26. Goddess

293K 34.1K 41.8K
                                    

26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26. GODDESS

Bastian pergi dari rumah untuk menemui Syadza. Hari ini Syadza minta ditemani pergi ke dokter kandungan, ia mau lihat kondisi kesehatan janinnya.

Sebelum melajukan motor, Bastian mengirimkan pesan terlebih dahulu untuk ibu mertuanya. Isi pesannya sangat singkat tapi mungkin akan membuat Dara heran.

Bastian Arsenic:
Mama mertuaku tersayang, hari ini aku mau pergi sama cewek. Titip Lila ya, love you Ma

Cowok itu baru akan menaruh ponsel ke dalam waist bag, tapi niatnya terurung karena ada notifikasi masuk. Ia lihat ternyata ada balasan dari Dara.

Dara:
Katanya lagi ga enak badan? Cewek siapa itu Bas?

Bastian Arsenic:
Udah sembuh mendadak Ma. Ada deh, cantik pokoknya 😄

Tanpa menunggu jawaban dari Dara, Bastian segera menyimpan ponsel itu ke tas. Ia cekikikan seraya memasang helm dan mulai menyalakan motor.

Tadi Bastian sempat dilema harus menjenguk Lila di rumah sakit atau mengantar Syadza ke dokter. Alhasil ia memilih opsi ke dua. Ia lebih pilih Syadza daripada Lila.

Selama di perjalanan, Bastian sesekali mengamati tepi jalan untuk mencari penjual rujak. Syadza berpesan dia pengin rujak tapi tidak mau buahnya dicampur-campur, maunya bengkuang dan mangga muda saja.

Bastian tidak pernah keberatan bila diminta beli ini itu oleh Syadza. Apalagi Syadza sering membicarakan calon bayi mereka, berbeda dengan Lila yang malah tak menginginkan kehadiran bayi itu. Kalau begini terus, lama-lama Bastian bisa berpindah hati.

Karena sebetulnya Bastian merasa hubungannya ini seperti cinta segiempat. Syadza sayang Bastian, Bastian sayang Lila, tapi hati Lila hanya untuk Langit.

"Parah nih... bisa-bisa gue lebih betah sama Syadza dibanding istri sendiri." Bastian bergumam tiba-tiba.

Faktanya Bastian hanyalah seorang remaja tujuh belas tahun yang seharusnya masih duduk di bangku SMA —kalau saja ia tidak didepak dari sekolah. Sifat labil masih melekat dalam diri Bastian, dan sekarang ia sedang mengalaminya.

Bastian berpikir, apakah ia mulai menaruh rasa yang nyata untuk Syadza? Atau hanya sekadar perasaan semu yang muncul ketika dirinya bosan dengan Lila?

"Tau ah, mau hepi-hepi aja sama Neng Syadza." Bastian nyengir lebar.

"Biarin Lila gue diemin dulu. Siapa tau nanti dia kangen," kekehnya.

Tak lama kemudian Bastian menepi, motornya berhenti di dekat gerobak tukang rujak. Bastian melepas helm seraya berseru, "Bang, beli rujak sebungkus. Bengkoang sama mangga muda aja yang banyak. Buat bumil nih."

Abang itu tersenyum semringah. "Siap, Bos! Otewe!"

"Mantap!" balas Bastian.

Sekitar lima menit kemudian, Bastian kembali melesat pergi setelah selesai berurusan dengan penjual rujak tadi. Tak perlu membuang banyak waktu untuk tiba di rumah Syadza karena jaraknya tak begitu jauh.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang