Faith on Fate

1.2K 219 30
                                    

Bianka membungkuk saat manager memasuki salah satu ruangan dimana ia dan Haechan berada.

"Aku tidak akan lama disini," Manager duduk didepan kedua orang yang kini duduk bersebelahan itu.

"Akhir-akhir ini sedang banyak kerjaan," manager tertawa kecil, "tapi sepertinya yang satu ini harus segera diselesaikan," ia lalu memandang Haechan dan Bianka.

"Kalian ini sebenarnya ada apa?"

Bianka masih terdiam, Haechan seperti memikirkan apa yang harus ia katakan.

'Demi Tuhan aku akan menghajarmu kalau kau membuat kak Bianka menangis keluar dari ruangan itu,'

Suara Jeno menggema didalam kepala Haechan.

"Bang, kamu tahu kan aku dan Bianka hanya teman saja?"

Bianka mengerjapkan matanya, pandangannya kedepan mendadak kosong.

"Beberapa kali ini memang kami sempat terlihat bersama, tapi abang tahu kan kalau itu karena kami adalah teman?"

Pikiran Bianka mendadak kosong, ia menoleh menatap Haechan yang kini tengah memandang managernya.











"Kita hanya teman, tidak lebih," 









Suara Haechan seakan terdengar hilang timbul ditelinga Bianka.







"Bagaimana?"









Bianka mengerjapkan matanya kembali, ia memutar kepalanya kembali memandang sang manager.

"Ah?"

"Bagaimana menurut kamu? Haechan bilang kalian hanya teman," manager memandang Bianka. Sedangkan Bianka hanya bisa memandang sang manager dengan tatapan kosong.

Apa yang harus ia lakukan?

Mengapa menjadi seperti ini?

"Ah.. ya, kami hanya teman," Bianka tersenyum sendu, menunduk dan memandang kedua kakinya yang kini terapit rapat. 



Gadis itulalu kembali mendongakkan kepalanya, dan tersenyum lembut meyakinkan.









"Kami hanya teman, tidak lebih,"











Sepertinya itu jawaban yang cukup, karena sekarang sang manager sudah  bangkit dari duduknya. "Baiklah, terimakasih sudah datang, aku tunggu di ruang latihan,"

Pintu tertutup.

Bianka masih terdiam, namun perlahan ia menoleh kearah Haechan.

"Bi.." Haechan memandang Bianka, "kamu mau dengerin aku dulu kan?"

Bianka tersenyum, lalu mengangguk. "Aku dengerin.."

"Kamu tahu kan kita nggak bisa menjadi apa yang orang lain diluar sana lakukan? Bersama?"

Kenyataan menampar Bianka dengan keras. Ia memandang Haechan dengan tatapan bertanya.

"Tapi maksudku bukan itu Bi," Haechan seketika paham bahwa ia sepertinya salah memlilih kalimat.

"Nggak, kamu, kamu bener,"

Kali ini kenyataan yang menampar Haechan.

"Kita nggak bisa kayak gini, Haechan,"

Haechan memandang Bianka dengan tatapan terluka.



Gadis itu memanggilnya dengan sebutan Haechan. 



Long Distance • Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang