A Cup of a Hope

3.5K 455 18
                                    

Ini adalah hari ketujuh Bianka berada di Korea Selatan.

Dan ini sudah hari ketujuh pula Bianka bolak-balik dorm NCT Dream untuk sekedar melipat baju Haechan.

"Bi, udah aku bilang nggak usah.." Haechan mengikuti Bianka yang kini tengah mengambil baju-baju rumah milik Haechan yang kemarin baru saja di jemur oleh bibi Son.

"Apasih Hyuck, orang bibi Son juga nggak bisa masuk hari ini kan? Siapa yang mau lipat baju? Kamu? Nggak yakin aku.."

Haechan menghela napas, Bianka masih sibuk mengambil satu-persatu baju Haechan saat ia merasa seseorang memeluknya dari belakang. Lebih tepatnya memeluk lehernya dari belakang karena posture tubuh Bianka yang jauh lebih kecil dari Haechan.

"Hyuck, jangan gini, nanti kalo anak-anak lain liat gimana?"

Haechan masih terdiam enggan berbicara.

"Lee Donghyuck?"

Haechan malah menjadikan kepala Bianka sebagai senderan pipinya yang semakin gembul akibat dirinya yang harus istirahat dirumah terus.

"Coba kalau aku orang biasa.."

Bianka terdiam, ia lalu tersenyum, "apasih, emang kamu ini apa? Beruang? Manusia kan?"

Haechan tertawa, ia lalu mengecup kepala Bianka membuat Bianka terkaget.

"Harum, aku suka.." Haechan terkekeh.

"Donghyuck kalo ada yang liat gimana?!" Bianka berusaha melepas pelukan Haechan.

Tiba-tiba terdengar suara orang terjatuh membuat Haechan melepaskan pelukannya, dan Bianka dengan cepat memasukan baju-baju Haechan kedalam keranjang dan berbalik arah untuk mendapati Jeno yang sekarang tengah memegangi jempol kakinya.

Ia tersandung barbel milik Jaemin yang baru dibeli kemarin sehingga masih disimpan di ruang tamu.

"Sial, sakit.." desis Jeno.

Sakitnya dua sisi.

Jempol dan hati.

"Jeno nggak apa-apa?" tanya Bianka, Haechan yang masih berdiri ditempat yang sama berkacak pinggang dan memutar bola matanya, sengak.

"Nggak papa.." Jeno menutupi jempol kakinya yang memerah.

"Apasih ditutupin gini? Tuhkan merah!"

"Apasih Bi orang Jeno nggak apa-apa kok?" Haechan berjalan perlahan ke sofa dan merebahkan diri.

"Diem dong Hyuck?"

Haechan melotot tidak menyangka Bianka akan mengatakan hal tersebut.

"Jangan berantem dong.." Jeno jadi kerasa bersalah. Memang Jeno itu terlalu baik.

"Tapi dia yang duluan!"

"Ih diem!"

"Bi!" / "Hyuck!"

Jeno menggeleng, "berhenti deh kalian, jempolku jadi nggak sakit lagi.." Jeno beranjak dan berjalan sedikit terseok ke kamar Jaemin untuk mengambil kembali laptop yang dipinjam Jisung seharian kemarin.

"Kamu kenapa sih?" tanya Bianka, Haechan memutar bola mata dan menyenderkan kembali punggungnya sebelum memejamkan mata.

Bianka mengedikkan bahu dan mulai mengeluarkan beberapa baju untuk dilipat.

Haechan membuka matanya.

"Ma-"

"Nggak usah.."

Haechan menghelas napas, ia tersenyum membelai kepala Bianka.

"Ngapain juga sih berantem masalah gitu," Bianka terkekeh, Haechan semakin gencar menguyel pipi gadis itu.

"Ehem,"

Jisung memasuki ruang tamu.

"Maaf yah ganggu tapi mau kasih tau aja ada Yeeun noona diluar.."

Haechan menegakan badannya dan meringis karena sekujur kakinya terasa nyeri mendadak.

Bianka dengan cepat mengusap-usap tungkai kaki Haechan, "hati-hati.."

Haechan memperhatikan Bianka yang tengah menepuk-nepuk pelan kakinya agar rasa nyari berkurang.

"Hyung,"

Haechan menghela napas saat Jisung memanggilnya kembali untuk menemui Yeeun diluar.

"Pake dulu itu knee bracenya, suka lupa.."

Haechan dapat mendengar suara Bianka yang berbeda nada dari sebelumnya.

"Iya aku pakai.." Haechan mengambil knee bracesnya namun alat itu sudah diambil oleh Bianka dan gadis itu kini tengah memakaikan alat tersebut di lutut Haechan.

"Nah udah, sana gih, ditunggu.." Bianka lalu kembali memutar diri dan hendak melanjutkan kegiatannya yang tadi terhenti.

Haechan beranjak dan berjalan keluar apartemen.

"Noona?"

Bianka menoleh, Jisung mendekat perlahan.

"Itu.. Ehm.. Kalian pacaran ya?" tanya Jisung dengan hati-hati.

Bianka tersenyum, "kita tidak akan bisa seperti itu.. Jisung," ungkap gadis berambut pendek itu dengan senyum kecilnya.

Namun Jisung dapat melihat dibalik tatapan itu bahwa Bianka sedang tidak baik-baik saja.

•••

Haechan kembali memasuki apartemen.

"Gimana?" tanya Renjun yang kini tengah memakan popcorn siap jadi yang barusan ia panaskan melalui microwave.

"Baik-baik saja.."

Bianka masih enggan mengeluarkan suara.

"Aku menolak Yeeun.."

Renjun tersedak, Chenle yang tengah bermain pubg mengerutkan dahinya dan menurunkan ponselnya, "serius?"

Jisung melirik Bianka yang terlihat biasa saja.

"Ya buat apa, aku tidak suka dia?"

Jeno yang baru saja membuat teh hangat menghentikan langkahnya.

Rasa bersalah tiba-tiba menyelimuti dirinya.

"Baguslah, berarti kau sudah paham," Jaemin keluar dari kamar sembari memakai kaus oblong miliknya.

Haechan yang melihat itu langsung berjalan kearah Bianka dengan terseok dan menutup kedua mata gadis itu.

"Jaemin pakai baju dong!"

Jaemin menaikkan alisnya, "ini udah pakai?"

"Ya pakai dari dalam!" Haechan mengomel, Bianka tertawa kecil walaupun ia tidak dapat melihat.

Sesaat kemudian Haechan mendekatkan dirinya pada kuping Bianka, "ayo kita jalan sore ini?"

Bianka tersenyum kecil.

"Ayo.."

•••••••••

sksksksksks i'm not good at romance😭 anyway happy 39k guys thank you so much, semoga kalian suka cerita aku, maafin kalau trivial banget, aku nggak pinter bikin cerita romans soalnya😔😭

anyway have a nice day guys! i love you!!💚

anyway have a nice day guys! i love you!!💚

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Long Distance • Lee HaechanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora