Jealous.

3.5K 493 16
                                    

"Kenapa kamu nanya gitu?"

Jeno seketika tergagap, ia menggeleng kecil,"aku nanya aja, maksudku kakak udah cukup umur kan?"

Bianka perlahan tersenyum kecil.

"Cukup umur, tapi aku belum siap.."

Jeno mengangkat wajahnya, ia mencengkram gelas keramiknya dengan pelan, "kenapa?"

Bianka mengedikkan bahunya, "entahlah, aku malas, kadang laki-laki itu membingungkan," Bianka tertawa kecil.

'seperti Haechan, membingungkan,' batinnya.

"Tapi.. Entahlah.. "Jeno menggeleng.

"Kenapa?  Memangnya kamu mau mencarikan aku pacar ha?" Bianka menggoda Jeno, membuat pemuda dengan rambut coklat madu itu seketika merasakan wajahnya memanas.

"Ha? Nggak kok!"

Bianka tertawa.

"Kamu itu tampan lho, harusnya banyak yang ngejar.."

Jeno menggeleng, "nggak kak, aku orangnya pemalu untuk deketin orang lain..."

Bianka tersenyum kecil, "sama aku nggak tuh,"

Jeno mengangkat wajahnya, "ya itu kan kakak, beda lagi urusannya," Jeno tertawa hambar.

"Temenku banyaaaak banget yang suka sama kamu, katanya kamu itu lucu dan tampan yang pasti, mereka juga suka karena kamu baik banget, jago nge rap, jago nge dance...." Bianka menghitung semua kelebihan Jeno dengan jarinya.

Jeno merasakan pipinya memanas lagi.

"Hah mukamu merah," Bianka menunjuk wajah Jeno, Jeno menggeleng, "kak ih berenti dong!"

Bianka ikut tertawa sembari melanjutkan acara melipat baju Haechan.

"Tapi kakak juga cantik lho, maksudku— pasti banyak yang sebenarnya mau kenalan sama kakak.."

Bianka tertawa kecil, "mereka bakalan mundur kalau tahu sifat aku yang keras kepala Jen.."

Jeno menghela napas, "kak, mereka kayak gitu karena kakak itu hebat, jadi mereka mundur perlahan.."

Bianka melirik Jeno lalu tersenyum manis membuat pria muda itu ingin mencubit pipi gadis itu kalau saja ia tidak lupa yang disebelahnya sekarang adalah sahabat dari sahabatnya.

"Kamu tuh yah, bisa aja, cocok deh gombalin banyak orang.."

Jeno tersenyum, "aku maunya gombalin kakak aja!"

Bianka seketika tertawa keras, ia bahkan memegangi perutnya, ia tidak biasa melihat sisi Jeno yang seperti ini.

"Bi.."

Bianka menghentikan tawanya lalu menoleh kebelakang, ia melihat Haechan yang tengah terlihat tidak baik-baik saja. Wajahnya pucat, berkeringat.

"Panas.." lirih Haechan, Jeno beranjak dari duduknya dan mendekati sahabatnya itu.

"Hyuck.. "Bianka mendekati Haechan dan memegang kening pria itu. "Kamu panas.. Tapi kamu kepanasan.. " Bianka mengelas keringat didahi Haechan.

"Minggir," Haechan menepis tangan Jeno yang ada di pundaknya.

"Haechan Jeno cuman mau bantu kamu.."Bianka mengerutkan dahi.

"Oh jadi sekarang kamu sepihak sama Jeno? Apa? Buat jodoh-jodohin aku sama Yeeun?" Haechan tertawa hambar.

"Hyuck kamu ini ngomong apa sih? Ayo ke kamar.." Bianka memeganga pergelangan tangan Haechan.

"Jeno maaf aku ke kamar dulu.." Bianka membungkuk sedikit lalu membawa Haechan menuju kamar.

•••

"Tiduran dulu, kamu ini aku takut kena heat strike deh, mending kamu istirahat dulu, jangan banyak gerak.." Bianka membaringkan Haechan.

Gadis itu lalu berjalan mencari remot ac dan mulai menurunkan suhu ruangan.

"Sebentar aku keluar dulu ambil air es,"

Haechan dengan ceoat menggenggam pergelangan tangan Bianka membuat gadis itu menghela napas.

"Hyuck, aku cuman ke dapur, aku bukannya pulang ke Indonesia lho tolong.."

Haechan perlahan melonggarkan genggamannya, "Tapi ada Jeno.." lirihnya.

"Hyuck, kamu kenapa sih? Biasanya kamu juga tinggal seatap ama Jeno biasa aja?" Bianka menyindir pemuda didepannya ini dan berjalan keluar ruangan.

Beberapa saat kemudian gadis itu kembali.

Ia melihat Haechan yang memejamkan matanya.

"Kamu tuh yah, jangan sembarangan deh," Bianka memasuki kamar sembari membawa sebaskom air es.

"Siapa yang sembarangan? Kamu yang sembarangan main jodoh-jodohan ama Jeno,"

Bianka menghentikan kegiatan memeras handuknya lalu mengernyit aneh kearah Haechan, "kamu kok ngelantur sih?"

Haechan beranjak dari tidurnya dan bersender pada headboard.

"Aku nggak ngelantur kok,"

Bianka menggelengkan kepalanya dan mulai menyelupkan handuk yang ia dapat dari lemari Haechan.

"Kamu lagi nggak enak badan nggak aneh kalau kamu ngelantur sih.."

"Aku nggak ngelantur okey?" Haechan akhirnya risih, ia memandang Bianka dengan tajam.

"Denger ya, aku tuh cuman mau kamu, apa susahnya si Bi? Aku suka sama kamu!"

Bianka terdiam, handuk yang barusan ia peras terjatuh.

"Aku suka kamu Bianka, aku suka Bianka Kejora, bukan yang lain, tolong liat aku," Haechan memandang Bianka dengan tatapan terserius yang pernah ia berikan selama ini.

Bianka merasakan pipinya memanas.

Haechan menghela napas, "hhh lega," pria itu mengusap dadanya.

Bianka seketika mengeluarkan tawa kecil manis miliknya.

"Kok ketawa sih?" Haechan memandang Bianka.

"Well, liat siapa yang perasaannya terbalaskan?"

Haechan mengerjapka matanya sesaat.

Seperkian detik kemudian ia terbatuk akibat tersedak salivanya.

"Wait, kamu?"

Bianka tertawa kecil.

"Oh man, ini aneh," Haechan memegang tengkuknya.

Dua insan itu saling memandang.

"Tapi kita nggak bisa pacaran," ucap mereka bersamaan.

"Woah!" Haechan menunjuk Bianka lalu ia menutup wajahnya malu.

Bianka tertawa kecil, "aku tahu itu.."

Haechan menggeleng, ia perlahan membawa tangan Bianka kedalam genggamannya.

"I will cherish you.."

Bianka yang geli dengan ucapan Haechan hanya bisa mendorong pipi pria muda itu, "hih bisa banget gombalnya,"

"Well, gombal ku lebih baik dari Jeno kan?"

"Lee Donghyuck!?"

Long Distance • Lee HaechanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu