22. Anger

339K 37.4K 50K
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. Anger

Bastian sayang Lila, tapi juga tak bisa melepaskan Syadza. Maka, jalan terbaik untuk Bastian adalah menjadikan dua perempuan itu pasangannya.

Lila berperan sebagai orang yang akan selalu Bastian beri segala yang ia punya, lalu Syadza akan dijadikan tempat untuk singgah ketika ia butuh 'hiburan'.

"Sayang, kenapa sih diem aja?" Syadza menyeletuk karena sejak tadi Bastian lebih banyak bungkam.

Cowok itu melepas sedotan dari mulut dan menatap cewek yang duduk di hadapannya ini. "Lagi mikirin sesuatu."

"Mikirin apa?" Syadza membalas.

Lalu Bastian menjawab, "Pacar pertama aku."

Lantas Syadza mendengkus sebal dan bersandar ke kepala kursi sambil melipat kedua tangan di depan dada. Wajahnya murung, pertanda ia tak suka omongan Bastian.

"Apaan sih! Kamu lagi sama aku, ga usah mikirin orang lain." Syadza berujar ketus.

"Tapi dia tiba-tiba masuk ke pikiran aku." Bastian menyahut sambil memberi gestur menyentuh kepala.

Makanan dan minuman di hadapan Syadza seketika tidak terlihat menggugah selera. Suasana hatinya langsung berubah jadi kelabu, padahal baru beberapa menit lalu ia sangat senang diajak jalan bersama sang pacar.

Bahkan kini Bastian sama sekali tak kelihatan merasa bersalah. Cowok itu tidak minta maaf telah membuat hati Syadza sakit atas ucapannya soal Lila.

Menyadari raut muka Syadza yang semakin muram, Bastian tiba-tiba tertawa kecil sambil menyentuh jemari tangan Syadza dan ia raih untuk dicium cukup lama.

"Ngambek ya," kekeh Bastian. "Jangan dong... tadi aku bercanda."

"Tapi boong. Hehehe." Bastian nyengir.

Kemudian ia melepas genggamannya dari jemari Syadza dan menyedot minumannya lagi sebelum kembali bercuap. "Jujur, aku ga bisa ilangin Lila dari pikiran aku."

"Ish, nyebelin banget! Bisa ga sih ga usah omongan dia di depan aku? Kamu udah ngabisin waktu banyak banget sama dia, terus sekarang giliran sama aku kamu malah ngebahas dia terus!" Syadza dongkol.

"Aku ga suka diginiin, aku ngerasa ga dihargain kamu, Bas." Syadza melanjutkan. "Kamu bilang mau adil. Tapi apaan kayak gini? Adil darimananya?!"

"Aku cuma pengen jadi pacar yang jujur sama kamu, Sayang." Bastian berkata tanpa beban.

Remaja itu menggeser kursi sedikit lebih maju, menatap Syadza cukup mendalam. Syadza membalas tatapan itu, mukanya kelihatan sangat kesal.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang