now