37. Wheezy

336K 29.2K 50.2K
                                    

37

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

37. WHEEZY

Empat hari kemudian.

Langit dan Alaia menunda bulan madu mereka sampai kondisi Alaia benar-benar membaik. Rencananya hari ini mereka akan meninggalkan rumah dan pergi dengan maskapai penerbangan yang berjadwal di malam hari. Sejak kemarin Langit sudah menyiapkan segala kebutuhan mereka untuk menetap beberapa hari di sana. Langit tidak sibuk sendiri, ia dibantu Alaia, Bunda, Ragas dan tentunya Ayah. Seru sekali gotong royong bersama keluarga.

Matahari di luar sana menembak sinarnya ke jendela kamar. Alaia menyibak gorden, membuat cahaya terang memapar tepat ke wajah Langit. Cewek itu sudah bangun dan mandi sejak satu setengah jam lalu. Ia juga membantu Bunda di dapur, tak seperti Langit yang masih tepar.

"Angit!" Alaia menarik selimut, membuat benda itu tersingkir dari tubuh Langit yang hanya mengenakan celana panjang. Lucunya celana itu naik sebelah hingga mencapai lutut.

Alaia beringsut ke kasur, ia jalan menggunakan dengkul. Saat tiba di dekat Langit, Alaia duduk bersila sambil memainkan jemari Langit yang bersih. Kukunya pendek setelah Alaia minta untuk dipotong. Melihat cincin di jari manisnya membuat Alaia tersenyum lucu.

Ia teringat pertemuan pertama mereka. Kala itu Langit memakai cincin hitam dan gelang-gelang hitam. Kalungnya juga hitam. Sekarang semuanya berubah dan tanpa sadar itu bikin penampilan Langit jauh lebih cakep.

Langit melenguh ketika menyadari ada sesuatu memencet-mencet kukunya. Mata Langit terbuka sebelah, menemukan tiny wife-nya ada di dekat dia. Dalam sekejap Langit berbalik ke kanan dan memeluk kaki Alaia.

Dengan wajah kantuknya Langit bergeser-geser sampai kepalanya mendarat di paha Alaia dan wajahnya menghadap perut yang tertutup baju.

"Pagi," ucap Langit, bergumam di perut itu.

"Pagi, Langit." Alaia membalas. "Besok-besok ga boleh bobo terlalu malem ya ... nanti kamu kurang tidur."

Langit mengangguk dengan mata tertutup. Jemari Alaia menyapu rambut Langit yang berantakan. Cowok itu selalu senang tiap rambutnya dimainkan Alaia, apalagi jika kepalanya diusap-usap.

"Mandi atuh," celetuk Alaia.

Ucapan Alaia membuat Langit membuka mata dan tersenyum lebar. Ia menyahut dengan logat Sunda, "Ih, udah bisa ngomong atuh-atuh?"

Alaia cekikikan malu. "Aku sering denger kamu bilang atuh jadinya aku ikutin."

Langit terkekeh seraya beranjak duduk di depan Alaia. "Apa lagi yang sering kamu denger?"

Sebelum menjawab, Alaia berpikir dulu. "Hooh?"

Melihat Langit tersenyum dengan muka bantal adalah pemandangan yang sangat lucu di mata Alaia.

"Apa lagi, apa lagi?" Langit penasaran.

"Um ... belegug," sahut Alaia.

"Waduh," kaget Langit yang disusul tawa. "Selain itu."

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang