26 - Loser

2.4K 249 271
                                    

Seperti biasa sebelum baca vote dulu yeah. Jangan lupa share cerita ini ke temen kalian okee! <3

SEMOGA SUKA, AAMIIN. DAN SELAMAT MEMBACA PREN

“Perempuan itu makhluk paling manipulatif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Perempuan itu makhluk paling manipulatif. Dia bisa bilang sayang banget sama seseorang padahal aslinya nggak ada rasa sama sekali,”

•••

"ALDRICH SAYANG SEGERA TURUN NAK. MAKAN MALAM YUK SI KEMBAR UDAH NUNGGU KAMU NIH,"

Aldrich menyahut dari lantai atas, tepatnya kamarnya berada. "Iya Mi sebentar,"

"Ih Aunty, dari tadi Abang jawabnya sebentar terus tapi nggak turun-turun. Lagi ngapain sih?" Alina menekuk mukanya menjadi cemberut, tidak lupa bibirnya maju ke depan nampak sangat menggemaskan.

"Aunty nggak tau. Biasanya dia langsung turun kalau sudah di panggil." Dara menyeletuk.

"Lina laper banget," dia merunduk menatap perutnya iba. "Cacing di perut aku pada demo."

Krukkk

"Nah kan bunyi,"

Alana memutar mata karena sikap Alina yang dramatis. Tapi kasihan juga dia. "Biar Lana susul Abang."

Beranjak berencana menaiki tangga Aldrich keburu muncul dengan langkah terburu-buru. Ia tersenyum melihat tiga pasang mata kompak tertuju padanya.

"Kenapa pada gitu ngelihatnya?"

"Lama. Adik kesayangan Abang nyerocos mulu kelaperan tuh," Alana melirikan mata pada Alina yang tetap setia cemberut.

Cowok itu terkekeh. Mendaratkan kecupan di puncak kepala Alana lalu bertukar pada Alina dan melakukan hal serupa sambil berbisik. "Sorry,"

Untuk beberapa hari ke depan si kembar memang menginap di rumahnya. Karena orangtua mereka ada perjalanan bisnis ke luar kota, biasanya dia di titipkan ke Oma tapi wanita paruh baya tersebut juga ikut pergi.

Dara tentu menerima dengan senang hati. Suasana rumah bertambah ramai dan ia tidak kesepian mengingat Aldrich sering pulang larut.

"Okey. Tapi kenapa Abang lama?" gadis itu menuntut tanya, matanya menyipit kepo memandang Aldrich. "Abis teleponan sama Kak Nindys ya?" tukas Alina.

"Nggak." Aldrich tergelak oleh tawa. Dalam hati menyambung, "Nggak salah lagi maksudnya."

Sejak kejadian di ruang olahraga hubungan mereka makin lengket sesuai niat awal Arsen. Ya meskipun belum ada status jelas namun Aldrich dan Nindys nyaman seperti ini. Bahkan terkadang panggilannya berubah jadi aku-kamu.

"Udah makan dulu. Setelah itu terserah kalian mau apa," lerai Dara mulai menyendoki nasi pada anak-anaknya.

"Selamat makan semua!" Alina memekik riang kemudian makan sangat lahap seakan kalau tidak cepat-cepat akan ada yang merebut jatahnya.

ALDRICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang