27 - Amarah & Pernyataan

2.5K 248 47
                                    

KECE SEKALI READERSKU, MAKASI YANG UDAH SPAM NEXT<3 TOLONG TANDAI JIKA ADA PENULISAN YANG SALAH, LUNAS NI YE BRO

Let's vote and komen! Jangan sider pren! 🔥

Let's vote and komen! Jangan sider pren! 🔥

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

“Peraturan ada emang buat di langgar,”

•••

"BERENGSEK!"

Umpat Aldrich setelah mendapat telepon mendadak dari Nindys. Lebih parah keadaannya jauh dari kata baik-baik saja. Darah cowok itu mendidih mendengar nada bicara Nindys gemetar disertai ringisan tertahan.

Gerak cepat memakai jaket lalu menyambar kunci motor. Berlari kilat dari dalam warunk Babeh menuju motornya terparkir. Tanpa menyahuti temannya yang bertanya ingin pergi ke mana.

"Perasaan aye nggak enak, mending lu pada susul dah," Babeh memberi saran seketika. Pasalnya Aldrich termasuk jarang marah, namun sekalinya ada yang mengusik, cowok itu bisa hilang kendali emosinya. Bahaya.

"Iya, Beh kayaknya ada yang gak beres. Kita pamit dulu. Assalamualaikum," pamit Nathan mewakili.

Aldrich mengemudikan motor bak orang kesetanan. Menulikan telinga terhadap makian orang sekitar saat dirinya menyalip kendaraan lain dengan begajulan. Masa bodo tindakan tersebut akan membahayakan keselamatannya sendiri. Ia tidak peduli apapun lagi selain ingin segera sampai pada tujuan.

Satu nama terus memenuhi benaknya.

Tidak lama ninja merah milik Aldrich sampai di Jalan Ampera. Bertepatan Nindys tengah berlari terseok-seok dan di belakangnya cowok-cowok bajingan yang ternyata anak Ravens mencoba keras mengejarnya. Sialan, cari mati mereka? Emosi Aldrich memuncak ke ubun-ubun, siap kapan pun untuk meledak.

Meninggalkan asal motornya, kaki panjang Aldrich lantas melangkah lebar menuju gadis itu. Nindys melempar senyum lega karena kehadiran cowok yang kini menatapnya khawatir bercampur marah.

Ia langsung menubrukan badannya memeluk Aldrich. Dan detik itu juga jantung cowok itu nyaris berhenti berdetak menyadari darah melumuri sekitaran telapak tangan Nindys. Bahkan terkena ke seragam putihnya.

"Tangan aku perih, Al," rintih Nindys, suaranya terendam di dada Aldrich. Sengaja menyembunyikan mukanya yang terasa nyaris menitikkan air mata, tidak sudi kalau sampai antek-antek Darka melihat sisi lemahnya.

Sedikit tidak ikhlas Aldrich melonggarkan pelukan, memberi jarak keduanya. Berganti merogoh kantong dan kebetulan menemukan sapu tangan. Tanpa basa-basi ia membalut benda itu di lengan Nindys berharap darah yang terus mengalir dapat tersumbat.

"Wow pahlawan kesiangan pengganti Almarhum nih," Darka tepuk tangan, berdiri di antara Vigo dan Ethan. Dia terakhir menyusul lantaran kesulitan berjalan. Nyeri di bagian bawahnya amat menyiksa.

ALDRICHजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें