1 - Raja Jalanan

Mulai dari awal
                                    

Lovelin Arsenio, manusia dengan segala kelakuan random bikin orang geleng-geleng kepala. Kalo ngomong suka campur pake bahasa G. Satu hal yang dia tidak suka, ketika orang memanggil namanya dengan sebutan Love.

Dulu orang tuanya sangat menginginkan anak perempuan, namun sayang tak sesuai harapan. Makanya Arsen diberi nama ada perpaduan dengan perempuan.

Untung aja kelakuannya tidak. Palingan kalo kumat suka enggak waras doang.

Pernah Arsen meminta untuk mengganti nama awalnya. Eh malah diancam akan dikeluarkan dari kartu keluarga. Kejam bukan? Tapi akhirnya ia pun menerima, meski tetep suka kesel bila di panggil dengan sebutan Love.

"Lo tuh ya emang nyari rib—" Arsen hendak menjambak rambut kebanggaan Gilang terpaksa undur.

"BERISIK BEGO!" Nathan tiba-tiba berseru.

Caesar Nathaniel Pramudya, wakil Wynzelle yang telah memiliki pawang. Orangnya ramah, ambis terhadap sesuatu. Selain Aldrich, dia juga turut dijadikan Atm berjalan.

Melerai kedua temannya yang hampir bertengkar. Kepalanya pening karena banyak suara orang teriak bersaut-sautan. Ditambah dua orang itu malah memperkeruh suasana.

Satu lagi, seorang cowok yang sejak tadi diem kini tertawa kecil. Dia orangnya sedikit pendiem, bukan berarti cold boy. Cuma ya males ngomong aja kalo emang gak penting banget. Dimas Dirgantara namanya.

Mereka berlima. Aldrich, Nathan, Gilang, Arsen, dan Dimas udah berteman lumayan lama sejak masuk masa putih abu-abu.

Wynzelle terkenal dengan kelihaian dalam mengendarai motor dan kekejamannya menghabisi lawan.

Diketuai oleh Aldrich dan di wakilkan oleh Nathan. Anggota Wynzelle menyebar di berbagai sekolah, kebanyakan daerah Jakarta Selatan.

Nathan memilih menghampiri Aldrich, "Ketua gue emang gak ada lawan. Congrats ye!" menepuk pundak Aldrich dengan senyum bangga.

"Thanks!" Aldrich tersenyum kecil.

Tiba-tiba ponsel Aldrich berdering. Menampilkan satu panggilan masuk dengan nama tertara 'Mami'. Ia berjalan menjauh sedikit agar tidak terlalu ricuh.

Tangannya bergerak menggeser tombol hijau ke samping kemudian mendekatkan ponsel tersebut ke telinga.

"WHAT TIME IS IT? KAMU GAK PUNYA RUMAH APA GIMANA SIH UDAH HAMPIR PAGI GINI GAK PULANG?!" teriak Adara -Mami Aldrich.

Dia mendengkus. "Emang bener deh, Mami gue sebelas duabelas sama toa masjid." gumamnya dalam hati.

Merasa tak ada jawaban, Dara kembali angkat bicara, "Ditanya malah diem. Bisu kamu hah?"

"Astagfirullah Mami jahat! Masa anaknya sendiri dikatain bisu." Aldrich mengelus dadanya. Mendrama meski tau Dara enggak melihatnya.

"Ya abisnya kamu orang tua nanya gak dijawab. Mana demen banget keluyuran sampe gak inget pulang. Lama-lama Mami aduin Oma kamu ya, biar dipukul pake tongkatnya." Dara mengancam.

Jika sudah membawa-bawa Oma-nya Aldrich tak akan berkutik. Ia sangat menyayangi sekaligus menghormati Oma yang merawatnya sejak kecil.

Bisa diukur rasa sayangnya pada Oma lebih besar daripada rasa sayang pada orang tuanya. Kayaknya.

Ya bisa dikatakan Aldrich kecil itu kurang kasih sayang orang tua. Sejak kecil Mami Papinya selalu menitipkan pada Oma karena terlalu banyak pekerjaan yang membuat mereka harus bulak balik keluar negeri.

Tapi sesibuk apapun, Aldrich tak pernah membenci mereka yang lebih mementingkan pekerjaan daripada dirinya. Sempat sih timbul rasa kesal dulu, sampai ada acara mogok makan. Cari perhatian dikit biar Dara menyuapinya.

Oma pun turun tangan, pelan-pelan memberi pengertian. Bahwa Papi Maminya berkerja keras juga untuk masa depannya kelak. Lambat laun Aldrich paham.

Puncaknya saat berseragam putih biru, Dara memutuskan berhenti bekerja dan menghabiskan waktu di rumah. Dia sadar dan menyesal karena terlalu mementingkan bisnis sehingga melupakan putranya.

Aldrich seneng bukan maen tentunya. Meskipun Papi jarang pulang, mungkin satu bulan bisa dua kali aja atau bahkan sekali.

"Fine! Al pulang sekarang."

Di sebrang sana Dara tertawa lucu. "Okay! Take care my handsome boy, jangan ngebut ya." kemudian Dara mematikan panggilan sepihak.

Aldrich memasukan ponsel. Langsung berteriak sebagai pamitan. "Gue balik, Mami udah ngancem."

"OKE. BAE-BAE DI JALAN." mereka berkata. Ia mengangguk lalu melajukan motor, menuju mensionnya.

•••

welcome to Aldrich's life gengs! ☠

late braking; teknik mengerem dalam untuk mendahului lawan atau menyalip di tikungan.

wheelie; teknik mengangkat roda depan sambil melaju.

FOLLOW IG : @wynzelle_ofc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW IG : @wynzelle_ofc

ALDRICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang