"Goblog sia." Alaia tersenyum makin lebar.

Langit menepak keningnya dan menertawakan diri sendiri. Ternyata benar, tidak boleh sembarangan bicara kasar pada orang lain apalagi bila didengar anak kecil. Alaia bukan anak kecil, namun isi pikirannya masih jauh lebih suci daripada Langit.

"Aku kasar ya kalo ngomong?" Langit bertanya diselingi tawa ringan. "Sampe kamu ingetnya yang jelek."

Alaia menggeleng karena kurang paham. "Oh, yang aku sebutin itu kata-kata ga bagus ya ...."

Sepertinya mulai sekarang Langit harus menyaring omongannya. Ah, tapi bagaimana dengan Ragas yang hobi sekali mengajak Langit tempur?

"Aia," panggil Langit. "Aku ga larang kamu buat ikutin aku. Tapi kamu ambil sisi positifnya aja ya? Sifat atau kebiasaan jelek aku jangan kamu tiru."

Alaia mengangguk patuh. "Iya, Langit."

"Aku juga belajar buat kurangin sifat jeleknya," ungkap Langit. "Apalagi sekarang aku udah jadi suami. Bentar lagi, semoga, jadi ayah. Hehehe."

Tawa Alaia terdengar sangat riang dan ia seketika menangkup kedua pipi Langit. "Amin."

"Amin paling serius," balas Langit dengan senyum ganteng.

Selang tiga menit, Alaia turun dari kasur sambil menarik Langit ke arah kamar mandi yang berada di pojok kamar. Memang benar, Langit harus diseret ketika malas mandi.

"Angit mandi ya, aku mau ke Bunda lagi." Alaia berkata.

Langit menahan Alaia yang barusan berbalik badan dan bergegas ke pintu. Cowok itu memutar tubuh Alaia agar menghadapnya, kini mereka saling berpandangan. Setiap Alaia melihat Langit, pasti matanya berbinar.

"Cipika cipiki dulu." Langit menyeletuk.

Alaia tergelak. Kemarin itu Bunda kedatangan tamu yang merupakan teman-temannya semasa kuliah. Awalnya semua terasa biasa sebelum mereka pamit pulang yang kebetulan di depan rumah ada Langit bersama Alaia dan Ragas. Langit ditarik salah satu teman Bunda yang bibirnya sangat merah, lalu pipi kiri dan kanannya dicium sambil wanita itu berkata, "Cipika-cipiki sama Dede Langit!"

Sambil ketawa-ketiwi, Langit serta Alaia saling menempelkan pipi kanan dan kiri. Selepas itu, Alaia pamitan dari kamar. Tidak lupa ia dadah-dadah ke Langit.

"Hati-hati, Sayang. Masak yang enak ya!" seru Langit.

"Aku udah bikin ayam fillet diajarin Bunda. Angit harus cobain nanti yaa!" Alaia menyahut dari luar kamar.

"Pasti, Aia!" balas Langit bersemangat.

⚪️ ⚪️ ⚪️

⚪️ ⚪️ ⚪️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DOR!

Ragas terkejut setelah dirinya berhasil membuat confetti meletup. Padahal itu adalah properti yang sudah disiapkan untuk merayakan anniversary ke sekian Tongkrongan Dewa yang diadakan dua hari lagi. Bisa-bisanya diledakkan Ragas sebelum waktunya.

ALAÏA Where stories live. Discover now