18 - Cemburu

3.4K 286 47
                                    

Anyway, vote dulu skuy sebelum baca dan ramein chapter ini okei <33

Selamat membaca kalian

Selamat membaca kalian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

“Mulut memang bisa berbohong, tapi tidak dengan mata.”

"Istirahat dulu gih. Setelah pergantian jam baru lanjut lagi." titah Aldrich menatap Felisha dan beberapa anak osis.

"Tapi tugas kita belom pada selesai Al. Gakpapa?" tanya Fikri.

Aldrich mengangguk. "Udah sana, sebelom gue berubah pikiran yang ada kalian gak istirahat sampe pulang."

"Siap laksanakan! Lo jangan lupa istirahat juga." Fikri menepuk bahu Aldrich. Lalu buru-buru minggat diikuti yang lain.

Jari tangan Aldrich memijat pelipis yang berdenyut hebat. Belakangan ini kegiatannya sangat padat. Bahkan kadang jam makan pun ia lewatkan.

SMA Bhayangkara akan mengadakan class meeting setelah ujian nanti. Sengaja di persiapkan dari jauh-jauh hari. Apalagi tahun ini adalah tahun terakhir mengikuti class meeting bagi angkatan Aldrich. Jadi mereka bakal berikan yang terbaik.

"Kamu sakit?" Felisha menunjukan raut khawatir setelah melirik sang empu.

"Nggak." jawab Aldrich. Melihat Felisha fokus dengan laptop ia balik nanya. "Lo gak ikut yang lain?"

"Nanti," ujar gadis lugu itu. "Proposal aku sedikit lagi selesai, tanggung."

"Gue mau pindah ke perpus. Lo tetap di sini atau ikut?" Aldrich menawarkan, basa-basinya sebagai makhluk sosial.

AC ruang osis sedang dalam perbaikan karena mengalami kebocoran. Untuk sementara sebagai pengganti terpasang tiga kipas angin, tapi tetap rasanya beda. Masih gerah.

Niat ke perpustakaan sebenernya hendak mengistirahatkan mata alias tidur. Padahal ketua osis punya ruangan khusus sendiri. Entah mengapa pilihannya malah jatuh ke sana.

"Ikut deh di sini sendiri serem," Felisha menyeletuk. Membawa barang-barang penting kemudian bergerak menyusul Aldrich.

Jam kegiatan belajar mengajar berlangsung sejak beberapa waktu lalu. Makanya perpustakaan cukup sepi. Paling hanya di isi murid yang mungkin jamkos. Aldrich dan Felisha menempati meja tengah.

"Kenapa gitu banget ngelihat gue, ada masalah?" kerutan di dahi Aldrich timbul. Gelagat Felisha seperti orang mau bicara sesuatu tapi ragu.

"Tolong kamu periksa." Felisha lantas menggeser laptop ke arah Aldrich yang menampilkan proposal hasil kerjanya. "Biar langsung aku perbaiki kalo semisal salah."

Lelaki itu ber-oh ria dan mulai memeriksa.

"Masih ada banyak typo." Aldrich menunjuk bagian tujuan, jenis, hingga ke susunan acara. "Pelan-pelan kerjainnya Fel. Benerin nih,"

ALDRICHWhere stories live. Discover now